MAKALAH
LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI DI
JOGJAKARTA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Pengampu : Dra. Tri Murwaningsih, M.Pd.
Disusun
oleh :
Nama : Nia Vita Kusuma
Haji
Kelas : B
NIM : K7411108
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI DI
JOGJAKARTA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Data
statistik menunjukkan jumlah unit usaha kecil dan menengah (UKM) mendekati
99,98 % terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerja
yang terlibat mencapai 91,8 juta orang atau 97,3% terhadap seluruh tenaga kerja
Indonesia. Jumlahnya pun semakin meningkat. Pada tahun 2010 berkisar 52,8 juta
unit usaha, maka pada 2011 sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit. Setiap
UKM rata-rata menyerap 3-5 tenaga kerja. Maka dengan adanya penambahan sekitar
3 juta unit maka tenaga kerja yang terserap bertambah 15 juta orang.
Pengangguran diharapkan menurun dari 6,8% menjadi 5 % dengan pertumbuhan UKM
tersebut. Hal ini mencerminkan peran serta UKM terhadap laju pertumbuhan
ekonomi memiliki signifikansi cukup tinggi bagi pemerataan ekonomi Indonesia
karena memang berperan banyak pada sektor ril.
UKM mampu menopang sendi-sendi
perekonomian bangsa dimasa sulit dan krisis ekonomi menerjang negeri ini
terutama tahun 1997/1998. Kala itu perusahaan besar ternyata tidak berdaya dan
oleng. Sejumlah konglomerat memperoleh fasilitas pinjaman dari pemerintah yang
dikenal dengan bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Tapi perusahaan
tak kunjung terselamatkan malah terjadi penggelapan BLBI.
Peran UKM tidak hanya ikut meredam
gejolak sosial akibat angka pengangguran yang semakin besar, tetapi secara
makro turut menumbuh-ratakan ekonomi negara. Berdasar data BPS mengenai
sumbangan UKM pada peningkatan produk domestik bruto (PDB) tercatat , UKM
menyumbang 56% dari total PDB di Indonesia.
Berikut disajikan beberapa jenis UKM
yang berada di daerah Jogjakarta dan analisisnya. Data dalam makalah ini
diperoleh dari observasi lapangan yang dilakukan pada hari Sabtu, 15 Desember
2012. Observasi lapangan berupa kunjungan di beberapa daerah industri di
Jogjakarta, yaitu daerah Kasongan, Manding, Pantai Depok, dan Malioboro.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang usaha
kecil menengah di atas, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana
perkembangan usaha kecil menengah gerabah di daerah Kasongan Jogjakarta?
2. Bagaimana
perkembangan usaha kecil menengah kulit di daerah Manding Jogjakarta?
3. Bagaimana
perkembangan usaha kecil menengah di Pantai Depok Jogjakarta?
4. Bagaimana
perkembangan usaha kecil menengah di Malioboro Jogjakarta?
C. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
perkembangan usaha kecil menengah gerabah di daerah Kasongan Jogjakarta.
2. Mengetahui
perkembangan usaha kecil menengah kulit di daerah Manding Jogjakarta.
3. Mengetahui
perkembangan usaha kecil menengah di Pantai Depok Jogjakarta.
4. Mengetahui
perkembangan usaha kecil menengah di Malioboro Jogjakarta.
D. Manfaat
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Menambah
wawasan mengenai perkembangan usaha kecil menengah.
2. Menganalisis
perkembangan usaha kecil menengah dan langkah-langkah pengembangannya.
3. Menambah
kreativitas dalam berwirausaha.
4. Memahami
hambatan-hambatan dalam berwirausaha dan penanganannya.
BAB II
Hasil Kunjungan Industri
A. Usaha Kecil di Kasongan
1.
Profil
Usaha
Kasongan merupakan salah satu kawasan
Desa Wisata yang berada di desa Bangunjiwo, Kasihan , Kabupaten
Bantul, Yogyakarta. Lokasinya sekitar empat kilometer arah utara pusat kota
Bantul. Selain menjadi desa wisata Kasongan sejak bertahun-tahun telah dikenal
dengan Kerajinan Tangan Gerabah. Kerajinan Gerabah merupakan
aneka bentuk kerajinan yang terbuat dari tanah liat. Selain berbelanja
dan wisata di kasongan, kita juga bisa melihat proses pembuatan aneka kerajinan
tangan gerabah. Kerajinan tangan kerabah sendiri dibuat dalam berbagai maam
bentuk misalnya alat rumah tangga, hiasan rumah, souvenir, vas , guci,
benda-benda antik dan lain sebagainya.
Sebagian
besar penduduk di Kasongan bekerja sebagai pengrajin gerabah. Kasongan
merupakan salah satu daerah yang ikut menjadi korban bencana gempa bumi
pada 27 Mei 2006 lalu. Kawasan yang terdiri dari lima dusun ini menjadi
salah satu daerah yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa bumi.
Meski produk kerajinan gerabah kasongan mengalami penurunan hampir 50%
karena bencana tersebut, perlahan-lahan mulai bangkit kembali. Produksi
kerajinan gerabah Kasongan sebagian besar sudah diekspor ke beberapa
negara Eropa dan Australia. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Bantul mencatat, pada 2009 unit usaha kerajinan gerabah Kasongan jumlahnya
telah mencapai 441 unit, melebihi jumlah sebelum gempa yang sebanyak 401 unit.
Jumlah tenaga kerja yang terserap juga bertambah menjadi 2.367 tenaga kerja,
dari sebelumnya hanya 1.995 orang.
Kerajinan
Kasongan pada mulanya sangat sederhana, hanya berupa celengan, mainan anak dan
perabot dapur serta pot bunga. Pada tahun 1971 - 1972, seorang seniman
Yogyakarta yang bernama Sapto Hudoyo membantu masyarakat Kasongan untuk
lebih kreatif dalam berproduksi, sehingga Kerajinan Kasongan atau Gerabah
Kasongan ini menjadi bekembang motif dan ragamnya tidak hanya monoton dan
membosankan.
2.
Wirausahawan
Yang Ditemui
a
Loro
Blonyo
Sanggar loro blonyo
adalah sebuah toko kerajinan di kasongan yang menjual berbagai macam patung
loro blonyo dan patung Nyi Roro Kidul. Patung loro blonyo adalah adalah sepasang patung pengantin yang sedang
duduk sopan. Patung Loro Blonyo pertama kali dibuat oleh sanggar Loro Blonyo
milik pak Walujo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik
Kraton Yogyakarta. Secara pengartian Jawa, Loro berarti dua atau sepasang,
sementara Blonyo bermakna dirias melalui prosesi pemandian dan didandani. Akan
tetapi makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja
di Kasongan.Adanya kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa keberuntungan
dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah.
Showroom ini
dinamai Loro Blonyo karena mengacu pada arti nama loro blonyo itu sendiri yang
artinya pasangan. Showroom ini
menjual patung-patung pengantin yang terbuat dari keramik dan merupakan
satu-satunya showroom yang menjual
kerajinan yang terbuat dari keramik. Bahan bakunya didapat dari daereah
Sukabumi berupa pasir putih, dan mempunyai rumah produksi sendiri. Karyawan
rumah produksi Loro Blonyo berjumlah 20 orang dan semuanya merupakan penduduk
lokal. Namun, ada satu karyawan yang bukan penduduk lokal dan justru karyawan
inilah yang menjadi karyawan kunci. Karyawan inilah yang membuat patung Nyi
Roro Kidul seharga Rp 125.000.000,- dan dinobatkan menjadi kerajinan termahal
di showroom Loro Blonyo. Sedangkan
kerajinan dengan harga termurahnya yaitu Rp 1.000,- . Barang yang dijual bermacam-macam, mulai dari
kereajinan yang kecil-kecil seperti asbak, wadah tissue, vas bunga, wadah sabun, sampai patung-patung yang rumit
pembuatannya.
Pemilik toko ini mengatakan bahwa pengahasilannya
tidak digantungkan pada showroom Loro
Blonyo, melainkan dari penjualan kerajinan ke toko Batik Keris diseluruh
Indonesia. Penghasilan lainnya juga didapat dari kegiatan ekspor. Umumnya,
harga ekspor lebih mahal dari pada harga yang diberikan ke toko Batik Keris.
Pembeli di shoowroom Loro Blonyo ini
harus pandai-pandai bernegosiasi, karena showroom
ini menggunakan sistem tawar menawar dalam menentukan harga.
Sebagi monopolist kerajinan yang terbuat dari
keramaik, Loro Blonyo menggunakan bahan pewarna terbaik yaitu berupa jing, opal
dan kaloin. Rata-rata waktu untuk memproduksi selama satu bulan, prosesnya
yaitu pencetakan, pembentukan, pewarnaan kemudian yang terakhir yaitu
pembakaran.
Pemilik showroom
ini tidak ingin gelerinya penjadi PT karena pajak yang begitu tinggi.
Menurutnya, penghasilan perbulannya tidak cukup untuk membayar pajak.
b. Sastro Keramik
Harga barang di showroom
Sastro ini relatif lebih murah dibanding harga barang di showroom Loro Blonyo. Barang-barang yang
dijual relatif lebih mudah pembuatannya
yaitu berupa cermin yang bingkainya ditempeli cangkang kerang, celengan yang
dibentuk tokoh cartoon seperti
doraemon, spongebob, meja kursi yang terbuat dari tanah liat, dan guci yang
ditempeli keramik dengan cara dilem. Harganya berkisar Rp 1000,- sampai Rp
1.000.000.-.
Showroom ini
bekerja sama dengan salah satu perusahaan di Belanda dan sudah dikontrak selama
12 tahun sejak tahun 2000 sampai sekarang. Harga sudah dipatok, sehingga
menurut pemilik showroom ini
tidakdapat memperoleh untung yang besar. Namun keuntungannya dapat dibilang ajeg.
Pelancong luar negeri juga banyak yang memesan barang
dari showroom ini, namun harganya biasanya
lebih tinggi dan dapat ditawar.
Sastro keramik mempunyai rumah produksi sendiri, namun jika
order terlalu banyak dan tidak dapat dikerjakan oleh rumah produksi miliknya,
order dilimpahkan kepada rumah produksi tetangga.
c. Langit biru
Salah satu usaha
di daerah Kasongan adalah Langit Biru, tempat ini menjual berbagai macam barang
yang berasal dari gerabah. Tempat ini buka selama 5-9 jam setiap harinya. Untuk
Temple telor tempat ini memproduksi sendiri. Pemilik dari toko ini bernama Ibu
Mila, Ibu Mila mempunyai karyawan sebanyak 3 orang. Menurut karyawannya, ibu
Mila sesekali menengok tokonya pada jam-jam makan siang yaitu sekitar pukul
13.00 WIB. Langit Biru mempunyai cabang di Bali. Barang-barang di Langit Biru
berkualitas baik sehingga dapat menembus pasar Internasional. Cabang di Bali
inilah yang mengekspor barang-barangnya ke Luar Negeri. Untuk masalah harga,
kisaran harga yang di keluarkan toko ini berkisar dari Rp 5.000,- hingga Rp
100.000.000,-. Keuntungan yang didapat ibu Mila berkisar sebesar Rp 7.000.000,-
hingga Rp 10.000.000,- setiap bulannya.
d. UPT Koperasi
Harga di UPT Kopereasi ini lebih
murah dibanding showroom lainnya.
Barang dari UPR Koperasi ini merupakan barang konsinyasi dari anggota koperasi.
Mayoritas anggota UPT koperasi tidak punya showroom.
Barang yang dijual di UPT koperasi
lebih komplit dibandingkan showroom yang
lain. Sayangnya, UPT Kopereasi terletak di tempat yang kurang strategis, bukan
di jalan utama.
B. Usaha Kecil di Manding
1.
Profil
Usaha
Kerajinan kulit Manding pernah
mengalami masa kejayaan pada tahun 1970an hingga 1980an. Walaupun tidak sejaya
dulu, tetapi saat ini kerajinan kulit Manding masih menjadi sentra desa wisata
kerajinan kulit di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kawasan Manding memiliki
sekitar 40 usaha kulit tradisional yang dikerjakan oleh ratusan warga sekitar.
Kawasan Manding bisa disamakan dengan kawasan Cibaduyut yang berada di Bandung
Jawa Barat.
Desa Wisata Kerajinan Kulit Manding
berada di persimpangan Jl. Parangtritis km 11, atau tepatnya di Jl. DR
Wahidin Sudiro Husodo, Manding, Sabdodadi, Bantul, sekitar 15 km dari pusat
kota Jogja ke arah selatan menuju Pantai Parangtritis. Akses menuju Manding
mudah karena Jalan Parangtritis ini dilalui oleh banyak kendaraan umum seperti
bis. Atau jika mengendarai kendaraan pribadi, maka perjalanan ke Manding akan
lebih mudah.
Kawasan Manding dihuni oleh deretan showroom yang jumlahnya ada sekitar 40. Showrooms ini menjual aneka produk
kerajinan kulit dengan memberdayakan warga setempat sebagai pekerjanya. Setiap showroom biasanya mempekerjakan sejumlah
karyawan sehingga dapat melayani pembeli dengan maksimal. Showroom di kawasan
Manding ini buka setiap hari mulai dari pagi hingga malam hari. Karena jarak
antarshowroom yang berdekatan, maka Anda bisa mengunjungi semua showroom dengan
hanya berjalan kaki.
Produk-produk kerajinan kulit yang
dihasilkan oleh kawasan manding ini adalah seperti jaket, sepatu, sandal, tas,
ikat pinggang, dompet, serta berbagai asesoris yang terbuat dari kulit seperti
pigura dan gantungan kunci. Kebanyakan produk Manding berasal dari kulit sapi
dan masih diproduksi secara rumahan. Untuk
membeli barang, diperlukan proses tawar-menawar karena barang yang dijual di
Manding ini kebanyakan dapat ditawar lebih murah lagi. Harganya yang murah jika
dibandingkan dengan harga-harga produk serupa di mal atau pusat perbelanjaan,
membuat kawasan Manding banyak diburu wisatawan yang ingin membeli produk
kerajinan kulit. Keistimewaan produk kerajinan kulit Manding yang lainnya
adalah kualitasnya yang bagus sehingga produknya bisa awet atau tahan lama.
Pembeli pun bisa memesan produk sesuai dengan keinginan.
2.
Wirausahawan
Yang Ditemui
a.
Moccasin
Shoes
Moccasin shoes adalah salah satu showroom yang
terletak di daerah Manding. Barang-barang yang dijual di tempat ini adalah
sepatu, sandal, sepatu sandal, tas, ikat pinggang, dan dompet. Harga sangat
bervariasi tergantung bahan dasar yang digunakan. Penjual mengaku bahwa ada
juga produk yang tidak terbuat dari kulit asli. Disini saya juga diberi ilmu
untuk membedakan mana yang kulit asli dan mana yang tidak. Moccasin shoes,
selain menjual barang produksinya di tempat ini juga menjualnya ke luar negeri.
b.
Toko Harti
Pemilik
kios ini bernama Angga Pamungkas. Toko ini bergabung di sentra Manding pada
tahun 2004. Ia mengaku, prospek usaha ini makin bagus, apalagi Manding makin
dikenal. Toko ini belum melayani pesanan dari luar daerah. Selain dikarenakan
keterbatasan stok, pemilik belum memiliki relasi yang kuat ke daerah-daeral
lain. Ia mengaku, omzetnya dalam sehari rata-rata Rp 500.000. Tapi saat
akhir pekan mencapai Rp 1 juta. Pasalnya, saat hari libur banyak turis
mengunjungi sentra ini.
C. Usaha Kecil di Pantai Depok
1.
Profil
Usaha
Berdasarkan
dari cerita orang setempat yang bernama Bapak Joyowijono, nama Depok bermula
dari pecahnya kerajaan Majapahit, yang menjadikan prajurit melarikan diri ke
sebuah tempat dan di tempat tersebut para prajurit mendirikan padepokan,
sehingga daerah tersebut diberi nama Depok, yang berasal dari kata padepokan.
Depok
diprakarsai oleh Tunggul Wulung, yang pada saat itu mempunyai anak angkat yang
bernama Aris Baya yang berperan untuk mengelola dusun Depok. Pada suatu hari
Tunggul Wulung meninggal yang mengakibatkan wilayah depok menjadi rebutan
Grogol. Pada akhirnya terpecah menjadi dua bagian yaitu 24 ruah – nyadran Depok
dan 25 ruah – nyadran grogol.
Pada tahun 1947 kelurahan Sono dan kelurahan Grogol bergabung
menjadi kelurahan Tirtoarjo dikarenakan adanya otonomi daerah, yang kemudian
kelurahan Tirtoarjo berubah menjadi kelurahan Parangtritis.
Walaupun pantai
Depok termasuk dalam wilayah pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terkenal dengan mitos Ratu Nyai Roro Kidul, namun dalam kenyataannya masyarakat
pantai Depok tidak memiliki larangan tertentu bagi para pengunjung yang ingin
bermain di kawasan in
Sebagai salah satu kawasan objek wisata di
Yogyakarta, pantai Depok memiliki tradisi dan kebudayaan yang amat sangat
menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah ritual Sedekah Laut. Sedekah Laut
diadakan dalam rangka memohon keselamatan kepada Tuhan , agar saat masyarakat
nelayan mencari ikan di laut terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Arena masyarakat Ngentak mata pencahariannya sebagai nelayan maka sedekah itu
dimaksudkan sebagai rasa syukur nelayan atas diberi keselamatan dan penghasilan
berupa ikan dan ditujukan kepada Sang Penguasa Laut, dengan harapan supaya para
nelayan ini selalu diberi hasil yang banyak dan selalu diberi keselamatan.
Mengenai waktunya mulai upacara adalah pukul 10.00 WIB dan kadang-kadang
berakhir sampai pukul 14.00 siang. Dalam hal ini tergantung dari banyak
sedikitnya acara. Selanjutnya untuk tempatnya, karena untuk memohon keselamatan
kepada Sang Ratu Laut Kidul, maka harus berada di pantai, yaitu di Pantai Pandan
Simo dan menghadap ke Selatan dimana Sang Ratu Kidul berada. Sebagai penutupan
upacara ini dipentaskan berbagai macam kesenian antara lain jatilan dan
salawatan.
Dari semua pantai yang ada di wilayah Bantul, Pantai Depok yang ada di
RT 1 Padukuhan Depok tampak paling dirancang menjadi pusat wisata kuliner.
Banyak rumah makan berjajar di Pantai Depok yang menyajikan hidangan sea food.
Hasil tangkapan nelayan di Pantai Depok biasanya dilelang di TPI. Jenis ikan yang berasal dari Pantai Depok antara lain lele laut, teri, samangati, layur, surung, kembung, tongkol, dan bawal putih. Jenis ikan yang didatangkan dari luar Pantai Depok adalah sarden, tuna, udang, kepiting, dan cumi-cumi, biasanya didatangkan dari Pantai Sadeng, Ngrenehan, Trisik, Congot, Cilacap, Semarang, Pacitan, dan Kalimantan. Selain itu, di Pantai Depok juga banyak terdapat pedagang asongan, seperti pedagang jagung bakar, pedagang layang-layang, pedagang peyek, pedagang ronde, dan pedagang siomay.
Dalam 10 tahun terakhir, Pantai Depok begitu berkembang pesat dengan konsep wisata kulinernya. Pada tahun 1998, beberapa nelayan yang berasal dari Cilacap menemukan tempat pendaratan yang memadai di Pantai Depok. Para nelayan tersebut membawa hasil tangkapan yang cukup banyak sehingga menggugah warga sekitar Pantai Depok yang umumnya berprofesi sebagai petani lahan pasir untuk ikut menangkap ikan. Sejumlah warga mulai melaut dengan hanya bermodal perahu bermotor yang dilengkapi cadik. Kegiatan menangkap ikan dilakukan hampir sepanjang tahun, kecuali pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat, yaitu Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, serta musim paceklik ikan bulan Juni – September (musim angin timur). Karena jumlah tangkapan ikan cukup besar, maka warga sekitar membuka Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang bernama Koperasi Mina Bahari 45. Seiring banyaknya pengunjung Pantai Depok, maka dibukalah warung makan-warung makan sea food.
Hasil tangkapan nelayan di Pantai Depok biasanya dilelang di TPI. Jenis ikan yang berasal dari Pantai Depok antara lain lele laut, teri, samangati, layur, surung, kembung, tongkol, dan bawal putih. Jenis ikan yang didatangkan dari luar Pantai Depok adalah sarden, tuna, udang, kepiting, dan cumi-cumi, biasanya didatangkan dari Pantai Sadeng, Ngrenehan, Trisik, Congot, Cilacap, Semarang, Pacitan, dan Kalimantan. Selain itu, di Pantai Depok juga banyak terdapat pedagang asongan, seperti pedagang jagung bakar, pedagang layang-layang, pedagang peyek, pedagang ronde, dan pedagang siomay.
Dalam 10 tahun terakhir, Pantai Depok begitu berkembang pesat dengan konsep wisata kulinernya. Pada tahun 1998, beberapa nelayan yang berasal dari Cilacap menemukan tempat pendaratan yang memadai di Pantai Depok. Para nelayan tersebut membawa hasil tangkapan yang cukup banyak sehingga menggugah warga sekitar Pantai Depok yang umumnya berprofesi sebagai petani lahan pasir untuk ikut menangkap ikan. Sejumlah warga mulai melaut dengan hanya bermodal perahu bermotor yang dilengkapi cadik. Kegiatan menangkap ikan dilakukan hampir sepanjang tahun, kecuali pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat, yaitu Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, serta musim paceklik ikan bulan Juni – September (musim angin timur). Karena jumlah tangkapan ikan cukup besar, maka warga sekitar membuka Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang bernama Koperasi Mina Bahari 45. Seiring banyaknya pengunjung Pantai Depok, maka dibukalah warung makan-warung makan sea food.
Di pos retribusi Pantai Depok, wisatawan dipungut iuran Rp 4.000,- untuk duaorang dan satu
motor. Jika menggunakan mobil dipungut Rp 5.000,- plus biaya perorangan.
2.
Wirausahawan
Yang Ditemui
a.
Penjual Rempeyek
Pedagang penjadi responden yaiut Ibu
Pujo Riyanto. Beliau menjual
rempeyek udang,udang goreng,ikan belut dan lain-lain.
Penghasilan
yang didapat dari hasil berjualan ini sebesar Rp 500.000,-. Proses jual beli menggunakan
proses tawar menawar.
Harga yang ditawarkan untuk rempeyek udang Rp 5.000,- setiap 2 bungkusnya.
Sedangkan harga yang ditawarkan untuk udang Rp 15.000,- per ons.
b.
Penjual Hiasan Dari Kerang
Salah satu penjual hiasan dari kerang adalah Pak Mojo. Pak Mojo menjual berbagai macam kerang yang sudah diolah menjadi
gantungan kunci, hiasan cermin, gantungan kamar, hiasan lampu dan
masih banyak yang lain. Pak Mojo mempunyai cabang di pantai
Depok dan Parang Tritis. Hiasan
dari kerang tersebut dibuat sendiri oleh Pak mojo dibantu karyawan.Harga
hiasan-hiasan yang dijual berkisar antara RP 1000,00 – Rp 110.000,00.Pak Mojo
dapat maraup keuntungan sebanyak Rp 500.000,-per bulan. Jika
membeli barang di tempat Pak Pujo harus melalui proses tawar menawar.
c. Penjual Ikan dan Seafood
Menurut
panjual ikan yang bernama Ibu Handayani, hidangan ikan paling popular yaitu
ikan cikalang seharga Rp 8.000,- perkilo, berisi 5-6 ikan. Selain itu yang
diminati konsumen yaitu ikan kakap putih dan kakap merah. Seharga Rp 17.000,-
sampai Rp 25.000,- perkilo. Ikan yang lebih mahal yaitu ikan bawal seharga Rp
27.000,- samapi Rp 60.000,-. Selain ikan, dijual juga cumi-cumi, kepiting dan
udang.
D. Usaha Kecil di Malioboro
1.
Profil
Usaha
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos
Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di
kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan Malioboro sangat terkenal dengan
para pedagang
kaki lima yang
menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan
mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang
jalan ini.
2.
Wirausahawan
Yang Ditemui
a.
Toko Batik Kharisma
Toko Batik Kharisma adalah salah satu toko batik yang berada
di sebelah ruas kanan jalan malioboro dari utara.Toko Batik Kharisma menjual
berbagai macam batik mulai dari anak- anak sampai dewasa. Model batik di toko ini cukup menarik. Penjual toko ini juga ramah
saat menawarkan baju batiknya. Penjual
juga bisa memberi banyak pilihan
jika kita membeli di toko tersebut. Harga
baju batik di toko ini tidak bisa ditawar atau harga pas. Harga
batik yang dijual mulai dari Rp 19.900,- sampai
Rp 200.000,.
Bermacam- macam warna batik ditemukan disini dengan corak yang
bebeda-beda.
b.
Penjual Bakpia Patok
Salah satu pedagang bakpia patok di Malioboro menjual
bakpia patok dengan berbagai merk. Namun yang paling terkenal adalah Bakpia 25
dan Bakpia 75. Selain itu ada juga Bakpia 55, 35, 65, 99. Penamaan itu dulunya berdasarkan nomor
rumah tempat produksi bakpia di Jalan Patok yang sekarang menjadi Jalan AIP II
KS Tubun.
Dari segi variasi rasa, bakpia tidak hanya berisi
kacang ijo. Bakpia yang original memang menggunakan rasa kacang ijo. Namun
sekarang sudah ada rasa lain seperti coklat, durian, nanas, keju, dan kumbu
hitam. Tetapi yang paling enak tetep bakpia rasa kacang ijo dan coklat.
Soal harga yang ditawarkan penjual ini Rp 12.500,-. Dan menggunakan proses tawar menawar. Harga bakpia patok yang asli bisa mencapai Rp
26.000,-. Tapi rasanya memang berbeda. Lebih
enak bakpia patok yang harganya mahal yang diproduksi langsung dari pabriknya.
BAB
III
Analisis
A. Kasongan
Keengganan showrooms menjadi PT merupakan salah
satu hal yang menjadi sorotan. Alasannya adalah pajak yang tinggi. Dalam hal
ini, pemerintah harus meregulasi peraturan perpajakan agar tidak membebani
pedangang kecil menengah. Selain itu, pemberian pinjaman kepada pengusaha kecil
menengah juga harus dipermudah, mengingat UPT Koperasi yang menampung warga
yang tidak memiliki showroom. Selain
itu, harus ada pengaturan ulang mengenai tata letak showrooms yang terletak di jalan utama. UPT Koperasi yang harusnya
menjadi sentra kegiatan usaha malah terletak di tempat yang tidak strategis.
Perkembangan usaha di wilayah ini menurut
penulis cukup baik, mengingat pengunjung setiap tahunnya meningkat, terlebih di
saat liburan sekolah. Mengenai ekspor, pemerintah harus memberikan perlindungan
yang lebih pada pengusaha ang melakukan ekspor. Tingkat ekspor yang relatif
sangat membantu perekonomian negara.
B. Manding
Saat penelitian dilakukan, kawasan ini
terlihat sepi. Namun menurut responden, beberapa toko sudah melakukan kegiatan
ekspor. Agar memperamai kawasan ini serta pengembangan ke arah positif,
beberapa penarik harus diberikan, seperi misalnya display yang lebih rap dan
pelayanan yang lebih memuaskani. Karena showroom
di kawasan ini tidak tertata rapi dan pelayanan yang kuran memuaskan.
C. Pantai Depok
Meskipun saat
penelitian dilakukan kawasan ini cukup ramai, namun ternyata pedagang di
kawasan ini tidak memperoleh untung yang besar dari kegiatan perdagangan.
Tempat yang amis dan kumuh mungkin juga salah satu penyebeb enggannya pelancong
menikmati hidangan di kawasan Pantai Depok ini. Dalam pengembangan ke depan,
diharapkan ada tata pantai yang bagus, berorentasi pada alam sehingga dapat
meningkatkan pendapatan pedagang.
Retribusi masuk kawasan wisata yang tidak
jujur mungkin juga membuat orang kapok berkunjung
kedua kalinya ke pantai ini. Pasalnya, tarif sebenarnya dan tarif yang ditarik
tidaklah sama. Disebutkan bahwa untuk kendaraan beroda empat tarifnya sebesar
Rp 5.000,- per kendaraan, namun kenyataannya dikenai tarif Rp 5.000,- per
orang.
D. Malioboro
Kawasan Malioboro yang
terkenal dengan pasar pada malam harinya merupakan kawasan terakhir yang
menjadi tempat observasi. Kegiatan usaha kecil di Malioboro ini juga harus
ditata ulang mengenai display serta diharapkan terdapat inovasi yang lebih dari
para pedagang.
Pedagang kaki lima ini kalah bersaing
dengan toko-toko besar yang justru letaknya tertutup oleh barang dagangan
pedagang kaki lima ini. Menurut penulis, sistem tawar menawar di Malioboro
merupakan suatu sistem yang keliru, mengingat saingannya adalah toko-toko besar
yang sering memberi diskon dan tidak memerlukan proses tawar menawar. Bagi
orang yang berpengalam akan lebih suka berbelanja di toko-toko besar tersebut.
Jika adat tawar menawar ini terus berlangsung, kelamaan akan kehilangan
pelangga.
Daftar Pustaka
sumber : peluangusaha.kontan.co.id
Wikipedia.com
http://krjogja.com/read/154422/pedagang-malioboro-tambah-stok-30-persen.kr
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/depok/
0 komentar:
Posting Komentar