Ketika Hati Jauh dari Gusti

on Jumat, 21 November 2014


Inilah rasanya, ketika hati jauh dari gusti.

Aku memandang langit sore dari parkiran kampusku, dan pikiranku berandai pada 5 atau 10 tahun ke depan ketika aku merindu lelahnya diri menghadapi tugas2 hari ini. Barangkali, tugas kini bukan apa2 bagi diriku 5 atau 10 tahun lagi.

Lalu, lagi. Seperti 5 tahun silam ketika hati dikokohkan oleh ikeuchi aya. Ia kembali menginspirasi kehidupan jiwa2 yang payah, menyerah begitu lelah, jiwaku.

Hidup adalah masa kini, bukan tentang keinginan untuk memperbaiki masa lalu, atau impian2 masa depan. Hidup adalah saat ini, takdir ada bukan untuk ditanya mengapa, namun ia hanya butuh diterima. Apapun kegilaan yang hidup tawarkan, hadapilah. Sembunyi hanyalah sikap yang ditunjukkan oleh orang2 penakut. Renungkan, untuk apa merasa takut jika kamu dilindungi oleh zat yang maha besar, maha ditinggikan? Yakinilah, ia ada dan bersamamu.

Air mata yang mengalir akibat bakso hot naga tadi siang, momen bersama kamu dan dilewatkan oleh kamu, adalah bentuk ketidakberdayaanku menghadapi hidup yang treknya makin sempit sementara alurnya merumit.

Wahai jiwa2 yang lemah. Jiwaku
witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar