Oh, hidup. Harusnya detik ini sedang utakutik skripsi Tapi mendadak
aku merasa begitu frustasi.
Sebenarnya, skripsi tidak seseram yang selama ini orang
bicarakan kok. Bagiku, skripsi itu pemacu ; biar otak kita yang lama tertidur
mampu berpikir lebih; membaca lebih, belajar lebih, dan puncak tertingginya
adalah menuliskan pengetahuan yang kita punya.
Versi kemenyebalkan skripsi adalah teori yang ini sama itu
berbeda. Nggak konsistem. Bahkan kadang dosen pun nggak konsisten juga. Kadang pakai
teori ini, kadang teori itu. Bikin bingung kan ya, kalau mahasiswanya macam aku
yang nggak pernah puas kalau belum tahu sampai ke akar.
Hal menyebalkan lainnya, versiku, adalah antre dosen
pembimbing. Bayangkan aja, dari mulai judul sampai proposal jadi, butuh waktu
dua minggu. Habis proposal jadi, kirim ke email dosen. Dua minggu kemudian,
beliau baru kirim balik revisi proposalnya. Kalau yang bagian ini, aku nggak
nyalahkan beliau sih, maklum beliau orang nomor satu se universitas kami kalau
masalah penelitian-penelitian begini, jadi proyek-proyek penelitiaanya banyak. Dan
prinsip beliau adalah kerja totalitas. Prinsip itu diterapkan juga dalam
membimbing mahasiswa. Beliau nggak mau kalau baca proposal skripsis mahasiswa
cuman kayak mbuka lembaran kertas aja. Huruf demi huruf dibaca ndee. Oke nggak
to itu? Hmm...
Dulu waktu aku mau ngajuin judul, pertimbanganku berbelit
dan masih ditanya yang sama “mau buat skripsi yang seperti apa”. Dan tanya itu
nggak nemu-nemu sama jawabannya sampai lamaaa banget. Yang pada akhirnya suatu
hari aku berani mengajukan mini proposal yang pantasnya diajukan oleh calon
DOKTOR. Oh my... kadang kalau diinget akupun malu. Siapa aku?
Tapi semenjak hari itu, I’m motivated. Pembimbing akademikku
megatakan, “good job, mbak nia. Kalau bisa realisasi bagus ini. Kebermanfaatannya
luar biasa”.
Dan acclah mini proposal itu. Dengan dosen –dosen pembimbing
yang bagiku luar biasa hebat. Nah, pas maju di dosen pembimbing, waawawaaaa,
malah disuruh ganti judul karena judul itu too high for my capability. Sebenernya
saat itu lega juga sih. Tapi pusing saat nyari judul lain; topik yang tentunya
bukan cuman membandingkan pbl dan dl, mengetahui pengaruh x thd y. Mana mau
dosenku yang satu ini nggarap skripsi macam begini. Salah satu temanku, yang
judul skripsinya biasa aja dan dibimbing dosen ini, beliau bilang kalau skripsi
temenku itu gak berkesan. Pdhal menurutku jauh lebih bagus skripsi temanku itu
daripada punya yang lain. Yah, bisa dibayangin deh ya, beliau sesuperpower
apa. Aku banget lah di masa depan. Amin,
ya Rabb.
Akhirnya judul baru ditemukan. Jangan dibayangin ya kalau si
baru ini kualitasnya jauh di bawah si lama. Ini judul juga belum pernah ada
sebelumnya. Aku nggak tau sih ya, kalau dibelahan dunia berantah sana
sebenernya udah pernah dilakukan penelitian begini cuman aja belum di publish,
tapi di belahan sebelas maret belum pernah ada yang macam ini. Dan AKU ORANG
PERTAMA DI DUNIA SEBELAS MARET YANG PUNYA PENELITIAN BEGINI. Mulanya gamang
juga sih, tapi dosenku bilang, “kalau nggak mau judul itu ya cari pembimbing
lain. Saya nggak mau judul ecek-ecek. Nggak level.”
Mau nggak mau, oke ambil. Dan dalam ke otw an pembuatan,
innalillahi. Oh mg, ya itu tadi, satu proses dari buat kirim revisi itu satu
bulan. Mana si x dan y kadang punya teori yang beda lagi. Terus aku? Maaf ya
bingung, aku macam orang yang susah puas sebelum suatu hal terpecahkan dengan
benar; masuk logika dan enak dirasa. Jadi kalau nggak puas baca satu buku, aku
selalu nguber buku lain yang setema.
Dan karena aku yang pertama, cinta,, akhirnya tidak banyak
kecurangan yang bisa kulakukan untuk skripsiku, hahahhahaha. Iya kan, nggak
usah munafik deh. Kamukamu pun pasti sukanya comotcomot dari internet maupun skripsi
yang sebelumnya udah disusun. Ngaku aja nggak usah malu! Tapi maaf ya, karena
skripsi begituan belum ada, aku nggak bisa berlaku seperti kalian. Putar otak
utak atik sendiri. Baca buku, ambil intisari, baru tuliskan pakai bahasa
sendiri; kecuali kutipan langsung.
dan, karena aku ambil penelitian dan pengembangan,
proses mengembangkan ini nih yang bikin
tobat. Pengen ganti judul aja rasanya kalai mikir harus macam mana produk
pengembanganku.
Ah, hidup memang pilihan. Dimuka sudah kutetapkan mau ambil
skripsi yang berkualitas dengan dibimbing dosen berkualifikasi tinggi. Kalau akhirnya
kesampaian ya nggak usah dibikin pusing karena nggak selesai-selesai. Tahu nggak,
wika butuh manusia-manusia yang skripsinya orisinil dan high quality.
Dan satu lagi, buat apa sih lulus cepet? Biar dibilang keren
gitu? Iya kalik. Fkip mah sekarang padet. Apalagi pendidikan akuntansi yang
diklaim punya sks terbanyak se fkip. Saat orang-orang di luar prodi kami sudah
mulai nyusun skripsi, kami,, full satu semester masih dalam pengabdian pada
negeri. Dimulai dari kkn, ppl, dan yang terakhir magang. Memang beberapa dari
kami saat ppl sudah lekas ajukan judul. Beberapa tok sih, yang sekolah ppl dan
guru pamongnya tanggung jawab tinggi. Dulu, crita dikit tentang ppl. Aku itu
sampai bingung mau ngerjain yang mana dulu saking semua tugas guru pamongku
diserahkan ke aku. Padahal aku masih ada tangguangan kuliah juga. Dan karena
anak rumahan, masih ada tangguan pekerjaan rumah juga. Dan, kesempatan nyusun
skripsi pas ppl, GAGAL. Emang sih, pas akhir pekan aku sempet nyusun mini
proposal. Tp nggak ada waktu buat ngajuin ke dosen. Belum lagi, aku masih mikir
ribuan kali, bener nggak nih aku buat skripsi ini. Februari aku baru mulai maju
judul dan sampai detik ini baru nyampai instrumen. Kalau aku dibimbing dosen lain nih ya,
kemungkinannnya :
1. Aku udah selesai penelitian
2. Skripsiku gak sebagus yang lagi tak buat sekarang, yang maha
sempurna
3. Kalau begitu, wika ku gimana?
So, i
believe that wika is near from me. In front of my eyes. Because my research and
development today, pick me up to wika J
Lakon menang
keri, kan, jare.
Dan dosenku
pun kalau tak sambati bab wisuda, baliau selalu bilang, “apa bagusnya lulus
cepet skripsi awut-awutan? Kerja itu totalitas gitu hlo.” Oke, tak bawa sampai
mati bu. TOTALITAS.