Belajar: Kemauan Membaca dan Kemampuan Memahami

on Sabtu, 27 Juli 2019

Dulu aku selalu menganggap orang yang menulis "baca sampai akhir" itu goblok. Menurutku setiap orang akan baca detil, dari atas ke bawah (runut), sampai akhir; dan berujung paham. Ternyata aku keliru. Ternyata di dunia ini terlalu banyak orang yang tidak mau membaca dan tidak memiliki kemampuan memahami bacaan. Lalu, apa gunanya literasi gratis berhamburan kalau manusia tidak suka membaca 🤔.

Kemauan membaca dan kemampuan memahami tidak ada hubungannya dengan jenjang pendidikan juga sih menurutku. Tahu nggak, teman-teman sekolahku banyak yang tidak tamat S1, tapi menurutku mereka banyak ilmu, nyambung aja kalau diskusi banyak hal; mulai dari sepela tidak sepele, penting tidak penting. Kok bisa gitu? Karena sekolah kami adalah sekolahan yang menanamkan jiwa suka membaca pada muridnya. Sudah jadi ibu pengangguran pun (bahkan sampai nanti nenek-nenek, semoga) kami masih suka membaca semua hal dengan detil, runut, dan paham. Dan, teman-teman sekolahku mayoritas tidak bekerja hlo. Nganggur aja di rumah; kerjaannya beberes, masak, momong, ndulang, mandiin anak. Tapi bisa tetap pintar karena semangat belajar. Ada kemauan membaca dan kemampuan memahami bacaan.

Anehnya justru teman-teman kuliah yang wisudanya bareng denganku banyak yang tidak bisa diajak diskusi ini itu. Kok bisa gitu? Karena aku tahu, mereka tidak suka membaca. Boro-boro paham, baca saja malas gimana mau paham. Entah polanya: baca tapi tidak paham ATAU tidak mau baca karena pasti akan tidak paham. Kalau pola pertama masih nggak papa, aku masih mau menjelaskan panjang lebar. Tapi kalau baca saja sudah tidak mau, kok sudi amat jelasin panjang lebar. Dih, sini mah pengangguran berkualitas wkwk.

Eh soal pengangguran, tadi ada ibu-ibu bilang "hla mbange ngopo ora ndue gawean" (nyinyiran padaku sang pengangguran), kok menurutku sejak menganggur hidupku lebih berkualitas ya. Lebih banyak membaca; entah artikel, buku, curhatan penting/tidak penting orang, dan lain-lain; dan semuanya membuatku merasa otakku lebih berisi dan sikapku lebih bijaksana. Tapi kembali ke masing-masing sih. Banyak yang menganggur dan gitu-gitu aja kualitas dirinya, banyak yang sibuk bekerja tapi masih sempat upgrade kualitas diri. Nggak jaminan siapa kamu berbanding lurus dengan kualitas dirimu. Menurutku kualitas diri lebih sebanding dengan kemauan belajar. Belajar sendiri sebuah proses dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dari mana kita bisa tahu kalau tidak dari membaca dan atau mendengarkan (?). Seandainya tidak suka membaca tapi suka cari-cari ilmu lewat audio bisa juga kok. Tapi sepertinya kalau dasarnya tidak mau belajar mau pakai media apapun akan malas.

Tidak papa juga kalau tidak mau upgrade kualitas diri. Hidup hidupmu suka-suka kamu yang menjalankan. Aku serius hlo ngomong begitu. Sangat serius. Karena memang banyak di dunia ini yang tidak terlalu peduli dengan besok; asal sekarangnya baik-baik saja: BERES. Tidak papa sama sekali. Tapi Rasul pernah berpesan jangan sampai hari esokmu tidak lebih baik dari kemarin. Jadi, mari tetap semangat belajar. Sila baca banyak-banyak, atau dengarkan banyak-banyak. Sumber ilmu banyak-banyak bertebaran kok di intenet, asal kita pandai memilah dan memilih sumber agar ilmu kita tidak abal-abal dan pemahaman kita tidak salah kaprah. Semangat belajar semua 😊

0 komentar:

Posting Komentar