kau yang pertama

on Minggu, 27 Januari 2013

Aku mencintaimu dengan pelafalan segala macam bahasa di dunia.

Sendat langkahku justru menggiringmu pada semangat kehidupan yang lebih baik.
Mengapa tidak dari dulu aku menceritakan semuanya padamu, agar semangat itu menggelora liar sejak dulu.
Sudahlah, terima saja. Begitu bukan?

Pengakuanmu tempo hari..
Masih mengiang di telinga. Sekali lagi mengirimkan impuls ke syaraf, mencoba menafsirkan dalam sadar.
Jiwaku seakan lepas dari raga, bersenyawa dengan debu, butiran pasir, dan hembusan angin, serta kadar oksigen.
Sungguh?
Aku tidak tahu harus melakukan apa. Setahuku aku begitu bahagia sampai lupa sehebat apa rasanya menjadi nomor satu yang kukira tidak mungkin tergayuh.
Ya, akulah sejatinya yang pertama, layaknya engkau betapa dinomorsatukan oleh segenap diriku.

Terkadang aku gamang, atau mungkin menyesal.
Seandainya dapat menajangkau hidupmu di masa lalu, segenap daya akan ku upayakan untuk menjadikan diriku yang pertama memilikimu.
Namun aku tersadar, mengingat masa itu sama dengan menyakiti kita yang sedang mencoba membangun rumah masa depan.
Aku bertahan, mensugesti diri bahwa akulah yang pertama memiliki raga dan cinta tulusmu.

Pengakuanmu subuh itu..
Waktu dimana malaikat mengepakkan sayap meninggalkan bumi, melesat menuju tempat ia berjaga. Meninggalkan bumi dengan senyum terkembang sekaligus syahdu mendengarkan pengakuanmu yang satu kalimat itu.
“kaulah yang pertama untukku”
Entah harus kunarasi apa.
Ternyata kita sama.. malaikat pun turut menjadi saksi pengakuanmu yang sederhana.
Semoga aminnya juga merdu melanglang buana saat kita bersenandung mengikrarkan akad pernikahan ):

Betapa nomor satu begitu berharganya.
Tetap cintai aku layaknya hari-hari lalu.
Bersama kita berdiri, bergandeng tangan menakhlukkan masa depan.
Di saat tidak ada tempat untuk singgah, akulah rumah yang masih bersedia menunggumu pulang ):

 writen in my room, 6th januari 2013 at 09.24pm




0 komentar:

Posting Komentar