Pagi, apa kabar gerangan?
Maihkan berkutat dengan lelah yang menguras berat
untuk mengimbangi ketertinggalan perlahan?
Baik, pagi..
Aku ingin bercerita padamu tentang kisah pulang ke
rumahku senja lalu.
Bukan apa-apa, hanya saja lalu lintas tak banyak
berhamburan, seakan mempersilahkanku berjalan tanpa halangan, atau mungkin
menginginkan aspal rehat sejenak setelah sepanjang hari diinjak-injak.
Sama sepertiku yang sepagi-sore berjinjit mengelabuhi
lelah dengan serangkai rutinitas.
Namun kau benar, pagi..
Lelah itu bagai ajal, dimanapun kamu, ia bersiap
menjemput tanpa pernah luput. Dan kau, pagi, akan menjadi obat paling sakti
yang bisa menangani,
Pun, entah mengapa aku menyetujui. Ronamu, embun,
langit fajar, kicau burung, semilir angin yang menggesak dedaun berguguran,
sapa antar tetangga, olahraga, selalu bisa membuatku penuh cinta serta merasa
bahagia.
Ketika jiwa bermuka pasrah menutup hari pada malam,
bersuka cita menyambutmu datang. Terbangun, membawa mimpi baru, menikmati
secangkir kopi yang aromanya merangsang lidah untuk segera menyesap. Kau, yang
membawa kembali, dari malam mencekam.
Doa rangkaian Hasan Al-banna lagi melantun.
“Ya Allah, berilah kesehatan pada badanku, berikan
kesehatan pada pendengaranku, dan berilah kesehatan pada penglihatanku. Aku berlindung
pada-Mu dari rasa susah dan sedih, dari sifat malas dan lemas, dari perbuatan
pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan
orang-orang.”
My room, Sabtu 09-03-2013. 06:39
0 komentar:
Posting Komentar