Sekedar berbagi hasil
smart discuss di kost teman siang
tadi. Harap maklum, mahasiswa jaman sekarang kaya bagaimana. Kita ngerjain
Manajemen Keuangan disambi
curhat-curhat gitu. Salah satunya membicarakan perawat dan bidan yang menurut
kami kamseupay.
Ini sekedar yang kami tahu hlo ya. Barangkali banyak mbak
dan mas perawat, atau mbak bidan yang emang niat ambil jurusan keperawatan
ataupun kebidanan. Jadi kuliah pun ditenani
sepenuh hati, pinter, nggak kamseupay,
dan nggak malu-maluin.
Menurut analisa dari realita yang kami amati, biasanya orang
bersedia sekolah di jurusan keperawatan atau kebidanan karena kekuatan kepepet.
Kalau keterima di universitas negeri, ngapain sudi sekolah di tempah eyuuh
gitu. Salah seorang teman sekelas pernah bercerita pada saya, jika 2 tahun lalu
ia tidak diterima di UNS, orang tua menyuruhnya mengambil jurusan keperawatan. Mana
mau dia. Akhirnya dia berusaha sekuat tenaga agar diterima di UNS.
Pengalaman lagi, ketika berkunjung di kost salah seorang
teman, teman kostnya sekolah di jurusan keperawatan, dan entah bagaimana,
menurut teman saya itu, setiap jeda perkuliahan, atau selesai sekolah, mereka
luluran berjamaah. Iiih banget kan ya. Jujur aja nih, selama dua tahun kuliah,
belum pernah tuh, yang namanya berkunjung ke kost teman kober ngluluri tubuh. Apalagi semester ini, akuntansi kagak nahan
deh pokoknya. Mampir kost teman = BELAJAR. (maklumlah ya, perpus jaman sekarang
tempat foto-foto dan mejeng mahasiswa aneh. Jadi udah nggak terjaga
ketenangannya. Ke perpus itu -kalau saya-, pinjem buku dan keluar. Belajar di
tempat yang tenang.)
Lanjut masalah perawat dan bidan.
Seorang teman mas saya sekolah di jurusan kebidanan. Dia ada
tugas MEMBUAT makalah tentang apa gitu, lupa saya. Eh, malah dia minta tolong
mas saya buat MENCARI alias MENGKOPI makalah dari internet.
Terus cerita lagi, teman mas saya juga. Ujian Negaranya
hasil tidak jujur. Cerita panjangnya gini. Ketika ujian negara, mas saya ngasih
jawaban ke teman-teman sekelasnya. Ndelalah
yang dikasih ke mbaknya itu, mas saya salah nulis. Sadarnya baru setelah ujian
selesai. Frustasi bener mbaknya itu. Anehnya begini, kalau orang pinter nih,
pasti dikasih jawaban pun dia juga mikir, jawaban yang dikasih itu bener apa
enggak. Hla ini orang? Kok yo nggak dicek ulang to mbak? SMA 3 tahun ngapain
aja? Non sense banget sih sekolahmu!
Lucu dan uniknya lagi, model orang kaya begitu
berani-beraninya daftar PGSD UNS. Mana mungkin keterima. Helllo, PGSD itu
saingannya bejibun kakaa’ J
Ada lagi, ini cerita saya pribadi. Teman sekelas saya ketika
SMA. Dia tidak bisa mengoperasikan aljabar (bahkan) yang paling sederhana
sekalipun. Ketika SNMPTN, dia ambil UNS. Salah satu prodi yang dia ambil sama
dengan prodi saya sekarang, Pendidikan Ekonomi. Saya cuma mbatin sih waktu diberi tahu, kok berani ya ambil prodi itu. Hehe. Dan
ternyata dia memang nggak keterima. Ujung-ujungnya, dia sekolah di tempat
begituan, kebidanan apa keperawatan, kurang
tahu saya. Pokonya di bidang kesehatan deh.
Ini cerita teman saya dan agak menggelitik juga sih. Dia ditanya
tetangganya, kenapa kok nggak sekolah di bidang kesehatan. Tetangganya bilang,
kan enak sekolah di bidang kesehatan, kesempatan kerjanya banyak. Apa banget
nih orang, mending-mending sekolah Guru kalii. Lebih bergengsi. Kalau sama-sama
udah jadi PNS gajinya lebih gede. Bisa nyambi buka bimbingan belajar juga. Toh sekarang
kalau umpanya bidan buka praktik udah nggak laku. Orang jaman sekarang pinter,
mending berobat ke dokter umum daripada ke bidan. Terus, apanya yang
dibanggakan dengan perawat dan bidan? Kalau kita FKIP, so why? Apalagi FKIP UNS
adalah FKIP terbaik se Jateng-DIY, dan nggak kalah kalau dibanding FKIP lain.
Terlebih, menurut Webo Matrix, UNS masuk 10 besar Universitas terbaik di
Indonesia. Kalau ranking nya belum ganti diurutan ke 7.
So, kerenan mana, perawat-bidan, apa Guru? Guru dooong J
Cerita lagi, ini mungkin dasarnya orang kampung yang mesakne (biar ketok gahhool dia malah
jadi korban pergaulan karena banyak digauli. Ups, jleb :D).
Jadi gini, ini sama-sama anak kebidanan. Sekolah belum
lulus, salah satu teman se ganknya ada yang hamil. Temannya berusaha nolong
teman yang hamil ini. Caranya gimana coba? Digugurkan sist. Tega amat kan ya. Itu
belum lulus hloh. Gimana nanti kalau udah lulus? Mau jadi apa nih orang? Fyuuh
..
Dan, apa juga yang dibanggakan dari seorang perawat? Kerja
di rumah sakit, kadang jaga malam, gaji nggak seberapa, gek kerjannya kasar gitu. Maksud saya begini, namanya perawat kan
pembantu pasien. Pasiennya ganti infus, yang ngganti perawat. Termasuk kalau
mau pipis, yang naruh pispot ke saluran kencing juga perawat. Najong deh ah -_-
Jadi, klonkusi dari smart
discuss kami siang tadi,
Perawat itu pembantu di rumah sakit. Sedang bidan, tidak terjamin kualitasnya untuk dimintai saran tentang kesehatan, baik itu mengenai kandungan maupun pengobatan ketika sakit.
Perawat itu pembantu di rumah sakit. Sedang bidan, tidak terjamin kualitasnya untuk dimintai saran tentang kesehatan, baik itu mengenai kandungan maupun pengobatan ketika sakit.
So, apanya yang harus
dibanggakan?
-Maaf apabila tulisan ini menyinggung banyak pihak. Ini
hanya sekelumit cerita yang mengandung penuh tanda tanya bagi kami orang awam
yang tidak habis pikir dengan pembantu dunia kesehatan. Mana mungkin dokter
mampu menangani semua pasien tanpa bantuan perawat. Tapi kalau perawatnya tidak
tenanan dalam mempelajari ilmu
keperawatan, mau dibawa kemana dunia kesehatan Indonesia? Ayo mbak dan mas
perawat, serta mbak calon bidan yang klincong berseri, buktikan kredibilitasmu,
berkontribusi untuk negeri. Nggak cuma moles diri.
Semoga tulisan ini menjadi tamparan perubahan untuk dunia
keperawatan dan kebidanan. Lebih selektif dalam menyaring mahasiswa mungkin
perlu diterapkan agar tidak semua orang beruang
tapi kecil otan dengan mudahnya masuk mengotori nama baik dunia keperawatan dan
kebidanan Indonesia-
Saya orang Indonesia, dan saya berkontribusi untuk negara J