aku tahu kau bukan seorang yang mampu menunggu. ya, aku akan. akan membiarkanmu melanglang kemana pun kau suka. karena aku juga merasakan penat yang sama, rindu yang sama. maka biarkan semua ini menjauh dari kita.
nantinya aku akan kembali.
melanjutkan citaku yang dulu kubiarkan mengangga dengan luka.
aku tidak pandai, tidak pernah. namun ia membawaku pada suatu tempat dimana aku harus menuangkan segala upayaku untuk maju. tanpa leha-leha serta kerja keras yang pantang untuk menyerah.
dia. aku ikhlas menukar apapun milikku dengannya. jika aku memang memiliki. aku, yang tidak pernah memiliki apapun untuk ditukar dengan barang berharga, dia.
aaaaaaaaaaaaaaaaa...........
apa yang harus aku lakukan untuk mengungkapkan rasaku, sedang kemelutnya hanya berketutat pada tangis yang ingin ku sembunyikan dari air mata...
aku sendiri dengan apa yang aku miliki, jika aku memang memiliki.
akrab dengan luka-luka dan riang gembira hati yang tidak sedia ku bagi.
menangis, selega aku bisa. sayangnya aku terlalu egois untuk memperlihatkannya pada air mata.
mengapa aku setidak punya ini.
tidak pernah punya..
apalagi untuk ditukarkan dengannya.
menangis? apakah harus? mengapa?
lewati saja dan tetap pura-pura tidak ada apa-apa. bukankah aku pandai berpura-pura?
lewati saja, dan ia sudah jauh terlewati.
kembali, namun tidak padanya. kembali, pada dirimu yang begitu berharga.
ia sudah terlewat. cukup kembali, pada dirimu.
0 komentar:
Posting Komentar