Aku ingin
menuliskan 3 hari belakangan yang melelahkan. Tapi tiba-tiba...
Kau tau,
secinta apa aku pada dirimu? Sebesar apa ketulusanku ingin menjadi bagian dari
keluargamu?
Ya, itu terlalu
panjang menurut pikiran remaja setanggung kita. Namun benar, aku mencintaimu,
termasuk keluargamu. Demi apapun :)
Mungkin
sesingkat saran ini nantinya akan kau sesali jika diabaikan.
Seandainya
hidup penawarkan pilihan untuk tidak menyatukan kita, kau akan menasihati
anak-anakmu persis sama seperti kata-kataku. Barang tentu, kau tidak ingin
melihat anakmu mengalami kegagalan yang sama, penderitaan yang sama, kepedihan
yang sama.
Seandainya kita
harus tidak bersama-sama nanti, dan kau menjadi orang sukses berkat saranku
yang kau indahkan, mungkin kau lupa akulah yang menasihatimu melakukan hal-hal
yang membawamu mencapai sukses. Atau mungkin kau masih menyimpan beberapa hal
mengenaiku dan menceritakan pada anak-anakmu? Cerita tentang wanita yang kau
bersyukur telah menuruti sarannya.
Dan kemungkinan
yang paling aku inginkan, lebih tepatnya yang kubutuhkan, hidup meminta kita
melewati harinya bersama. Dan kau bisa mewujudkan apa yang telah kau cita. Pada
suatu senja yang saga mungkin kau akan menggenggam tanganku hangat, mengenang
masa muda sambil sesekali tertawa seirama, mengucapkan terimakasih atas apa
yang pernah kusarankan, dulu.
Aku mencintaimu. Berharap kau tetap
bersamaku dulu, kini dan nanti.
Sungguh, aku
tidak ingin ibadah yang kau lakukan hari ini hanya karena diriku. Aku tidak
mendapat apapun dari ibadah yang kau lakukan. Aku tidak senang karena bisa
memarkan pada teman-temanku ‘sekarang
pacarku taat’. Namun alasanku merasa senang adalah satu kewajibanmu
terlaksanakan. Kau tidak punya hutang
yang nantinya harus dibayar pada hari penghisapan.
Sama halnya
denganku, Ia Sang Punya Segala tidak membutuhkan ibadahmu. Hanya saja ia
mencatat, amal apa saja yang kau kerjakan yang nantinya akan dikembalikan
menjadi hakmu dalam bentuk yang berbeda. Berbeda dan lebih menguntungkan. Ialah
kemudahan jalan. Apa yang lebih diinginkan seorang hamba kepada Tuhannya selain
kemudahan? Kemudahan memperoleh pekerjaan, kemudahan mencari nafkah, kemudahan
memiliki keturunan, kemudahan mengurus momongan, kemudahan dalam pekerjaan.
Lalu, bagaimana caranya, agar kemudahan
itu diberikan padamu?
Sayang, setiap
orang memanen hasil tanam mereka masing-masing, dan tidak ada yang tertukar.
Jika kau tidak menanam apapun saat ini, apa yang akan kau panen di masa depan?
Apa yang bisa kau berikan pada orang tuamu? Apa yang membuat anak-anakmu bangga
pada jerih payahmu? Tidak ada. Tidak ada sampai kau berusaha mengubahnya.
Dan aku disini,
mendorongmu menuju perbaikkan. Membimbing semampuku saat kau harus berhadapan
dengan kesulitan.
Aku menerima
seluruh kebiasaan, sifat, dan tingkah lakumu. Hanya, ingin kau menjadi lebih
baik. Agar kelak, kau tidak menyesal. Agar kelak, kau memanen hasil tanammu.
Agar kelak, anak-anakmu punya perspektif yang baik tetangmu.
Ya, hanya itu.
Sebatas itu.
0 komentar:
Posting Komentar