Dua puluh empat jam, hampir,
dan baru kali ini kita terpisah beratus kilo meter jauhnya.
Kamu tahu, seberat apa harus mengangkat kaki memasuki bus
yang mengantarku ke sini?
Kamu tahu, sekencang apa aku mengekang air mata untuk tidak
frontal menunjukkan sedihku dihadapmu?
Kamu tahu, seerat apa aku menarik diriku untuk tidak
menghambur ke kokoh lenganmu?
Lalu tatap terakhir, sebelum bus yang mengantar aku ke sini
berlalu.
Dan masih terekat kuat pancar matamu yang membuncah rindu.
Aku tidak ingin pulang tanpa membawa apa-apa untukmu. Aku akan
atau bahkan harus, mengambil posisi satu untukmu. Untuk perjuanganku
mengalahkan rasa enggan berpisah jauh darimu.
Untuk kamu, ridhakah kau padaku?
Aku bukan wanita baik, lemah tutur, halus tingkah, alim
tindakan.
Aku, begitu dimainkan kuat oleh perasaanku sendiri, sering
berat sebelah dalam memperlakukan diriku atas orang lain.
Termasuk kamu.
Ya, ridhakah kau padaku?
Maafkan aku atas salah yang bukan lagi khilaf atau maaf yang
sudah sekian kali terucap.
For my beloved, Bely Arta Jihad Khoirot.
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar