Karena semua Allah yang Kuasa

on Rabu, 04 September 2019

Semalam membaca tulisan orang hebat mengenai "kepemilikan". Ia tulis bahwa sejatinya semua yang manusia bisa punya dan mampu capai adalah karena Allah menetapkan iya, bukan buah hasil usaha keras manusia. Aku yang baperan luar biasa ternganga dong. Kok iya juga, harusnya sadar dari lama tapi kenapa baru saja.

Mungkin sejatinya sudah menyadari hanya belum mampu mengimani makanya kalau merasa berhasil bungahnya luar biasa dan (seringnya) bersyukur itu nomor dua. Lalu aku mengkomparasi di otakku dengan tulisanku beberapa waktu lalu tentang "kepemilikan". Bahwa terkadang ada hal yang sangat kita ingini ternyata tidak pernah menjadi milik. Semacam satu-satunya kekurangan dalam hidup, dan seandainya ia ada maka akan sempurna. Kembali lagi, memang semua kuasa Allah yang punya. Jadi, setelah berkeras usaha tetap tidak mampu menjadikan milik atas sesuatu yang kita ingin, Allah yang kuasa. Setelah berkeras usaha dan mampu memiliki yang kita ingin, Allah yang kuasa. Segala usaha manusia, percayalah bahwa ALLAH YANG KUASA. Maka tidak akan ada kecewa kalau usaha keras berasa sia-sia. Dan tidak akan ada kesombongan ketika asa menyata.

Aku tidak shalihat, anyway. Sedang menasihati diri sendiri karena setelah kutulis rapih dari semua yang aku miliki hari ini, aku hanya tidak punya satu: PEKERJAAN YANG BAGUS. Dan sekarang aku sedang berjuang untuk mendapatkannya. Sayangnya aku itu (sekali lagi) baperan huhuu. Setiap apa yang aku usahakan tidak menjadi milikku, aku akan sedih dan lupa kalau Allah itu sebaik-baik penulis cerita, pemilik kuasa. Bukan sekedar sedih, bahkan aku bisa depresi tidak mau makan atau keluar kamar seminggu. Serius aku begitu anaknya. Makanya aku menuliskan ini semua agar nanti ketika aku yang sudah keras berusaha tetapi menurut takdir terbaikku aku harus gagal, aku akan ikhlas menerima karena sungguh Allah sebaik-baik penulis cerita, pemilik kuasa.

Doanya sih, semoga berhasil. Tapi kembali lagi, kalau Allah kasih kegagalan meskipun sudah keras kuusahakan; memang tidak semua hal di dunia ini bisa dimiliki kalau baiknya memang tidak menjadi milik. Dan kalau berhasil, dan semoga berhasil; Allah lah penulis cerita keberhasilan itu dan bersyukur banyak-banyak.

Tentang bekerja, semoga niatku lillah, bukan semata mencari dunia dan bahagiaku sebagai wanita merdeka. Berdaya dan berkarya bukan sekedar gaya. Lebih dari itu: mencari pahala. Iya, tidak semata dunia tapi surga. Sementara Kaisar? Daycare terbaik di kota. Semoga sama-sama bisa ya nang. Iya, bagaimana pun pada akhirnya aku memang bukan wanita shalihat yang mampu 24 jam di rumah selamanya. Jihad ini lelah dan aku memang maunya sudah; dicukupkan satu, aku bahagia dan bersyukur. Anw, wanita bekerja tidak berarti tidak shalihat ya. Yang tidak shalihat itu yang bekerja karena menye-menye dan itu memang dilarang sama agama. Bisa dibedakan kan ya?

0 komentar:

Posting Komentar