Candamu,
Daun yang gugur pun tahu bahwa
itu sekedar lucon. Namun mengapa subuh ini tetiba aku mengiyakan.
Candamu,
Barangkali aku yang angkuh
mempercayai. Atau kealpaan hati mengakui. Namun semakin aku bangun sejauh itu
pula aku sadar.
Dia miliknya, ia dan dirinya.
Sedangkan aku.. Aku bersamamu, kau hidupi, kau lindungi, kau bela, kau naungi.
Hanya, aku terbangun dari tidur
dengan kenyamanan yang meluntur. Ia mendahuluiku melenggang bersama pria punya.
Sementara kita terbelakang karena uang. Karena kita HANYA guru dan aku benci
olokan itu.
Aku tahu, hari ini kita hanya.
Tapi ke depan, jalan masih terbentang panjang, kecuali tercut kematian. Dengan
berdirinya kita di ikat suci tali, menabur kebaikan pada setiap yang
membutuhkan pertolongan, tidak melulu diri, atau berbondong pujian, aku masih
menyimpan impian. Impian untuk kita di hari esok. Anak manusia yang sempat
terlunta dan merasa hidupnya tak ada daya.
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar