Antara Jiwa dan Tuhannya

on Selasa, 08 Oktober 2013

Ilustrasi 1
Tatap, kali bermula dari tak sengaja
Ia duduk di depan kertas-kertas
Aku mengucap salam dan mengambil posisi tepat di depannya
Menyerahkan kertasku sembari bertanya mengenai problema
Ia menyarankan, lalu aku berterima kasih kemudian pergi
Beberapa waktu kemudian kami kembali jumpa
Ada tegur sapa, jabat hangat dan senyum memikat dari dirinya
Hanya 3 patah kata, namun serasa ia kenalan lama.

Hari-hari berikutnya lebih banyak temu
Tanpa ia tahu, aku diam-diam mengamati dari keramaian kesibukan
Satu hal yang belum pernah aku temui pada diri wanita di tempat ini.
Ia, memiliki ketulusan yang tiada kira kuantitasnya, tiada banding kualitasnya.
Ya, itu saja namun bedampak luar biasa.

Ilustrasi 2
Busana dan asesoris melambangkan superioritas tak berbatas
Melenggang penuh percaya pada diri, akan mampu menarik tatap para lelaki yang duduk di sepanjang kanopi

Berkali ku dengar riuh canda tawa dan kehangatan, namun aku tidak merasakan ikatan.
Mereka bagai kumpulan awan yang mau saja dibawa angin pergi, mengikhlaskan matahari menutup diri dan berganti mendung yang menaungi.

Agaknya ada yang kurang dalam hubungan itu, barangkali karena masing-masing mereka tidak ada yang memiliki semacam perisai, yang memancarkan aura merangkul sesama dalam satu jalan, yang benar.
Barangkali namanya ketulusan.



Menerawang
Aku belum mampu menemukan pembeda, namun sekelumit jawaban tentang kedekatan dengan Pencipta memberiku sedikit rambu meski masih abu-abu benar salahnya.
Ia secara lugas menyatakan, “Barang siapa berkasih sayang karena Aku, akan Ku perintahkan seluruh penduduk langit dan bumi menyayanginya.”
Perintah itu, hanya dapat dipahami oleh jiwa-jiwa yang dekat dengan Tuhannya. Dan kedekatan jiwa dengan Tuhan, hanya dan hanya jika seorang hamba bersih dari segala perkara dunia.
Barangkali aku salah menyimpulkan, semoga tidak berdapak buruk pada tiang yang sedang kudirikan. Namun aku masih berdoa, semoga hipotesa itu teruji kebenarannya, tanpa perlu trianggulasi validitias berulang, atau analisis tajam dan melelahkan.
  
Wahai jiwa-jiwa yang tenang
Kembalilah dengan hati yang ridha dan diridhai-Nnya.

witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar