Beliau --

on Sabtu, 23 Februari 2013



Hari ini aku bertemu dengan ibu baru. Cukup mengobati perih luka atas kejadian penolakan karena kekurangan. Ibu, yang mampu menjamah air mata dari tempat persembunyiannya. Sungguh, hampir-hampir aku menangis, namun hentakan angin membangunkan dari peka yang dicipta perasaan. Tuturnya menenangkan, solutif dan penuh kejujuran. Memang beda dengan ia yang jadi puja, tidak punya tatap tajam, kalimat-kalimat cepat dan mimik berpikir keras. Justru kelembutannya lah yang membuat terpana.

Jumpa pertama, namun mengandung sejuta makna. Meski aku tahu, begitulah ia dengan pribadinya. Mungkin ia lupa, atau baginya tak terbesit kesan apa-apa. Cukup bicang hangat sebelum jumat, dan ia mengambil alih hatiku yang hampir-hampir melayu.

Dan aku, disibukkan kembali dengan urusan hati :)

Jumat, 22-02-2012. My room, 09. 12 pm

0 komentar:

Posting Komentar