Dan
hari itu adalah 6 bulan dari sekarang namun aku masih terdiam
21
tahun
Namun
pilihan masih bergelantungan dan belum satu pun yang ku pertahankan karena
banyaknya pertimbangan.
21
tahun
Aku
harus tahu, seharusnya.
Apakah
aku tahun depan.
Dimanakah
tempatku berada tahun depan.
Bagaimana
harus menggapainya, tahun depan.
Namun
aku masih sama seperti tahun lalu.
Yang
berbeda adalah kebingunganku berlipat karena hari itu adalah 6 bulan dari
sekarang.
“Profesi
terbaik untuk wanita adalah guru. Mengapa? Karena waktu bekerja tidak menguras
letih sampai tidak bisa mengurus rumah; anak-anak dan suami.”
“Kamu
harus memanfaatkan kartu yang sekarang sudah kamu pegang dengan baik.”
“Percaya
padaku, kamu coco jadi guru.”
“Saat
aku seusiamu, aku menolak untuk melamar pekerjaan karena kecongkakan. Dalam
pikiranku, menjadi pengusaha artinya kamu menikmati surga, namun pada akhirnya
aku harus menyerah pada kecongkakan, sayang sudah tidak ada jalan kembali,
berusaha melamar pekerjaan.”
Haruskah
aku kembali mendengar kata orang? Seperti kisah 3 tahun silam yang sesalnya
masih ku kenang hingga sekarang?
Haruskan
aku tidak mempercayai kemampuan diriku? Seperti kisah 3 tahun silam, hingga
detik ini masih ku rutuki diri.
Dan
aku menyukai kalimat yang memancarkan energi positif dari maestroku, maestro
kami.
“Selagi
berusaha dan berdoa, serta niat yang lurus, kamu pasti bisa. Asal kamu punya
mimpi. Percayalah padaku, muridku. Allah tahu dan selalu mendengar hambanya
yang memohon.”
Mereka
yang percaya, 3 tahun sejak hari itu menjadi orang berjaya. Orang-orang skeptis
sepertiku, masih mengurung singa dirinya dan takut untuk melecut, membawanya
melejit setinggi langit, angkasa. Mimpiku.
Akhirnya benar-benar terpenjara dalam dialog dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar