unsur-unsur tenaker dalam pembangunan ekonomi

on Sabtu, 22 September 2012


MAKALAH
UNSUR PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan
Pengampu : Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd

logo uns.jpg


Kelompok 1
1.      Margaretha Arum P             K7411093
2.      Nia Vita Kusuma H             K7411108
3.      Noor Anisa Listyana            K7411110
4.      Nur Rahmi Akbarini            K7411115
5.      Rina Valia                            K7411131





PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
UNSUR PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


A.    Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Kapasitas yang rendah dari negara sedang berkembang untuk meningkatkan output totalnya harus diimbangi dengan penurunan tingkat perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil perkapita akan dapat meningkat.
Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negara-negara yang sedang berkembng, yaitu :
1.      Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi
Penduduk memiliki dua peranan.Dari segi permintaan dan dari segi penawaran. Dengan tingkat penghasilan yang rendah tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi. Pertanyaan pokok yang muncul adalah bagaimana keadaan penduduk sekarang ini di dunia ketiga. Menyumbang atau menyulitkan kesempatan terealisasikannya tujuan pembangunan ekonomi, tidak hanya bagi generasi yang akan datang.
1.      Isu kependudukan
Sampai dengan maret 1976 penduduk dunia telah melampaui jumlah 4Miliar.Proyeksi optimis oleh PBB jumlah penduduk mencapai 6,5 Miliar sampai akhir tahun 2000 dan lebih dari 15 miliar pada akhir abad ke-21.Hampir 2/3 jumlah penduduk menempati negara-negara sedang berkembang.Penduduk dunia sangat tidak seimbang distribusinya berdasarkan atas daerah atau wialyah tingakat kelahiran dan kematian, dan atas dasar struktur umur.
2.      Trend fertititas dan mortalitas
Laju pertumbuhan penduduk secara kuantitatif diukur sebagai presentasi pertumbuhan bersih terhadap jumlah penduduk karena pertumbuhan alami natural dan migrasi internasional bersih. Antara negara sedang berkembang dan negara maju perbedaan laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian dinegara sedang berkembang pada umumnya lebih tinggi daripada dinegara maju. Jadi negara yang berjuang untuk mengurangi tidak meratanya penghasilan atau dengan kata lain berusaha menyebarkan hasil dari pembangunan ekonomi kesebagian besar penduduk akan mungkin sekali mampu menurunkan tingkat kelahiran daripada negara-negara yang kurang memperhatikan hasil pembangunan ekonominya.
3.      Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan investasi
Untuk meningkatkan output tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat meningkatkan penghasilan riil perkapita. Menurut anggapan Malthus, negara-negara yang sedang berkembang ditandai oleh perangkap pada keseimbangan pendapatan yang rendah. Ini berarti bahwa pada tingkat penghasilan yang subsistance, kenaikan penghasilan yang sedikit akan mengakibatkan perkembangan penduduk yang pesat dari biasanya akibatnya penghasilan perkapita akan turun lagi. Jadi untuk mempertinggi penghasilan perkapita negara yang sedang berkembang itu memerlukan kebijaksanaan yang tepat.

2.      Adanya struktur umur yang tidak favorable
Golongan besar penduduk usia muda lebih besar porposinya lebih besar dari golongan dewasa dinegara berkembang, hal tersebut berkebaliksan dari keadaan dinegara yang telah maju. Porposi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan bagi pembangunan ekonomi karena :
1.      Penduduk golongan muda usia. Cenderung memperkecil angka penghasilan perkapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam perekonomian tersebut.
2.      Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya disuatu negara akan mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor produksi kearah”investasi-investasi sosial” dan bukan ke “investasi kapital”. Oleh karena itu paling tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.
3.      Tidak adanya distribusi penduduk yang seimbang atau merata
Tingkat urbanisasi tinggi mempunyai pengaruh dan akibat-akibat yang berbeda dinegara yang sudah maju dengan dinegara yang sedang berkembang. Dinegara maju urbanisasi terjadi karena adanya tingkat upah yang lebih menarik dikota daripada didesa. Sedangkan dinegara berkembang urbanisasi mengakibatkan ketidakseimbangan perkembangan ekonomi antara sektor pertanian dengan sektor industri. Keinginan untuk mencapai perkembangan yang seimbang antara kedua sektor itu tidak mudah diatasi.
4.      Tidak adanya tenaga kerja terdidik dan terlatih
Rendahnya kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan ekonomi. Untuk itu pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi karena pendidikan merupakan sumberdaya yang terbesar manfaatnya dibanding faktor produksi lain.

B.     Ledakan Penduduk (Population Explosion)
Dari banyak penelitian faktor utama yang menentukan perkembangan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat kelahiran dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi).
1.      Tingkat Kematian
Ada 4 faktor penyebab penurunan angka kematian, pada umumnya:
a.       adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi dan meningkatnya produktuvitas tenaga kerja.
b.      Perbaikan pemeliharaan kesehatan umum maupun kesehatan individu.
c.       Adanya kemajuan dalam ilmu kedokteran setra dikenalkannya lembaga umum yang sudah modern.
d.      Meningkatnya penghasilan riil perkapita
2.      Di negara industri pertumbuhan penduduk berlangsung terus disamping adanya penurunan tingkat kelahiran.
3.      Migrasi mempunyai peranan dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk, oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat diperhitungkan hanya dari tingkat kelahiran dan kematian saja. Engan penurunan tingkat kematian yang cepat dan tetap tingginya tingkat kelahiran dan kurang efektifnya migrasi, maka pertumbuhan penduduk akan sangat cepat dan mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk dinegara yang sedang berkembang.

C.    Pemecahan Masalah Kependudukan
1.      Menerapkan kebijakan dari sudut tingkat kematoan untuk mengurangi pertumbuhan penduduk yaitu dengan mencegah penurunan tingkat kematian atau dengan kata lain meningkatkan kematian tapi tindakan ini bertentangan dengan hati nurani manusia.
2.      Mengurangi kepadatan penduduk dinegara yang sedang berkembang tetapi karena rendahnya tingkat skill dan adanya politik restriksi maka hal ini akan sulit sekali dilaksanakan.
3.      Mempengaruhi tingkat kelahiran yang mana cara ini sudah kelihatan diterima dengan layak dinegar yang berkembang.
Dengan demikian jalan yang patut ditempuh negara-negara berkembang ialah mendidik orangnya supaya lebih baik dan bukannya dianjurkan untuk mengurangi kelahiran saja, dengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang dimiliki orang dinegara tersebut, maka produktivitas akan semakin tinggi dan dengan sendirinya karena cara berfikirnya sudah maju, maka mereka akan bersedia megurangi jumlah anak yang akan mereka lahirkan. Meskipun dengan tingkat kematian yang begitu rendah perkembangan penduduk akan tetep menurun sehingga perekonomian akan berkembang secara cepat dan terus-menerus.

D.    Pemanfaatan Sumber Daya Manusia (Human Resources)
1.      Beberapa Konsep Ketenagakerjaan
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan. Untuk lebih memahami hubungan antara angkatan kerja dengan perkembangan ekonomi perlu kiranya diteliti lebih lengkap karekteristik angkatan kerja tersebut. Apabila dilihat dari sudut tenaga kerjanya maka akan ada pergeseran tenaga kerja yang membarengi pembangunan itu dari sektor pertanian kesektor industri dan perdagangan atau jasa.
2.      Macam- maam Pengangguran
Dinegara yang sedang berkembang pengangguran dapat digolongkan kedalam 3 jenis yauitu:
a.       Pengangguran yang kelihatan
Pengangguran ini dibagi menjadi 2 yaitu pengangguran kronis dan pengangguran musiman.
Pengangguran yang kronis terjadi pada puncak kegiatan pertanian yang jumlah waktu kerja potensialnya tersedia melebihi jumlah waktu kerja yang dipergunakan. Pengangguran musiman tidak dapat ditarik ke sektor lain tanpa mempengaruhi produksi sektor pertanian itu, kecuali kalu ada tindakan yang memperbaiki atau mengubah cara produksi.
b.      Pengangguran Tak Kentara
Pengangguran tak kentara terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-srktor atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output di sektor yang ditinggalkan.
c.       Pengangguran Potensial
Pekerjaandalam suatu sektor dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi dengan perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerukan pembentukan kapital yang berarti.

E.     Kualitas Tenaga Kerja
Peranan tenaga kerja bagi pembangunan ekonomi secara lebih teliti dan baik, maka kita harus melihat tenaga kerja ini sebagai faktor produksi yang heterogen. Oleh karena itu dalam merrencanakan pertumbuhan ekonomi yang hubungannya dengan penggunaan tenaga kerja juga diperlukan adanya perencanaan tenaga kerja secara tepat. Kualitas tenaga kerja berhubungan dengan human capital. Ciri khusus yang dimiliki faktor produksi ini ialah tidak dapat hilang atau berkurang apabila faktor produksi itu dipakai dimanfaatkan, atau dijual. Tujuan utama faktor produksi ini mau dipekerjakan adalah guna mendapatkan balas jasa yang disebut upah dan gaji sebagai harga dari tenaga kerja tersebut. Semakin tinggi tingkat upah dipasar tenaga kerja akan semakin tinggi pula jumlah penawaran tenaga kerja dan demikian sebaliknya. Dalam hubungan ini perlu dikemukakanbahwa hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja perseorangan berbeda dengan hubungan antara dengan tingkat upah dan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan. Hubungan antara tingkat upah dan penawaran tenaga kerja perorangan sering ditunjukkan oleh kurva penawaran tenaga kerja yang berbelok kebelakang. Tetapi untuk perekonomian bagi keseluruhan, semakin tingginya tingkat upah masih akan mendorong semakin banyak orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Oleh karena itu harus sanggup mencari faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan untuk bekerja seseorang. Semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi kemauan seseorang untuk bekerja atau menawarkan tenaga kerjanya.

F.      TEORI PERANGKAP PENDUDUK DARI MALTHUS

Pada tahun 1798 Reverend Thomas Malthus mengemukakan teorinya tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Secara diagramatis teori Malthus bisa dilukiskan dengan memperbandingkan bentuk dan posisi dari kurva kurva yang menunjukan tingkat pertumbuhan penduduk dengan tingkat pertumbuhan pendapatan agregat dengan tingkat pendapatan perkapita.
Menurut Malthus dan Neo-Malthusian, negara miskin tidak akan pernah mampu menaikan pendapatan perkapitanya diatas tingkat pendapatan perkapita subsisten kecuali mereka melakukan usaha yang bersifat preventif (pengendalian kelahiran) terhadap pertumbuhan penduduk. Jika tidak ada usaha pengendalian secara “preventif” maka pengendalian “positif” (kelaparan, penyakit, perang) terhadap pertumbuhan penduduk mau tidak mau akan merupakan kekuatan pengendalian.
Model “perangkap penduduk” dari Malthus ini merupan teori yang sederhana yang melukiskan hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Sayangnya, teori ini berdasarkan asumsi dan hipotesa yang sederhana yang tidak berdasarkan kepada uji verivikasi empiris. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa tiga kritik utama terhadap teori Malthus dan Neo-Malthusian yaitu:
1.      Teori itu tidak memperhitungkan peranan dan dampak dari kemajuan teknologi
2.      Teori itu didasarkan pada suatu hipotesa tentang hubungan secara makro antara pertumbuhan penduduk dan ptingkat pendapatan perkapita tanpa bukti dengan uji empiris.
3.      Teori itu merupakan perhatian terhadap variabel yang “keliru” yaitu pendapatan perkapita sebagai faktor penentu utama tingkat pertumbuhan penduduk. Suatu pendekatan yang lebih baik dan lebih absah untuk masalah penduduk dan pembangunan oni adalah terpusat pada ekonomi “mikro” dari proses pembuatan keputusan ukuran keluarga dari masing-masing individual (dan bukan agregat) dan tingkat kehidupan menjadi faktor penentu utama dari keputusan keluarga apakah mempunyai lebih banyak ataukah sedikit anak.

G.    TEORI TRANSISI KEPENDUDUKAN
Teori Transisi Kependudukan menjelaskan mengapa negara maju sekarang kurang lebih melalui tiga tahap yang sama dalam sejarah kependudukan modern. Sebelum adanya modernisasi perekonomian mereka, negara-negara tersebut selama berabad-abad mengalami pertumbuhan penduduk yang lambat sekali sebagai akibat dari tingginya tingkat kelahiran yang hampir sama dengan tingkat kematian. Ini adalah tahap pertama. Tahap kedua terjadi modernisasi (perbaikan kesehatan masayrakat, pendapatan yang lebih tinggi, kualitas makanan yang lebih baik) menyebabkan penurunan tingkat kematian dan meningkatkan harapan hidup dai dibawah 40 tahun menjadi 60 tahun. Oleh karena itu tahap kedua ini menandai dimulainya transisi penduduk dari pertumbuhan yang stabil dan lambat ke pertumbuhan yang cepat. Akhirnya tahap ketiga terjadi pada saat kekuatan dan pengaruh modernisasi dan pembangunan menyebabkan tingkat kelahiran menurun seimbang dengan tingkat kematian sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali atau bahkan tidak tumbuh sama sekali.
MIGRASI DAN PEMBANGUNAN
            Migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai hal yang menguntungkan dalam kajian pembangunan ekonomi. Migrasi internal dianggap sebagai proses yang alamiah dimana surplus tenaga kerja secara perlahan ditarik dari sektor perdesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi pertumbuhan industri perkotaan.
            Migrasi juga dianggap sebagai suatu proses yang bisa menghilangkan ketidakseimbangan strukstural antara desa kota dengan dua cara langsung. Pertama, sisi penawaran migrasi internal yang tidak proporsional meningkatkan tingkat pertumbuhan pencari kerja perkotaan karena proporsi dari orang muda yang berpendidikan cukup baik mendominir arus migrasi ini.
            Cara kedua dari sisi permintaan, penciptaan lapangan kerja perkotaan adalah lebih sulit dari lapangan kerja perdesaan karena kebutuhan sumber daya-sumber daya komplementer di sektor industri dan tekanan dari kenaikan upah perkotaan dan tunjangan tambahan bagi pekerja ditambah pula ketiadaan alat teknologi produksi padat karya yang tepat guna agar pertumbuhan output sektor modern disebabkan kenaikan produktivitas tenaga kerja.

H.    TEORI LEWIS DAN KRITIK TERHADAPNYA
Dalam model Lewis perekonomian dibagi menjadi dua sektor, yaitu:
a.       Sektor Tradisional (perdesaan yang subsisten) yang ditandai oleh produktivitas tenaga kerja yang sangat rendah atau bahkan nol.
b.      Sektor modern (Industri perkotaan) dimana tenaga kerja dari sektor subsisten berpindah secara perlahan. Perhatian utama model ini adalah proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tingkat pekerjaan di sektor modern.
Walaupun model pembangunan dua sektor dari Lewis adalah sederhana dan sesuai dengan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi di barat, model ini mempunyai tiga asumsi yang berbeda dengan kenyataan dari migrasi dan keterbelakangan yang terjadi saat ini, pertama model ini secara implisit menganggap bahwa tingkat perpindahan tenaga kerja dan tingkat penciptaan kesempatan kerja di sektor perkotaan adalah proporsional dengan tingkat akumulasi modal di perkotaan. Kedua, asumsi model ini berbeda dengan kenyataan adalah asumsi bahwa “surplus” tenaga kerja terjadi di daerah perdesaan sedangkan di daerah perkotaan ada banyak kesempatan kerja. Ketiga, aanggapan bahwa upah nyata di perkotaan akan selalu tetap sampai pada suatu titik dimana penawaran dari surpus tenaga kerja di perdesaan habis.

I.       PROSES MIGRASI DAN KARAKTERISTIK PARA MIGRAN
Karakteristik para migran bisa dibedakan menjadi 3 kategori umum,yaitu :
1.      Karakteristik demografis
2.      Karakteristik pendidikan
3.      Karakteristik Ekonomi
J.       Teori migrasi Todaro
Pada hakekatnya, teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik aktual maupun potensial, memperbandingkan pendapatan yang mereka “harapkan” di perkotaan pada suatu waktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di perdesaan. Akhirnya mereka akan melakukan migrasi jika pendapatan yang “diharapkan” di kota lebih besar daripada pendapatan rata-rata di perdesaan.
Secara singkat bisa disebutkan disini bahwa model migrasi dari Todaro mempunyai 4 karakteristik utama yaitu :
1.      Migrasi terutama sekali dirangsang oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis yang rasional.
2.      Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung pada perbedaan upah riil yang “diharapkan” daripada “yang terjadi” antara perdesaan dan perkotaan, dimana perbedaan yang “diharapkan” itu ditentukan oleh interaksi antara dua variabel yaitu perbedaan upah perdesaan perkotaan yang terjadi dan kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di sektor perkotaan.
3.      Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berhubungan terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
4.      Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhn, kesempatan kerja di perkotaan sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, tuingkat pengangguran yang tinggi di perkotaan merupakan hal yang tidak terelakaan karena adanya ketidakseimbangan yang parah antara kesempatan-kesempatan ekonomi di perkotaan dan di perdesaan pada hampir semua NSB.









DAFTAR PUSTAKA


Irawan,& M.Suparmoko.2008.Ekonomika Pembangunan.Edisi Keenam.Yogyakarta:BPFE

Sadono Sukirno.2006.Ekonomi Pembangunan :Proses,Masalah, dan Dasar Kebijakan.Edisi 2.Jakarta : Kencana Media Group.

0 komentar:

Posting Komentar