Sayangku :*

on Jumat, 29 Maret 2013


Kamulah semangat itu. Ya, kamu, yang cintaku padamu mampu mematahkan pisau gaib Will-nya Lyra.

Ketika taman hatiku melayu, pada titik itu apelium kita terjadi. Dan saat bebunga mendendang lagu, kala itu tanganku menggenggam sejuta rindu.
Aku baru saja memahami, ketika sang hujan mengucap “aku datang” pada malam. Ketika ku rasa kita amat jauhnya, terputus ikatan, mendadak aku penuh ragu untuk melewati hari yang masih memberi kesempatan beraktualisasi. Ingin menyudahi dan berkata “aku menyerah”. Namun apa dayaku, pada Ia Sang Pemilik Hidup dan Mati? Mengikhlaskan sesia usia toh tidak mengubah apa-apa.

Aku berhutang banyak padamu, baik materi maupun budi. Bahkan jika dikalkulasi tak akan lunas pabila nyawa menjadi balas.
Lantas, bagaimana model sebaik-baik ucapan terima kasih selain mengasihi tanpa pamrih? Bagaiman cara terbaik mengimbangi selain setia mendampingi?

Ya, kamu. Aku berterima kasih, dan masih mengimbangi kebaikanmu, meski ku tak tahu bagaimana.
Ya, kamu. Menyadarkan aku betapa berharga waktu, betapa menderita jiwa-jiwa yang hampa.
Ya, kamu. Spektrum yang bersemayam tanpa lelah di lubuk jantungku, sukses membuatnya mendegup lebih kencang, memompa darah lebih cepat.
Ya, kamu.

My room, senin 04-03-2013. 19:30

0 komentar:

Posting Komentar