Kaisar

on Minggu, 03 Maret 2013


“Kita belum benar menguasai. Sebaiknya bersabar saja. Kita tidak mungkin menang.”
“Apa kau yakin nantinya kita akan kuasa?”
“Iya, nanti waktunya.”
“Benarkah?”
“Terserah saja jika tidak percaya.”
“Kau pesimis, skeptis. Bukan jiwa ksatria melakukannya.”
“Aku tidak ingin kalah.”
“Yakinkah dirimu nanti pada waktunya kau akan menjadi kuasa? Tidakkah bebannya terlalu berat sehingga memaksamu selamanya berada dan memilih bertempat di titik tumpu?”
“Aku tidak mengerti.” Aku marah, menatap orang lancang ini tajam.
“Putuskan! Akankah kamu menjadi beban, atau kuasa. Seperti pula diri kita, qda Iblis dan Malaikat yang memahami lebih dari jiwa kita sendiri.”
Aku bungkam, kalimatnya tidak memiliki unsur kekanakan namun keegoisanku mengekang.
“Mengapa harus setengah jika mampu menanggung satu? Seorang bijak menasihatiku, Ia akan mengganjarmu agar kau melakukan ulang.” Tanpa sedikit pun menoleh ke arahku, ia menyedot es jeruk asamnya takzim. Lalu mengangkat muka sambil mengerjam mata. “Asam sekali. Kau mau coba?”
“Tidak, terima kasih. Melihatmu saja indera pengecapku merasakan sensasi yang sama.”
“Kalau begitu, selamanya kau tiddak akan tahu bagaimana rasa es jeruk yang begitu asam.” Godanya.
Ia benar, aku hanya akan merasakan sensasi tanpa menikmati seasam apa minuman favoritnya itu, yang selalu tersesap meski dingin berhasil menusuk regang tulang.
Mengira-ira mengenai beban, titik tumpu dan kuasa. Mengenai ucapannya. Barangkali ia benar, aku masih ternyamankan mendiami titik tumpu, kepasifan yang ku anggap seimbang. Namun justru tidak memberiku kemajuan.
“Kaisar.” Panggilku pelan, dan ia menoleh, tatapan yang berbanding terbalik dengan seduhannya. “Aku memutuskan untuk mengambilnya. Terlepas dari bisa atau tidak. Pasti ada jalan, bukan? Toh, kesempatan ada kalanya seperti menunggu durian jatuh di bawah pohin mangga.”
Matanya berbinar. “Jadi, kau mau mencoba?”
“Ya.” Vonemku beresonansi dengan intonasi dan mimik mantab.
“Es jeruk asamku?” Dan ia menyeringai, memamerkan deretan gigi rapi.
“Oh, sialan.” Kami terbahak.




My room, Jumat 01-03-2013. 22:27

witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar