Apa Kabar 21 Tahunku?

on Kamis, 04 Desember 2014


Dan hari itu adalah 6 bulan dari sekarang namun aku masih terdiam

21 tahun
Namun pilihan masih bergelantungan dan belum satu pun yang ku pertahankan karena banyaknya pertimbangan.
21 tahun
Aku harus tahu, seharusnya.
Apakah aku tahun depan.
Dimanakah tempatku berada tahun depan.
Bagaimana harus menggapainya, tahun depan.
Namun aku masih sama seperti tahun lalu.
Yang berbeda adalah kebingunganku berlipat karena hari itu adalah 6 bulan dari sekarang.

“Profesi terbaik untuk wanita adalah guru. Mengapa? Karena waktu bekerja tidak menguras letih sampai tidak bisa mengurus rumah; anak-anak dan suami.”
“Kamu harus memanfaatkan kartu yang sekarang sudah kamu pegang dengan baik.”
“Percaya padaku, kamu coco jadi guru.”
“Saat aku seusiamu, aku menolak untuk melamar pekerjaan karena kecongkakan. Dalam pikiranku, menjadi pengusaha artinya kamu menikmati surga, namun pada akhirnya aku harus menyerah pada kecongkakan, sayang sudah tidak ada jalan kembali, berusaha melamar pekerjaan.”

Haruskah aku kembali mendengar kata orang? Seperti kisah 3 tahun silam yang sesalnya masih ku kenang hingga sekarang?
Haruskan aku tidak mempercayai kemampuan diriku? Seperti kisah 3 tahun silam, hingga detik ini masih ku rutuki diri.

Dan aku menyukai kalimat yang memancarkan energi positif dari maestroku, maestro kami.
“Selagi berusaha dan berdoa, serta niat yang lurus, kamu pasti bisa. Asal kamu punya mimpi. Percayalah padaku, muridku. Allah tahu dan selalu mendengar hambanya yang memohon.”

Mereka yang percaya, 3 tahun sejak hari itu menjadi orang berjaya. Orang-orang skeptis sepertiku, masih mengurung singa dirinya dan takut untuk melecut, membawanya melejit setinggi langit, angkasa. Mimpiku. Akhirnya benar-benar terpenjara dalam dialog dirinya.

witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar