Sebuah gelang yang
melingkar dipergelangan,
Melanglangkan pikirku
akan tahun kehidupan yang pernah ada aku berlari menerobos hujan.
Biru muda nan magis
dengan kemanisan warnanya yang melambangkan kegagahan langit siang.
Putih suci nan bersih,
berdispersi pada warni-warni pelangi.
Dimana aku duduk kini,
menatap senyum ceria mereka, di waktu sama, hujan.
Anak-anak manis dengan
lembaran buramnya yang masih minimalis.
Merengek mengenai hujan
yang tetiba turun mengkuyupkan halaman.
Masa ceria yang belum
bernoda.
Mengharapkanku akan
seorang bocah lelaki dan adiknya, perempuan.
Mengeja huruf di rumah
kami yang ramah.
Menghitung angka
dibarengi tawa.
Kami, mereka belajar
dan aku mengajari.
Ada jeritan, tipukan
bantal, namun bukan tindak kejam kekerasan.
Bocah lelaki dan
adiknya, perempuan.
Yang mencintaiku
sepenuh dirinya mampu.
Yang menanti datangku
dengan mata berlinang rindu
Yang menangis untukku
ketika hatiku terbentur godam pilu.
Maka dipenghujan yang
kan segera berakhir ini.
Di bulan Februari yang
penuh romantisme muda-mudi.
Kuratapi luka diri yang
menyusuri jalan bebatu tanpa ada tangan yang bersedia ku genggam.
Saat arang perlahan
patah, dan asaku yang putus.
Memberhentikan aku pada
zona nyaman yang sekelilingnya rawan terkaman hewan liar.
Maka dipenghujan yang
kan segera berakhir ini.
Bocah lelaki dan
adiknya, perempuan.
Tidak akan kubiarkan
mereka menangis sendirian di sudut kamar hanya berteman cahaya remang bulan.
Senin, 04-02-2013. Inicio SC, 02:43pm
0 komentar:
Posting Komentar