Setelah baca tulisanku tentang kepengenan jauhin anak dari lingkungan yang menurutku tidak sesuai dengan nilai baik dan benar versiku, suami komen "Nek koe pengen pindah omah, aku siap". Enggak sih, poinnya bukan sekedar pindahan omah menurutku.
Jauhin anak dari lingkungan yang nggak sesuai sama nilai kita bisa lewat sekolah, atau aktivitas luar rumah misal course atau ajak anak bisnisan apa gitu (yang terakhir ini mohon doa ya, moga segera realisasi, lancar, dan berkah rizkinya). Asal tiap hari pergi dari rumah, nggak ngendon aja di rumah.
Dulu lulus SD aku sekolah di SMP yang pada masanya, bagiku dan keluarga udah pride banget bisa sekolah disana. Secara, di kotaku aja belum ada jenis sekolah cem SMPku pada masa itu. Dan karena sekolahku full day, aku jadi nggak pernah maen bahkan ke rumah mbah tiku yang cuman 100m dari rumahku. Bagi ibuku kala itu, nilai dikeluarga besar kami tidak sesuai dengan nilai ibuku. Makanya ibuku jauhin aku dengan sekolah full day. Waktu itu aku baik-baik sajakah? Jelas tidak ya. Tidak sama sekali. Tapi pada akhirnya setelah aku dewasa, aku sebersyukur ini kok. Terima kasih, mama, bapak.
Jadi, misal pun nanti Kaisar harus banget sekolah di sekolah sekitar lingkungan kami, ya nggak pa-pa banget. Tapi habis sekolah, ambil course sampai malam. Akhir pekan kita pergi kemana gitu sekeluarga. Biar aja dikata nggak pernah srawung orang. Kenapa banget harus srawung kalau emang bagi kita nggak sesuai, nggak cocok aja gitu.
Sampai-sampai aku pernah dikatai temenku "Koe ki wong ndeso tapi kok ra ngetoki nek ndeso to". Bukan masalah fashion atau logat sih ini. Lebih ke mind set aja. Temenku merasa cara berpikirku luas gitu, dan seenggak peduli itu dengan nggak akrab sama tetangga. Bodo amat dah! Lol.
Bedeweh aku emang tinggal dilingkungan yang (sekarang ini hlo ya, moga nanti membaik dengan menjamurnya ilmu yang gampang diakses) tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Ilmu apapun ya, nggak cuman ilmu yang didapat dari sekolah tapi juga ilmu agama gitu-gitu. Tahu sendiri kan, kalau pendidikan rendah dampak buruknya kemana-mana. Aku agak malas untuk tulis takutnya nggak bisa rem emosiku. Nggak kondusif bangetlah untuk gedein anak kalau kataku.
Jauhin anak dari lingkungan yang nggak sesuai sama nilai kita bisa lewat sekolah, atau aktivitas luar rumah misal course atau ajak anak bisnisan apa gitu (yang terakhir ini mohon doa ya, moga segera realisasi, lancar, dan berkah rizkinya). Asal tiap hari pergi dari rumah, nggak ngendon aja di rumah.
Dulu lulus SD aku sekolah di SMP yang pada masanya, bagiku dan keluarga udah pride banget bisa sekolah disana. Secara, di kotaku aja belum ada jenis sekolah cem SMPku pada masa itu. Dan karena sekolahku full day, aku jadi nggak pernah maen bahkan ke rumah mbah tiku yang cuman 100m dari rumahku. Bagi ibuku kala itu, nilai dikeluarga besar kami tidak sesuai dengan nilai ibuku. Makanya ibuku jauhin aku dengan sekolah full day. Waktu itu aku baik-baik sajakah? Jelas tidak ya. Tidak sama sekali. Tapi pada akhirnya setelah aku dewasa, aku sebersyukur ini kok. Terima kasih, mama, bapak.
Jadi, misal pun nanti Kaisar harus banget sekolah di sekolah sekitar lingkungan kami, ya nggak pa-pa banget. Tapi habis sekolah, ambil course sampai malam. Akhir pekan kita pergi kemana gitu sekeluarga. Biar aja dikata nggak pernah srawung orang. Kenapa banget harus srawung kalau emang bagi kita nggak sesuai, nggak cocok aja gitu.
Sampai-sampai aku pernah dikatai temenku "Koe ki wong ndeso tapi kok ra ngetoki nek ndeso to". Bukan masalah fashion atau logat sih ini. Lebih ke mind set aja. Temenku merasa cara berpikirku luas gitu, dan seenggak peduli itu dengan nggak akrab sama tetangga. Bodo amat dah! Lol.
Bedeweh aku emang tinggal dilingkungan yang (sekarang ini hlo ya, moga nanti membaik dengan menjamurnya ilmu yang gampang diakses) tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Ilmu apapun ya, nggak cuman ilmu yang didapat dari sekolah tapi juga ilmu agama gitu-gitu. Tahu sendiri kan, kalau pendidikan rendah dampak buruknya kemana-mana. Aku agak malas untuk tulis takutnya nggak bisa rem emosiku. Nggak kondusif bangetlah untuk gedein anak kalau kataku.