dan aku pun jemu, dengan haruku yang tak jua kunjung
berlalu
setiap membaca tulisan penuh semangatmu, namamu yang
ditandai dalam jejaring sosial, foto-foto, sajak-sajak, pesan teman-temanmu.
betapa kau adalah yang paling bisa diandalkan, paling
dapat mengerti kalimat hati, paling romantis dalam menjalin hubungan, paling keibuan.
yang tak pernah alpha menanyakan kabar, dengan raut
wajah riangmu membagi hangat cinta pada sesama, menampung cerita,
komentar-komentar bijak nan membesarkan.
namun herannya mengapa justru aku tidak pernah
menyukai caramu memperlakukan orang?
seolah kau hero yang dibutuhkan, senioritas kuat
terukir jelas pada watakmu, pribadi yang aku tidak suka.
atau mungkin kita berlawan arah dalam memandang cara
memperlakukan orang? atau aku saja yang begitu kakunya dan benci menjadi
perhatian? termasuk menolak perhatian darimu yang berlebihan?
atau karena kita begitu berbedanya dalam penerimaan
orang?
kau dengan perhatianmu yang berlebihan selalu dinanti
dengan hati resah para teman untuk dimintai saran.
sementara aku yang kaku, enggan berkomentar banyak,
enggan bercerita panjang lebar, kadang pula enggan mendengarkan.
tidak ada yang menantiku dengan wajah muram serta
harap-harap cemas bila aku tidak datang,
tidak menanyakan kabar, bila tidak mengunjungi
kamarnya di rantau.
begitu berbedanya denganmu.
yang senantiasa menjadi nanti pabila tidak datang,
buah bibir yang diceritakan pada teman lain, diberi title "sahabat",
menempati urutan teratas dalam setiap hati.
terlebih dengan punya yang kau miliki kini, latar belakang,
serta status yang tidak bisa kuperjelas.
yang membuatku makin jauh tertinggalnya darimu.
yang semakin meyakinkanku betapa pertemanan itu
memandang seberapa banyak yang kau miliki, dapatkan mengimbangi?
memandang kepemilikan, rupa, harta, ideologi,
kecerdasan.
aku tidak pernah punya apa-apa untuk dapat mengimbangi
sesiapa.
tidak rupawan, cantik, menarik, menawan dan
sebagainya. begitu sederhana dengan penampilan yang aku sendiri tidak bisa
melihatnya, apa peduliku. masa bodoh!
bukan hartawan yang suka mengahamburkan uang, membeli
banyak barang untuk keperluan kecantikan, makan di warung mahal.
pun berdiri pada ideologi yang berakar dari pikir
kacauku, tanpa banyak meniru, menjadi diriku tanpa malu.
juga, kemampuan dalam segala bidang yang tidak
mumpuni. tidak bisa apa-apa selain mengabstraksi ide dari otak bebalku.
selalu aku dan dunia kecilku yang terbuang.
sendiri menyusuri setiap lorong hidup dengan beban
yang kadang terasa tidak sanggup ku pikul.
namun tetap kuat menopang dengan dua kaki.
satu-satunya sandaran yang kumiliki.
1 komentar:
bagus
Posting Komentar