Pujaan Seorang Teman

on Jumat, 29 Maret 2013


Dia duduk pada bangku tepat di depanku. Mataku melekat, menatap penuh harap menjadi dirinya yang menurut penilaianku tak punya celah salah.
Lalu punggungnya bersandar pada kursi, mendekatkan tubuh kami yang aku condong ke depan. Pembicaraan pertama dan singkat itu pun terucap.
“Ini kena apa?” Sentuhku pada bagian belakang jilbabnya.
“Ha? Apa? Aku tidak tahu.” Ia menjawab dengan nyaring suara elegan.
“Oh, lotion ternyata.” Kataku setelah selesai membersihkan.
“Terima kasih.” Ucapnya tulus, diiringi senyum halus.
“Sama-sama.”
Sungguh, menurutku itu anugerah.berbincang sebentar dengan teman yang setiap menatapnya diliputi kekaguman. Ia dewi sementara aku kurcaci. Dan aku, sejak lama ingin menjadi teman dekat, melewati hari bersama di tempat yang baginya rantau. Saling menguatkan ketika melemah, saling mendorong ketika pergerakan terhenti, saling berdoa untuk peruntungan bersama. Agar Ia meridhai tali persahabatan kami.
Namun sampai nanti, angan itu hanya ada di awang. Dan akan selalu kusiram agar tak melayu terenggut waktu.

Ketika hujan berebut menyirami tanah Kentingan.

My room, sabtu, 09-03-2013.

0 komentar:

Posting Komentar