Aku, bayi..

on Minggu, 03 Maret 2013


Lama sekali tidak menginisiasi diri berkreasi..

“Begitu kau lahir, daftarmu mati makin dekat. Aku takut, Sayangku.” Ibu itu megelus perutnya yang menggunduk. Belum terlalu besar, namun samar sudah kentara.
“Usiamu empat bulan, tanpa sepengetahuanku Jibril pasti sudah meniupkan roh untuk ragamu.” Air mata praktis menyebak membasahi pipi.
“Aku takut, Sayangku.” Isaknya lebih dalam.
Aku yang menatapnya dari semak belukar angan, terhenyak. Ingin mendengar celotehnya lebih banyak.
“Sayangku, berjanjilah menjadi manusia berani yang penuh malu. Berani menghadapi kasarnya dunia, ia akan menempamu jika kau mengerahkan segala kemampuan, tanpa letih belajar, meninggalkan sebab-sebab kemurkaan Tuhan. Malu, karena sadar betapa kecil engkau dibanding kegagahan alam, betapa pendek orbitmu dari pada garis edar yang tak pernah tertukar. Malu, karena keluh yang sering kali menghiasai tindak kebaikan saat kau mulai mendaki terjal lereng pegunungan, sementara tempatmu berpijak berputar pada porosnya sekaligus bertawaf menyebut asma pencipta tanpa kompromi.”
Seakan aku mendengar ceramah dari sisi dunia yang kucipta. Dan ibu itu merapal doa untuk anaknya, menengadah hikmat, meminta belas dari Sang Pengasih agar merahmati anaknya. Pun denganku. Kudekap mulut erat, menyembunyikan sedanku yang tersedak kemarahan akan diriku.
Betapa jauh aku dari harap Ibuku.
Betapa nista tingkah laku terhadap Ibuku.
Betapa berani dan maluku tiddak pada posisi yang dirindu Ibuku.
Seketika bibirku tak henti menggumamkan rangkaian doa Hasan Albanna, agar Ia menghimpun hati kami dalam cinta, ketaatan, serta taqwa kepadaNya, agar Ia mengukuhkan ikatan ini, mengekalkannya, menunjuki jalan, dan memenuhi dengan cahaya kebenaran.
My room, rabu 27-02-2013. 11:07

witen by @niahaji


0 komentar:

Posting Komentar