Buku-buku,
rak-rak tinggi, menjulang, berderet, 808.15; 505.09; berderet, ya berderet, dan
aku tidak bisa mengingatnya.
Kami
menghadap salah satu buku, menekuni tiap kata. Tetiba aku bertanya, atau entah
mengucap apa. Dan cerita mulai berhambur dari mulut kita.
Setiap
detail hidup yang kurasa sanggup memilin cemas menjadi berlipat khawatirnya,
perlahan tertenangkan. Hal yang tidak dapat kuceritakan setelah ia yang
berkacamata menghilang, meninggalkan aku yang butuh bimbingan.
Begini
menyenangkan ketika hidup menyodorkanmu teman sepadan. Meski kisah perjalanan
agaknya janggal dan mulai tanggal untuk diceritakan, namun menertawakan bersama
sahabat merupakan penyegar. Menyembur aura baru, menyusun sendi kepercayaan
untuk saling padu. Walau aku tahu, sahabat bukan berarti terikat. Kau
menemaninya karena ia anak orang kaya, mau bercengkrama agar dibantu
mengerjakan tugas, irama canda yang melulu dunia. Bukan!
Dulu aku
berpikir, pemilik mata sipit itu tak akan meninggalkanku pergi tanpa bayang
yang dapat ku jadikan pegangan. Ia akan memberiku pijakan agar langkahku tetap
mantab memecah teka-teki Sang Maha Mengetahui. Dan aku menemukannya dalam diri
raga yang berbeda. Masih berkacamata, dan kami menjalin hubungan singkat, namun
kupatri erat, sayang ia berpaling. Mengintip fana, lalu bungah dengan mewahnya.
Sementara aku, tetap mengamati tiap tingkah, memastikan senyumnya masih hangat
di wajah. Sesekali menanya tentang cita. Tersayat saat tatapnya yang dulu ku
anggap sahabat bukan lagi teruntukku
yang papa. Tidak mengapa, hidup terus berlanjut dan ketidaknyamananku terserang
radang akut. Kami berteman tanpa tujuan yang berkiblat iman pada Tuhan. Kami
menghayati dunia lebih dalam daripada jalinan kasih kami sendiri. Lalu
perlahan, ku coba sadarkan, ini salah dan kita tak bisa teruskan.
Lalu aku
menemukan kesjatian hubungan, yang tanpa pamer baju populer, tak meniru hanya
agar ada kesesuaian pembicaraan. Tetap pada sinkronitas, tanpa sekat, siapapun
ia dengan masa lalu, kesukaan, hidupnya sekarang, ia temanku. Dan aku
menyayanginya bukan untuk dunia.
My room,
jumat 01-03-2013. 20:49
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar