MAKALAH
UNSUR
PENDUDUK DAN TENAGA KERJA
DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan
Pengampu
: Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd
Kelompok
1
1. Margaretha
Arum P K7411093
2. Nia
Vita Kusuma H K7411108
3. Noor
Anisa Listyana K7411110
4. Nur
Rahmi Akbarini K7411115
5. Rina
Valia K7411131
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
UNSUR PENDUDUK
DAN TENAGA KERJA
DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI
A. Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Kapasitas yang
rendah dari negara sedang berkembang untuk meningkatkan output totalnya harus
diimbangi dengan penurunan tingkat perkembangan penduduk, sehingga penghasilan
riil perkapita akan dapat meningkat.
Ada 4 aspek
penduduk yang perlu diperhatikan di negara-negara yang sedang berkembng, yaitu
:
1.
Adanya
tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi
Penduduk
memiliki dua peranan.Dari segi permintaan dan dari segi penawaran. Dengan
tingkat penghasilan yang rendah tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi.
Pertanyaan pokok yang muncul adalah bagaimana keadaan penduduk sekarang ini di
dunia ketiga. Menyumbang atau menyulitkan kesempatan terealisasikannya tujuan
pembangunan ekonomi, tidak hanya bagi generasi yang akan datang.
1.
Isu
kependudukan
Sampai dengan maret 1976 penduduk dunia
telah melampaui jumlah 4Miliar.Proyeksi optimis oleh PBB jumlah penduduk
mencapai 6,5 Miliar sampai akhir tahun 2000 dan lebih dari 15 miliar pada akhir
abad ke-21.Hampir 2/3 jumlah penduduk menempati negara-negara sedang
berkembang.Penduduk dunia sangat tidak seimbang distribusinya berdasarkan atas
daerah atau wialyah tingakat kelahiran dan kematian, dan atas dasar struktur
umur.
2.
Trend
fertititas dan mortalitas
Laju pertumbuhan penduduk secara
kuantitatif diukur sebagai presentasi pertumbuhan bersih terhadap jumlah
penduduk karena pertumbuhan alami natural dan migrasi internasional bersih.
Antara negara sedang berkembang dan negara maju perbedaan laju pertumbuhan
penduduk disebabkan oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian dinegara sedang
berkembang pada umumnya lebih tinggi daripada dinegara maju. Jadi negara yang
berjuang untuk mengurangi tidak meratanya penghasilan atau dengan kata lain
berusaha menyebarkan hasil dari pembangunan ekonomi kesebagian besar penduduk akan
mungkin sekali mampu menurunkan tingkat kelahiran daripada negara-negara yang
kurang memperhatikan hasil pembangunan ekonominya.
3.
Pertumbuhan
penduduk dan kebutuhan investasi
Untuk meningkatkan output tambahan
investasi harus cukup besar sehingga dapat meningkatkan penghasilan riil
perkapita. Menurut anggapan Malthus, negara-negara yang sedang berkembang
ditandai oleh perangkap pada keseimbangan pendapatan yang rendah. Ini berarti
bahwa pada tingkat penghasilan yang subsistance,
kenaikan penghasilan yang sedikit akan mengakibatkan perkembangan penduduk yang
pesat dari biasanya akibatnya penghasilan perkapita akan turun lagi. Jadi untuk
mempertinggi penghasilan perkapita negara yang sedang berkembang itu memerlukan
kebijaksanaan yang tepat.
2.
Adanya
struktur umur yang tidak favorable
Golongan besar penduduk usia muda lebih
besar porposinya lebih besar dari golongan dewasa dinegara berkembang, hal
tersebut berkebaliksan dari keadaan dinegara yang telah maju. Porposi yang
besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkan bagi pembangunan ekonomi
karena :
1.
Penduduk
golongan muda usia. Cenderung memperkecil angka penghasilan perkapita dan
mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam perekonomian tersebut.
2.
Adanya
golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya disuatu negara akan
mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor produksi kearah”investasi-investasi
sosial” dan bukan ke “investasi kapital”. Oleh karena itu paling tidak ia akan
menunda perkembangan ekonomi.
3.
Tidak
adanya distribusi penduduk yang seimbang atau merata
Tingkat urbanisasi tinggi mempunyai
pengaruh dan akibat-akibat yang berbeda dinegara yang sudah maju dengan
dinegara yang sedang berkembang. Dinegara maju urbanisasi terjadi karena adanya
tingkat upah yang lebih menarik dikota daripada didesa. Sedangkan dinegara
berkembang urbanisasi mengakibatkan ketidakseimbangan perkembangan ekonomi
antara sektor pertanian dengan sektor industri. Keinginan untuk mencapai
perkembangan yang seimbang antara kedua sektor itu tidak mudah diatasi.
4.
Tidak
adanya tenaga kerja terdidik dan terlatih
Rendahnya kualitas penduduk merupakan
penghalang pembangunan ekonomi. Untuk itu pendidikan merupakan faktor penting
dalam pembangunan ekonomi karena pendidikan merupakan sumberdaya yang terbesar
manfaatnya dibanding faktor produksi lain.
B. Ledakan Penduduk (Population Explosion)
Dari banyak
penelitian faktor utama yang menentukan perkembangan penduduk adalah tingkat
kematian, tingkat kelahiran dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi).
1.
Tingkat
Kematian
Ada 4 faktor penyebab penurunan angka
kematian, pada umumnya:
a.
adanya
kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi dan meningkatnya
produktuvitas tenaga kerja.
b.
Perbaikan
pemeliharaan kesehatan umum maupun kesehatan individu.
c.
Adanya
kemajuan dalam ilmu kedokteran setra dikenalkannya lembaga umum yang sudah
modern.
d.
Meningkatnya
penghasilan riil perkapita
2.
Di
negara industri pertumbuhan penduduk berlangsung terus disamping adanya
penurunan tingkat kelahiran.
3.
Migrasi
mempunyai peranan dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk, oleh karena
itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat diperhitungkan hanya dari tingkat
kelahiran dan kematian saja. Engan penurunan tingkat kematian yang cepat dan
tetap tingginya tingkat kelahiran dan kurang efektifnya migrasi, maka pertumbuhan
penduduk akan sangat cepat dan mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk
dinegara yang sedang berkembang.
C. Pemecahan Masalah Kependudukan
1.
Menerapkan
kebijakan dari sudut tingkat kematoan untuk mengurangi pertumbuhan penduduk
yaitu dengan mencegah penurunan tingkat kematian atau dengan kata lain
meningkatkan kematian tapi tindakan ini bertentangan dengan hati nurani
manusia.
2.
Mengurangi
kepadatan penduduk dinegara yang sedang berkembang tetapi karena rendahnya
tingkat skill dan adanya politik restriksi maka hal ini akan sulit sekali
dilaksanakan.
3.
Mempengaruhi
tingkat kelahiran yang mana cara ini sudah kelihatan diterima dengan layak
dinegar yang berkembang.
Dengan demikian jalan yang patut
ditempuh negara-negara berkembang ialah mendidik orangnya supaya lebih baik dan
bukannya dianjurkan untuk mengurangi kelahiran saja, dengan semakin tingginya
tingkat pendidikan yang dimiliki orang dinegara tersebut, maka produktivitas akan
semakin tinggi dan dengan sendirinya karena cara berfikirnya sudah maju, maka
mereka akan bersedia megurangi jumlah anak yang akan mereka lahirkan. Meskipun
dengan tingkat kematian yang begitu rendah perkembangan penduduk akan tetep
menurun sehingga perekonomian akan berkembang secara cepat dan terus-menerus.
D. Pemanfaatan Sumber Daya Manusia (Human Resources)
1.
Beberapa Konsep
Ketenagakerjaan
Angkatan kerja adalah penduduk yang
bekerja dan penduduk yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau sedang
mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang
bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
jasa untuk memperoleh penghasilan. Untuk lebih memahami hubungan antara
angkatan kerja dengan perkembangan ekonomi perlu kiranya diteliti lebih lengkap
karekteristik angkatan kerja tersebut. Apabila dilihat dari sudut tenaga
kerjanya maka akan ada pergeseran tenaga kerja yang membarengi pembangunan itu
dari sektor pertanian kesektor industri dan perdagangan atau jasa.
2.
Macam- maam
Pengangguran
Dinegara yang sedang berkembang
pengangguran dapat digolongkan kedalam 3 jenis yauitu:
a.
Pengangguran
yang kelihatan
Pengangguran ini dibagi menjadi 2 yaitu
pengangguran kronis dan pengangguran musiman.
Pengangguran yang kronis terjadi pada
puncak kegiatan pertanian yang jumlah waktu kerja potensialnya tersedia
melebihi jumlah waktu kerja yang dipergunakan. Pengangguran musiman tidak dapat
ditarik ke sektor lain tanpa mempengaruhi produksi sektor pertanian itu, kecuali
kalu ada tindakan yang memperbaiki atau mengubah cara produksi.
b.
Pengangguran
Tak Kentara
Pengangguran tak kentara terjadi apabila
para pekerja telah menggunakan waktu kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan
dapat ditarik ke sektor-srktor atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output di
sektor yang ditinggalkan.
c.
Pengangguran
Potensial
Pekerjaandalam suatu sektor dapat
ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi
dengan perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerukan pembentukan
kapital yang berarti.
E. Kualitas Tenaga Kerja
Peranan tenaga
kerja bagi pembangunan ekonomi secara lebih teliti dan baik, maka kita harus
melihat tenaga kerja ini sebagai faktor produksi yang heterogen. Oleh karena
itu dalam merrencanakan pertumbuhan ekonomi yang hubungannya dengan penggunaan
tenaga kerja juga diperlukan adanya perencanaan tenaga kerja secara tepat.
Kualitas tenaga kerja berhubungan dengan human capital. Ciri khusus yang
dimiliki faktor produksi ini ialah tidak dapat hilang atau berkurang apabila
faktor produksi itu dipakai dimanfaatkan, atau dijual. Tujuan utama faktor
produksi ini mau dipekerjakan adalah guna mendapatkan balas jasa yang disebut
upah dan gaji sebagai harga dari tenaga kerja tersebut. Semakin tinggi tingkat
upah dipasar tenaga kerja akan semakin tinggi pula jumlah penawaran tenaga
kerja dan demikian sebaliknya. Dalam hubungan ini perlu dikemukakanbahwa
hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga kerja perseorangan berbeda dengan
hubungan antara dengan tingkat upah dan penawaran tenaga kerja secara
keseluruhan. Hubungan antara tingkat upah dan penawaran tenaga kerja perorangan
sering ditunjukkan oleh kurva penawaran tenaga kerja yang berbelok kebelakang.
Tetapi untuk perekonomian bagi keseluruhan, semakin tingginya tingkat upah
masih akan mendorong semakin banyak orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Oleh
karena itu harus sanggup mencari faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan
kemauan dan kemampuan untuk bekerja seseorang. Semakin tinggi tingkat upah,
semakin tinggi kemauan seseorang untuk bekerja atau menawarkan tenaga kerjanya.
F.
TEORI
PERANGKAP PENDUDUK DARI MALTHUS
Pada tahun 1798
Reverend Thomas Malthus mengemukakan teorinya tentang hubungan antara
pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Secara diagramatis teori Malthus
bisa dilukiskan dengan memperbandingkan bentuk dan posisi dari kurva kurva yang
menunjukan tingkat pertumbuhan penduduk dengan tingkat pertumbuhan pendapatan
agregat dengan tingkat pendapatan perkapita.
Menurut Malthus
dan Neo-Malthusian, negara miskin tidak akan pernah mampu menaikan pendapatan
perkapitanya diatas tingkat pendapatan perkapita subsisten kecuali mereka
melakukan usaha yang bersifat preventif (pengendalian kelahiran) terhadap
pertumbuhan penduduk. Jika tidak ada usaha pengendalian secara “preventif” maka
pengendalian “positif” (kelaparan, penyakit, perang) terhadap pertumbuhan
penduduk mau tidak mau akan merupakan kekuatan pengendalian.
Model “perangkap
penduduk” dari Malthus ini merupan teori yang sederhana yang melukiskan
hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Sayangnya, teori
ini berdasarkan asumsi dan hipotesa yang sederhana yang tidak berdasarkan
kepada uji verivikasi empiris. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa tiga kritik
utama terhadap teori Malthus dan Neo-Malthusian yaitu:
1.
Teori
itu tidak memperhitungkan peranan dan dampak dari kemajuan teknologi
2.
Teori
itu didasarkan pada suatu hipotesa tentang hubungan secara makro antara
pertumbuhan penduduk dan ptingkat pendapatan perkapita tanpa bukti dengan uji
empiris.
3.
Teori
itu merupakan perhatian terhadap variabel yang “keliru” yaitu pendapatan
perkapita sebagai faktor penentu utama tingkat pertumbuhan penduduk. Suatu
pendekatan yang lebih baik dan lebih absah untuk masalah penduduk dan
pembangunan oni adalah terpusat pada ekonomi “mikro” dari proses pembuatan
keputusan ukuran keluarga dari masing-masing individual (dan bukan agregat) dan
tingkat kehidupan menjadi faktor penentu utama dari keputusan keluarga apakah
mempunyai lebih banyak ataukah sedikit anak.
G.
TEORI
TRANSISI KEPENDUDUKAN
Teori
Transisi Kependudukan menjelaskan mengapa negara maju sekarang kurang lebih
melalui tiga tahap yang sama dalam sejarah kependudukan modern. Sebelum adanya
modernisasi perekonomian mereka, negara-negara tersebut selama berabad-abad
mengalami pertumbuhan penduduk yang lambat sekali sebagai akibat dari tingginya
tingkat kelahiran yang hampir sama dengan tingkat kematian. Ini adalah tahap
pertama. Tahap kedua terjadi modernisasi (perbaikan kesehatan masayrakat,
pendapatan yang lebih tinggi, kualitas makanan yang lebih baik) menyebabkan
penurunan tingkat kematian dan meningkatkan harapan hidup dai dibawah 40 tahun
menjadi 60 tahun. Oleh karena itu tahap kedua ini menandai dimulainya transisi
penduduk dari pertumbuhan yang stabil dan lambat ke pertumbuhan yang cepat. Akhirnya
tahap ketiga terjadi pada saat kekuatan dan pengaruh modernisasi dan
pembangunan menyebabkan tingkat kelahiran menurun seimbang dengan tingkat
kematian sehingga pertumbuhan penduduk kecil sekali atau bahkan tidak tumbuh
sama sekali.
MIGRASI DAN
PEMBANGUNAN
Migrasi dari desa ke kota dipandang
sebagai hal yang menguntungkan dalam kajian pembangunan ekonomi. Migrasi
internal dianggap sebagai proses yang alamiah dimana surplus tenaga kerja
secara perlahan ditarik dari sektor perdesaan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja bagi pertumbuhan industri perkotaan.
Migrasi juga dianggap sebagai suatu
proses yang bisa menghilangkan ketidakseimbangan strukstural antara desa kota
dengan dua cara langsung. Pertama, sisi penawaran migrasi internal yang tidak
proporsional meningkatkan tingkat pertumbuhan pencari kerja perkotaan karena
proporsi dari orang muda yang berpendidikan cukup baik mendominir arus migrasi
ini.
Cara kedua dari sisi permintaan,
penciptaan lapangan kerja perkotaan adalah lebih sulit dari lapangan kerja
perdesaan karena kebutuhan sumber daya-sumber daya komplementer di sektor
industri dan tekanan dari kenaikan upah perkotaan dan tunjangan tambahan bagi
pekerja ditambah pula ketiadaan alat teknologi produksi padat karya yang tepat guna
agar pertumbuhan output sektor modern disebabkan kenaikan produktivitas tenaga
kerja.
H.
TEORI
LEWIS DAN KRITIK TERHADAPNYA
Dalam model
Lewis perekonomian dibagi menjadi dua sektor, yaitu:
a.
Sektor
Tradisional (perdesaan yang subsisten) yang ditandai oleh produktivitas tenaga
kerja yang sangat rendah atau bahkan nol.
b.
Sektor
modern (Industri perkotaan) dimana tenaga kerja dari sektor subsisten berpindah
secara perlahan. Perhatian utama model ini adalah proses perpindahan tenaga
kerja dan pertumbuhan tingkat pekerjaan di sektor modern.
Walaupun model
pembangunan dua sektor dari Lewis adalah sederhana dan sesuai dengan pengalaman
sejarah pertumbuhan ekonomi di barat, model ini mempunyai tiga asumsi yang
berbeda dengan kenyataan dari migrasi dan keterbelakangan yang terjadi saat
ini, pertama model ini secara implisit menganggap bahwa tingkat perpindahan
tenaga kerja dan tingkat penciptaan kesempatan kerja di sektor perkotaan adalah
proporsional dengan tingkat akumulasi modal di perkotaan. Kedua, asumsi model
ini berbeda dengan kenyataan adalah asumsi bahwa “surplus” tenaga kerja terjadi
di daerah perdesaan sedangkan di daerah perkotaan ada banyak kesempatan kerja.
Ketiga, aanggapan bahwa upah nyata di perkotaan akan selalu tetap sampai pada
suatu titik dimana penawaran dari surpus tenaga kerja di perdesaan habis.
I.
PROSES
MIGRASI DAN KARAKTERISTIK PARA MIGRAN
Karakteristik
para migran bisa dibedakan menjadi 3 kategori umum,yaitu :
1.
Karakteristik
demografis
2.
Karakteristik
pendidikan
3.
Karakteristik
Ekonomi
J.
Teori
migrasi Todaro
Pada hakekatnya,
teori ini menganggap bahwa angkatan kerja, baik aktual maupun potensial,
memperbandingkan pendapatan yang mereka “harapkan” di perkotaan pada suatu
waktu tertentu dengan memperhitungkan pendapatan rata-rata di perdesaan.
Akhirnya mereka akan melakukan migrasi jika pendapatan yang “diharapkan” di
kota lebih besar daripada pendapatan rata-rata di perdesaan.
Secara singkat
bisa disebutkan disini bahwa model migrasi dari Todaro mempunyai 4
karakteristik utama yaitu :
1.
Migrasi
terutama sekali dirangsang oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis yang
rasional.
2.
Keputusan
untuk bermigrasi lebih tergantung pada perbedaan upah riil yang “diharapkan”
daripada “yang terjadi” antara perdesaan dan perkotaan, dimana perbedaan yang
“diharapkan” itu ditentukan oleh interaksi antara dua variabel yaitu perbedaan
upah perdesaan perkotaan yang terjadi dan kemungkinan untuk memperoleh
pekerjaan di sektor perkotaan.
3.
Kemungkinan
untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berhubungan terbalik dengan tingkat
pengangguran di perkotaan.
4.
Tingkat
migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhn, kesempatan kerja di perkotaan sangat
mungkin terjadi. Oleh karena itu, tuingkat pengangguran yang tinggi di
perkotaan merupakan hal yang tidak terelakaan karena adanya ketidakseimbangan
yang parah antara kesempatan-kesempatan ekonomi di perkotaan dan di perdesaan
pada hampir semua NSB.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan,&
M.Suparmoko.2008.Ekonomika Pembangunan.Edisi
Keenam.Yogyakarta:BPFE
Sadono
Sukirno.2006.Ekonomi Pembangunan :Proses,Masalah,
dan Dasar Kebijakan.Edisi 2.Jakarta : Kencana Media Group.
0 komentar:
Posting Komentar