Hallo Karang,
Sudahkan di tengahmu mekar bebunga?
Apakah ia mawar?
Ah, mana mungkin mawar tumbuh di atas tegarnya karang!
Lama tidak menjumpaimu karang
Bagaimana kabar gerangan?
Aku lebih dari tidak kurang satu apapun, kecuali ketegaran
Ya, aku rindu padamu karang.
Ku harap kau merasa hal yang sama
Hanya ingin membagi secuil lara
Semoga tegarmu menulari rapuhku
Mengenai sepenggal cerita
Anak manusia yang bimbang melantun di tengah semarak kicau
burung beradu, aku, dan raguku.
Ia bukan sesiapa, atau bagaimana, atau apa
Ia menyendiri di tengah kerumunan, sekuat tenaga menutupi
nestapa
Sendirinya, yang mengarahkan tatapku padanya, dan aku menemukan
yang selama ini kuelak mentah-mentah, bahwa di atas karang, tumbuh setangkai
mawar.
Ia gadis cantik yang dibalut kesederhanaan, di tengah
kerumunan yang bertabur hingar bingar.
Tetiba, senyum terlempar ke arahku,
Barangkali bayaran untuk tatapan yang membelak,
Ia, cantik sekali, meski penuh dengan kesederhanaan, paling
cantik di antara kerumunan.
“Hallo, namaku Rosie. Aku berasal dari pelosok desa nan jauh
dari gemerlap kota. Ayahku meninggal ketika aku berusia tujuh. Ibuku buruh yang
bekerja pada juragan beras di desa kami. Salam kenal.”
Namun tatapnya hangat, jabat tangannya menenangkan,
senyumnya santun bersahaja.
0 komentar:
Posting Komentar