Menjadi orang tua (3)

on Minggu, 04 Agustus 2019

Kenapa Kaisar tidak boleh minun Teh K*tak dkk? Karena aku takut tuman. Lol. Kalau masalah makan atau minuman berhubungan sama kesehatan kan ya, aku takut aja kalau tahu-tahu amandel atau apa. So many cases jadi pilih main aman. Lagi pula aku selalu sediakan jajan untuk Kaisar. Jadi beli jajan itu pada tempatnya dan tidak boleh sembarangan.

Sampai bakul sayur langgananku pernah nyletuk "Thole ora nyuwun le? Ra tau nyuwun horok nek neng warung". Karena emang Kaisar tidak boleh beli apapun kalau mama tidak mau belikan lol. Kalau di toko Eyang sih lain perkara ya. Biar aja dia tahunya ambil kalau di toko Eyang mah. Wahaha. Tapi aku tetap nyetok makanan yang dia suka dari toko Eyang. Kalau Kaisar mau ambil di toko, aku akan interupsi kalau sudah dibelikan mama. Dan dia manut, mau makan makanan yang sudah mama beli asal wujud makanannya sama.

Anw, toko ibuku itu di desa (karena kami tinggalnya di desa haha) dan ramai dikunjungi tetangga baik untuk konsumsi harian atau untuk dijual lagi. Parahnya buang uang di warung tetangga yang biasanya jadi momok tiap ibu. Tiap ke warung tetangga ajak anak, anak akan minta jajan. Ya karena dibiasakan. Makanya kalau tidak mau anak hobi buang uang untuk jajan jangan dibiasakan. Beli saja makanan yang disukai anak dan stok di rumah. Tidak perlu stok melimpah karena anak akan cepat bosen. Tidak papa kalau beli makanan jajan di warung tetangga, asal beri tahu anak kalau jajannya mama batasi dan harus manut. Boleh pilih makanan tapi mama yang tentukan disetujui atau tidak pilihannya. Dan tidak setiap ke warung boleh minta jajan, sila nangis kalau mau nangis. Nangis itu tidak apa-apa tapi tetap tidak dituruti kalau memang bukan waktunya untuk beli makan jajan lagi.

Demikian juga alasan kenapa Kaisar tidak boleh beli mainan dimana pun tempat (ketika kondangan atau ketika solat id di lapangan atau masjid desa), karena takut tuman. Masalah mainan, tidak ada hubungannya sih sama eman uang. Beli mainan ya di toko mainan dan karena memang mau beli mainan (means belanja berbudget). Bukan karena lihat orang jual mainan lalu beli mainan.

Aku pernah dinyinyir masalah membelikan mainan, "nukokne dolanan anak kok maneman. Itunganmen karo anak". Eh gimana sih kok bisa itungan. Kalau nanti anaknya jadi gemar minta ini itu alias tukang jajan dinyinyir lagi kok anaknya boros. Dan ya seingatku aku tidak pernah belikan Kaisar mainan kalau memang tidak mau belanja mainan. Karena sudah biasa begitu maka selama ini Kaisar aman aja kalau lihat ada orang jejual mainan.

Ya udah sih omongan orang biarlah berlalu. Aku tetap tegak berdiri dan memegang teguh prinsip parentingku. Lagi pula sejauh ini Kaisar tidak suka minta apapun kalau kami pergi belanja. Merasa sukses doong dengan pembelajaran yang kuberi ke dia selama ini. Wow congkak. Wahaha.

Menurutku buang-buang uang spontan tapi tidak bermakna akan jadi habit dan itu bad; sama sekali bukan didikan yang bagus. Kalau mau spontan buang uang ya sebisa mungkin untuk sesuatu yang Allah suka, misal sedekah. Barulah itu didikan yang bagus.

Percayalah Bu, nyah nyoh pada anak agar orang lain bilang los itu tidak mendidik sama sekali. Nanti kalau anak makin besar dan hobi buang uang untuk jajan, kita sendiri yang repot memperbaikinya. Menuruti semua keinginan anak bukan solusi, anak menangis itu tidak apa-apa. Biarkan dia merasa kecewa karena maunya tidak dituruti, biarkan menangis; dan didalamnya ada proses pembelajaran tentang perasaan, kecewa, penerimaan, memahami, dan memaafkan.

Dan satu lagi, AKU HAMPIR-HAMPIR TIDAK PERNAH MENITIPKAN KAISAR PADA SIAPAPUN UNTUK WAKTU YANG LAMA. Karena nilai setiap orang berbeda dan aku tidak mau nilaiku dikontaminasi oleh nilai-nilai yang tidak sefrekuensi. Itulah kenapa sejauh ini Kaisar selalu manut ya karena aku yang pegang kendali atas Kaisar. Makanya aku tidak suka kalau Kaisar pergi main sendiri tanpa aku dan atau mas Bely.

Over protective? Disinilah aku merasa kenapa kalian tidak belajar sih wahaha. Anak under 3y itu berpikirnya masih diranah under consciousness, kalau terlalu banyak nilai yang bersinggungan dengannya akan terserap DENGAN MUDAH dan akan menjadi karakter; bahkan kalau memang terlalu banyak bisa jadi anaknya akan bingung harus gimana. Aku tidak tahu teorinya bener atau enggak, tapi lihat sekeliling. Anak yang dididik terlalu banyak orang memiliki kecenderungan lebih (maaf) nakal dari pada anak yang dididik oleh hanya bapak ibu atau suster atau guru daycarenya. Walaupun pada dasarnya tidak semua hal bisa digeneralisir, tapi kalau mau menilisik lagi pasti deh ketemu banyak kasus semacam ini. 

Karena anak dibawah 3 tahun itu pinternya masya Allah, sedari 0 sampai 3 otak berkembang dengan pesat. Jadi ya aku tidak mau sia-siakan perkembangan otak Kaisar yang pesat itu hanya untuk dibilang tidak over protective. Kalau ada anak dibawah 3 tahun galak dan suka main tangan, atau hobi jajan, ya karena circlenya dia tipe-tipe manusia yang gemar berbuat demikian. Nanti kalau anaknya sudah di atas 3 tahun dan habit buruk itu jadi karakter, orang dewasa akan mempredikati dirinya "anak nakal". Padahal dari awal yang salah ya orang dewasa dilingkungan anak itu. Sedih ya. Yuk hati-hati yuk, Pak, Bu, dalam membesarkan anak. Diam-diam seberat itu ternyata huhuuu.

0 komentar:

Posting Komentar