Haruskah
kita hilang saat aku sedang menginginkan KITA selamanya?
Kita
berada pada saling diam yang sama. Aku dengan sensitifitasku, dan kamu dengan
angkuhmu.
Pertemanan
yang kita bangun bertahun akhirnya rusak di satu hari dengan sebab yang konyol
dan kekanakan sampai pada perang dingin berkepanjangan.
Berawal
dari drama, namun kamu tak kunjung memahami kodeku.
Pada
akhirnya, aku menunggumu dan kamu, mungkin, pun menungguku.
Dan
aku tahu, dari kita sama-sama tidak akan ada yang memulai. Karena hati yang
kujaga agar tidak disakiti ternyata harus hancur karena ulahmu yang kekanakan
dan balasku yang konyol tak beralasan. Sementara angkuhmu, tak akan mendekati
dan menyentuh hatiku yang terlanjur kau sakiti.
Apakah
sebenarnya aku yang angkuh terhadapmu, sahabat? Tingkahkulah yang membuatmu
memperlakukan aku seakan bukan siapa-siapamu di depan teman baruku? Karena aku
merebut seseorang darimu? Kurangkah usahaku untuk menjadikanmu bagian dari
kami? Merangkulmu setiap aku bisa, menyanya kabarmu selagi lenggang. Namun
sahabat, bertanyalah pada dirimu apa balas terhadap usahaku?
Aku,
ingin menjadi temanmu, seerat aku dengan mereka. Untuk itulah aku berusaha,
namun sudah aku menyerah. Jika memang menyentuh hatimu membutuhkan energi yang
luar biasa, aku tidak bisa karena akhlakku tidak mulia.
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar