Kita Teman

on Minggu, 03 Maret 2013



Buku-buku, rak-rak tinggi, menjulang, berderet, 808.15; 505.09; berderet, ya berderet, dan aku tidak bisa mengingatnya.

Kami menghadap salah satu buku, menekuni tiap kata. Tetiba aku bertanya, atau entah mengucap apa. Dan cerita mulai berhambur dari mulut kita.
Setiap detail hidup yang kurasa sanggup memilin cemas menjadi berlipat khawatirnya, perlahan tertenangkan. Hal yang tidak dapat kuceritakan setelah ia yang berkacamata menghilang, meninggalkan aku yang butuh bimbingan.
Begini menyenangkan ketika hidup menyodorkanmu teman sepadan. Meski kisah perjalanan agaknya janggal dan mulai tanggal untuk diceritakan, namun menertawakan bersama sahabat merupakan penyegar. Menyembur aura baru, menyusun sendi kepercayaan untuk saling padu. Walau aku tahu, sahabat bukan berarti terikat. Kau menemaninya karena ia anak orang kaya, mau bercengkrama agar dibantu mengerjakan tugas, irama canda yang melulu dunia. Bukan!

Dulu aku berpikir, pemilik mata sipit itu tak akan meninggalkanku pergi tanpa bayang yang dapat ku jadikan pegangan. Ia akan memberiku pijakan agar langkahku tetap mantab memecah teka-teki Sang Maha Mengetahui. Dan aku menemukannya dalam diri raga yang berbeda. Masih berkacamata, dan kami menjalin hubungan singkat, namun kupatri erat, sayang ia berpaling. Mengintip fana, lalu bungah dengan mewahnya. Sementara aku, tetap mengamati tiap tingkah, memastikan senyumnya masih hangat di wajah. Sesekali menanya tentang cita. Tersayat saat tatapnya yang dulu ku anggap sahabat bukan lagi teruntukku yang papa. Tidak mengapa, hidup terus berlanjut dan ketidaknyamananku terserang radang akut. Kami berteman tanpa tujuan yang berkiblat iman pada Tuhan. Kami menghayati dunia lebih dalam daripada jalinan kasih kami sendiri. Lalu perlahan, ku coba sadarkan, ini salah dan kita tak bisa teruskan.

Lalu aku menemukan kesjatian hubungan, yang tanpa pamer baju populer, tak meniru hanya agar ada kesesuaian pembicaraan. Tetap pada sinkronitas, tanpa sekat, siapapun ia dengan masa lalu, kesukaan, hidupnya sekarang, ia temanku. Dan aku menyayanginya bukan untuk dunia.

My room, jumat 01-03-2013. 20:49
witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar