Inferior (Lagi dan Entah Kapan Sudah)

on Senin, 23 September 2019

Kalau lagi inferior dan maunya buang-buang uang itu hal yang wajar. Ada nggak, orang yang lagi inferior dan sujudnya direndahin; solatnya dikhusyu'in, tilawahnya dibanyakin, dzikirnya dikencengin. Ajarin aku dong. Serius minta tolong hlo.

Tapi bersyukur sih karena aku ikut ngaji dan itu menurutku sebuah hal yang wajib dicongkakkan. Lol.

Bukan apa-apa, tapi berkat ngaji cintaku pada dunia agak terselamatkan. Bahwa sejatinya dunia tempat yang akan ditinggal, sebuah kefanaan dan tidak kekal. Aku sadar, tapi seringnya khilaf jadi banyak cintanya dan pada akhirnya munculah Sang Inferior itu. Cry banget deh.

Sudah inferior, dibikin kecewa lagi. Duh lah, kiamat sudah dunia. Buang uang mah lewat. Lakukan semua hal yang disenangi dong. Urusan lain pikir nanti asal inferior dan kecewanya lewat dulu.

Tapi menurutku inferior itu bisa dibuang lewat cerita. Iya, cerita saja, tidak perlu ditanggapi apa-apa. Butuh didengar dan sudah. Bahkan kadang sekedar butuh teman. Duduk saling bisu menikmati lalu lalang.

Makanya teman itu penting. Tapi nyatanya aku kehilangan semua circleku kecuali via maya dan jarak tercipta sejauh itu. Mustahil bertemu kalau mendadak ada perlu sekedar ditemani dalam kehadiran sejati.

Padahal manusia punya Tuhan semesta alam yang setiap saat siap mendekap hangat. Kenapa sering tidak sadar sih. Kalau menurutku karena kasat mata. Susah memercai kekasatmataan adalah wajar bagi manusia yang secara kodrat tercipta lemah.

Atau hanya yang lemah iman yang tidak bisa percaya pada dekapan hangat Sang Kasat Mata? Kalau memang iya, makanya aku susah percaya. Wong imanku nggak seberapa. Sebuah pengakuan. Hla iya ngapain menyangkal kalau memang iya sih.

Justru dengan mengaku hidup jadi lebih mudah.

Ah, ikut ngaji saja perilakuku seburuk ini, apalagi kalau tidak ngaji. Aku berterima kasih banyak-banyak Allah.

Barangkali kenapa aku merasa serendah itu karena kalau Allah memberiku apa yang membuatku merasa tinggi, aku akan lari dariNya (lagi). Aku berterima kasih Dia tidak membuangku dengan memberi yang aku mau; sesuatu yang membuatku merasa tinggi. Dia ingin aku mendekat agar Ia mampu mendekap hangat, memantaskan diriku menerima mauku. Kenapa sesusah itu memahami. Kenapa sesulit itu mencerna. Kenapa sekeras itu menerima.

Iya, terima saja. Barangkali memang nandur iku ngundhuh adalah benar adanya. Walaupun diluaran terlalu banyak yang tidak nandur saja bisa ngundhuh. Tidak papa. Ada Allah yang kuasa, menetapkan siapa yang nandur dan siapa yang berhak ngundhuh.

Iya, sejatinya semua milikNya. Jangan berkecil hati hanya karena tidak punya. Jangan berbesar diri karena dititipi. Semua milikNya dan segala sesuatu yang menurutmu keliru adalah sebaik-baik kisah. Tugasmu hanya percaya, bahwa Ia sebaik-baik penulis cerita.

0 komentar:

Posting Komentar