AFRAID

on Jumat, 21 November 2014


Ini adalah tulisan ketika ternyata, diam2 kami memiliki ketakutan yang sama.

"Aku menakutkan masa depan. Berpikir tentang kewajiban2ku hari ini, diriku yang malang karena setelah sekian lama baru aku tersadar bahwa aku tak pernah mampu melakukan apapun, tidak punya pengetahuan mumpuni tentang bidang ilmu yg ku geluti 4 tahun lamanya, orang tuaku, keadaanku sekarang. Dan yang kupikir hanyalah strada, namun semakin aku memikirkannya, hatiku pun melelah, bagaimana cara untuk mewujudkan. Aku takut. Pada akhirnya harus menyerah pada kenyataan bahwa inilah usaha maksimal yang dapat kujuangkan."

"Bukan hanya kamu. Kamu tidak merasakan betapa tertekannya menjadi aku. Ketika setiap bertemu, orang tuaku bertanya kapan aku menyelesaikan studiku. Rasanya aku tidak ingin bertemu mereka. Belum lagi teman2, keluarga besar, keluargamu. Aku tidak tahan. Namun justru itulah motivasiku, setelah menyelesaikan studi nanti, aku harus menjadi sosok yang sukses, entah bekerja dalam bidang apapun, asal berkah dan halal. Kalau hanya strada, tenang saja, akan kubelikan untukmu. Aku yakin aku bisa."

Dan ia berpamit untuk melepas penat di lapangan hijau. Impiannya, yang terkandas oleh sepasang sepatu.

Aku percaya kamu, padamu. Kita, akan melangkah beriringan, bergandeng tangan, berlari menyusuri hari menjemput mimpii2 masa depan. Saat aku jatuh, jangan membopongku, namun sirami jiwaku dengan wejangan motivasimu. Begitupun kamu, saat kamu lelah berlari, aku tidak akan pergi mendahului.

Kita bersama untuk selamanya.
Karena aku percaya kamu :)
witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar