pernah tidak berasa sedang berdiri di persimpangan, harus menentukan jalan kemana hidup berlanjut? bahkan persimpangan itu bukan sekedar pertigaan, perempatan, atau perlimaan; tapi lebih. pernah?
aku sering.
bingung? pasti.
pertimbangan apa yang paling memberatkan untuk memilih satu jalan, apa yang memerlukan waktu tempuh paling cepat meskipun sejatinya jarak tempuh lebih panjang. atau yang berkelok liku tetapi menyajikan sekitar nan menakjubkan. atau jalan yang paling gemerlap, paling benderang, menyuguhkan pemandang kota dengan hiruk pikuknya yang menggoda. atau jalanan yang rusak namun memiliki jarak tempuh pendek. atau atau atau jalan lain dengan suguhan mereka masing-masing.
jika sudah memilih lewat maka mustahil kembali ke titik 0, ke persimpangan utama, semula. meskipun pahit harus tetap dititi, tak peduli apa. meskipun berdarah-darah tetap harus dilalui, tak peduli mengapa. indahnya, ketika lelah, aku punya tongkat malaikat yang dapat mengubah jalan di depanku kembali menjadi titik 0, persimpangan utama, semula. sayang konsekuensinya ya itu tadi, aku harus kembali menentukan pilihan dengan risiko yang tertanggung.
ketika berproses melewati jalan yang kupilih, kadang aku berpikir bahwa aku sedang menuju ke arah yang keliru, bahwa semestinya untuk mencapai tujuan hidupku jalan tersebut tidak seharusnya kulalui. kalau tidak harus menempuh perjalanan yang lebih panjang, ya tidak akan pernah sampai. sedeh? pasti..
lalu?
lalu pertanyaan yang selalu kungiang adalah "apa perjalananku mendekatku pada tuhanku?" dan masa bodoh dengan tujuan, dengan destinasi akhir yang seharusnya kudatangi.
seandainya memang jalanku mendekatkan pada tuhan, nyinyiran sepedih apa, peluh sepilu apa, atau air mata sederas apa, biarlaah. ia membawa berkah. karena beginilah jiwa harus bertahan menghadapi fananya dunia yang makin menggila. dan tongkat malaikat tidak akan kugunakan untuk mengubah jalan didepanku menjadi persimpangan.
statement terakhir mutlak merupakan doa karena hakikatnya aku melulu (masih) tergoda oleh jalan yang memiliki gemerlap lampu terbederang, karena ia terang. dan itulah kefanaan, sesuatu yang terada-ada namun sejatinya tidak pernah nyata. itulah jalan yang menyuguhkan dunia. jalan yang bagi mayoritas orang, termasuk aku, selalu menawan.
sungguh itu keliru. jalan termulia adalah yang sekali lagi, mendekatkanmu pada tuhan. jika sekiranya jalanmu menjauhkanmu dari tuhanmu, maka segera keluarkan tongkat malaikat dan buat persimpangan baru. lalu pastikan, the next way you choose is allah's.
semoga berkahNya selalu diberikan untuk kita. amiin.
bagi yang sedang melewati jalan mulia itu, jangan gentar yaa. jangan kepincut untuk segera sampai didestinasi yang selalu kita bayangkan. kita sama-sama menguatkan untuk bertahan yaa.
oh allah, tiada daya dan kekuatan selain Engkau.