MAKALAH
SYARAT-SYARAT
UMUM UNTUK PERKEMBANGAN EKONOMI
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan
Pengampu
: Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok
1
1. Margaretha
Puspita A K7411093
2. Nia
Vita Kusuma Haji K7411108
3. Noor
Anisa Listyana K7411110
4. Nur
Rahmi Akbarini K7411115
5. Rina
Valia K7411131
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
SYARAT-SYARAT
UMUM UNTUK PERKEMBANGAN EKONOMI
A.
INDEGENOUS FORCES (KEKUATAN DARI DALAM)
UTUK BERKEMBANG
Yang dimaksud dengan “kekuatan
dari dalam”adalah kekuatan yang ada dalam masyarakat itu sendiri untuk
berkembang. Jadi harus ada kehendak untuk menaikkan taraf hidup masyarakat
tersebut. Kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar masyarakat, misalnya:bantuan
luar negeri belum tentu menjamin terus berkembangnya perekonomian. Prakarsa dan
pengaturan lembaga-lembaga masyarakat untuk perkembangan harus tumbuh dari
masyarakat sendiri.(Irawan,
Suparmoko: 2008, 260)
B.
MOBILITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
Ketidaksempurnaan
pasar (market imperfections) akan
sangat membatasi mobilitas faktor-faktor produksi dari penggunaan yang kurang
produktif ke penggunaan yang lebih produktif. Untuk mengatasi hal ini maka market imperfection harus ditiadakan
sehingga faktor produksi dapat digunakan sepenuhnya. Caranya dengan:
a) Mengganti bentuk-bentuk organisasi sosial dan
ekonomi
b) Memberikan kesempatan-kesempatan untuk
produktivitas pada tingkat teknik yang ada
c) Penjualan produk diperluas
d) Keadaan monopoli harus dikurangi
e) Pasar kapital diperluas
f) Kredit dipermudah bagi petani-petani dan
pedagang kecil
Untuk
perkembangan ekonomi perlu menempatkan usaha-usaha kapital dalam 3 bentuk:
a. Meningkatkan jumlah barang kapital
b. Memperbaiki kualitas produk sebagai produsen
c. Menambah tingkat usaha produktif
Dengan
demikian lingkaran kemiskinan tidak berujung pangkal dapat mudah ditembus.(Irawan, Suparmoko: 2008, 260-261)
C.
AKUMULASI KAPITAL
Akumulasi
kapital (capital accumulation)
terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan
tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. (Todaro: 1999,
124)
Akumulasi
kapital merupakan faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi. Akumulasi dapat
berwujud kenaikan dalam volume tabungan riil, sehingga sumber-sumber uang yang
semula untuk tujuan-tujuan konsumtif dapat diarahkan untuk tujuan-tujuan
produktif.
Akumulasi
kapital tidak akan terjadi hanya dengan membentuk lembaga-lembaga keuangan dan
perluasan moneter saja, tetapi juga harus diperkirakan adanya strukur pasar
yang kuat agar dapat mempengaruhi mobilitas, alokasi kapital dan dapat
menyalurkan tabungan ke investasi yang produktif tersedianya saluran-saluran
tersebut tidak dapat menjamin peningkatan dalam akumulasi kapital, dan tanpa
tambahan output riil, perluasan moneter hanya menyebabkan inflasi.
Untuk mengukur
banyaknya kapital yang dibutuhkan bagi perkembangan ekonomi perlu diperhatikan
beberapa hal berikut:
1. Perkiraan
tingkat pertambahan penduduk
2. Target
kenaikan pendapatan riil per kapita
3. Angka
rasio pertambahan antara investasi dan output atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
Bila pendapatan per kapita hendak dinaikkan maka
akumulasi kapital harus semakin bertambah besar.
Tingkat
investasi dapat dinaikkan denganbeberapa cara, antara lain:
1) Tingkat
tabungan dinaikkan dengan membatasi konsumsi, misalnya dengan menaikkan tingkat
pajak (tax rate)
2) Pemerintah
menjual obligasi negara
3) Pembatasan
impor baranng-barang konsumsi dan bila mungkin juga membatasi impor barang
kapital(alat-alat produksi)
4) Dengan
inflasi, sebab dengan inflasi konsumsi secara riil berkurang karena dengan
jumlah uang yang sama jumlah barang yang dibeli berkurang
5) Memindahkan
pengangguran tersembunyi(disguised
unemployment) dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa
6) Mengadakan
pinjaman dari luar negeriuntuk menambah kapital di dalam negeri
7) Memperluas
sektor perdagangan luar negeri dengan menaikkan “terms of trade” (Irawan, Suparmoko: 2008, 261-264)
Satu hal
penting yang harus dipahami disini adalah, bahwasannya unuk mencapai maksud
investasi tersebut selalu dituntut adanya pertukaran antara konsumsi sekarang
dan konsumsi mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia
mengorbankan atau mengurangi konsumsi mereka pada saat sekarang ini demi memperoleh
konsumsi yang lebih baik di kemudian hari. (Todaro: 1999, 125)
D.
KRITERIA DAN ARAH INVESTASI
Untuk
mengalokasikan kapital perlu diadakan kriteria untuk arah investasi. Kriteria tersebut bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat. Kriteria umum investasi adalah mengenai produktivitas sosial marginal yang tertinggi untuk perkembangan lebih
lanjut. Hal yang diperhatikan dalam kriteria umum ini adalah:
a. Investasi harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memaksimalkan perbandingan antara output dan kapital (COR rendah).
b.
Proyek yang
dipilih harus memberikan perbandingan yang memaksimalisasikan penggunaan tenaga kerja terhadap investasi.
c.
Investasi
hendaknya mampu mengurangi Neraca Pembayaran Internasional sehinga
memaksimumkan perbandingan ekspor dan investasi.
Perubahan seperti diatas hanya bagi produsen yang
dinamis, dan meliputi perubahan dalam jumlah dan kualitas penduduk, selera, pengetahuan, teknik, faktor sosial dan lembaga masyarakat. Oleh karena itu kriteria produktivitas sosial marginal ditafsirkan sesuai perubahan faktor tersebut.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
1.
Pendapatan per
Kapita
Tipe investasi
produktif,misalnya proyek di sektor pertanian,
dimana dibutuhkan tenaga kerja yang banyak. Investasi ini akan menaikkan pendapatan disektor tersebut, tapi juga harus ada
pengendalian pertumbuhan penduduk agar pendapata per kapita tidak kembali
seperti semula.
2.
Pendapatan
Nasional
Bila penekanan
utama pada kenaikan pendapatan nasional maka harus diperhatikan pembagian atau
distribusi pendapatannya karena kenaikan pendapan nasional belum tentu
menguntungkan masyarakat seluruhnya.
3.
Faktor Waktu
Memperhatikan
jangka waktu keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produksi.
4.
Kepentingan
Masyarakat
Adanya perbedaan
pendapat mengenai perlunya memaksimumkan tingkat konsumsi sekarang atau tingkat
konsumsi yang akan datang,harus dipertimbangkan mengenai kebutuhan masyarakat
yang paling mendesak.
5.
Unsur Pasar
Untuk
menghindari kegagalan seorang investor maka perlu juga ditekankan mengenai
pasar untuk menjualnya.
6.
Titik
Pertumbuhan
Di Negara sedang
berkembang pasar dalam negeri sangat lemah maka sebaiknya investasi sebaiknya
diarahkan pada titik pertumbuhan saja. Rostow menyarankan bahwa sektor yang sedang berkembang dapat dibagi menjadi 3
golongan:
a.
Sektor primer yang menyebabkan proses pertumbuhan.
b.
Sektor-sektor pelengkap (supplementary sectors).
c.
Sektor-sektor
pertumbuhan sebagai akibat lanjutan (derived
growth sectors),yaitu perkembangan yang didorong oleh pertambahan jumlah
penduduk dan pendapatan.
7.
Pertumbuhan
Seimbang (Balance Growth)
Pertimbangan investasi pada titik pertumbuhan menurut
Baldwin & Meier:
a. Kriteria Neraca Pembayaran dan Kriteria Produktivitas
Investasi harus mengarah pada perbaikan Neraca
Pembayaran dan Peningkatan Produktivitas karena Negara sedang berkembang kerap
sekali mengalami kesulitan-kesulitan Neraca Pembayaran.
b.
Pertumbuhan
Seimbang
Arah investasi dari semua sektor karena sektor-sektor tersebut saling bergantungan dan melengkapi. Titik
pertumbuhan (growing point) mulai
hilang karena muncul banyak titik pertumbuhan yang satu sama lain saling
melengkapi.
8.
Teknik Produksi
Jika diketahui pasar yang cukup luas maka teknik yang dipakai dapat
bersifat padat modal atau padat karya yang mana
dapat menghasilkan suatu output tertentu dengan biaya
serendah-rendahnya. Bila kedua investasi tersebut akan dapat menaikan produksi
nasional dalam jumlah yang sama,maka:
a.
Dari Sudut
Distribusi Pendapatan
Proyek yang memakai metode padat karya lebih baik
karena dapat menaikan tingkat pendapatan sebagian besar orang yang
berpenghasilan rendah.
b.
Dari Sudut
Pendapatan Perkapita
Proyek padat modal lebih baik sebab proyek disektor
pertanian mendorong kenaikan jumlah penduduk yang berakibat pada tidak
berubahnya pendapatan perkapita, sehingga sama seperti semula atau bahkan
menurun.
Untuk memperkuat
Neraca Pembayaran Internasional suatu Negara itu mengarahkan investasi pada
produksi untuk ekspor. Sulit menentukan mana yang lebih baik antara padat modal
dan padat karya, karena kriteria ini sangat tergantung pada tujuan-tujuan sosial dan ekonomi yang luas.(Irawan,
Suparmoko: 2008, 264-270)
E.
PENYERAPAN KAPITAL DAN STABILITAS
Setiap masyarakat dalam suatu negara
mempunyai batas kemampuan penyarapan kapital (capital absorption capacity)di karenakan oleh ketersediaan faktor
produksi komplementer yang bekerja sama dengan kapital,dan syarat yang
diperlukan untuk menghindari inflasi dan untuk mempertahankan keseimbangan
neraca pembayaran internasional.
Pada umumnya keterbatasan kapasitas
untuk menyerap kapital di negara sedang berkembang disebabkan oleh :
a.
Kurangnya
teknologi
b.
Kurangnya
tenaga ahli
c.
Kurangnya
mobilitas faktor produksi
d.
Kurangnya
tenaga kerja terampil
Terbatasnya
jumlah tenaga kerja terampil mengakibatkan turunnya produksi modal marjinal (marginal capital produktivity of capital). Pada
negara berkembang hal ini lebih mungkin terjadi daripada di negara maju. Bila
investasi ditambah terus maka marginal
capital produktivity of capital akan turun dengan cepat karena adanya
rintangan dalam produksi. Hal yang perlu dilakukan adalah mencoba menaikkan
faktor produksi lain yang bekerja sama dengan kapital. Bila rintangan teratasi
maka investasi ditentukan berdasar kriteria investasi rasional sehingga
produktivitas dapat ditingkatkan.
Disamping
rintangan tersebut, penyerapan kapital juga dipengaruhi oleh masa perkembangan
perekonomian suatu negara. Misalnya karena waktu yang diperlukan lama maka akan
terjadi inflasi dan defisit dalam neraca pembayaran internasional.
Variasinya
sebagai berikut :
1.
Kalau
akumulasi kapital melebihi kemampuan untuk menyerap kapital, setiap pertambahan
investasi menimbulkan inflasi. Hal ini karena fasilitas yang ada belum banyak.
Namun sebetulnya inflasi tersebut merupakan tabungan paksa bahkan inflasi
berlaju sedang sangatlah baik untuk perkembangan. Namun karena dalam masyarakat
terdapat faktor produksi yang belum digunakan, inflasi tersebut tidak
bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya harus ada faktor produksi
komplementer yang cukup untuk memanfaatkan faktor produksi baru. Namun
demikian, inflasi tetaplah pembentukan modal yang salah arah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pembiayaan investasi dengan inflasi sangat berbahaya, karena :
a.
Tabungan
sukarela tidak banyak tercipta
b.
Pinjaman
jangka panjang kurang tersedia
c.
Menyebabkan
investasi salah arah
d.
Efisiensi
produksi berkurang
e.
Menyebabkan
adanya alokasi yang salah terhadap faktor produksi
2.
Kalau
akumulasi kapital lebih kecil daripada kemampuan penyerapan kapital, maka akan timbul
kesulitan terutama dibidang neraca pembayaran karena negara tersebut sangat
membutuhkan devisa untuk impor barang yang diperlukan. Namun karena harga
barang impor ini cenderung naik sehingga biaya untuk memproduksi barang ekspor
naik juga naik. Akibatnya ekspor turun dan impor barang kapital turun juga.
Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah menciptakan pembatasan impor,
peraturan-peraturan devisa, pajak masuk barang konsumsi dan sebagainya.
Jadi untuk
perkembangan ekonomi harus ada kemampuan dari masyarakat untuk menyerap
tambahan kapital dan perlu adanya stabilitas ekonomi.(Irawan,
Suparmoko: 2008, 270-273)
F.
NILAI DAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG ADA
Nilai
dan Lembaga disini bersifat nonekonomi. Namun, faktor ini tidak kalah penting
dalam peranan yang dimainkan untuk perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi
dapat melaju cepat bila diciptakan kebutuhan- kebutuhan baru, motif-motif baru,
cara/metode produksi baru, demikian pula harus ada perubahan lembaga-lembaga
yang ada dalam masyarakat.Alam harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang lebih baik dan tujuan ini haruslah merupakan bagian dari
kebudayaan manusia. Untuk mengubah adat istiadat lama haruslah berhati-hati
sebab setiap ada perubahan harus selekasnya dikompensasikan dengan hasil yang
lebih baik. Mula-mula cara dan kebiasaan manakah yang harus diubah, kemudian
bagaimana cara mengubahnya.
Konsekuensinya,
kriteria ekonomi dan investasi saja tidaklah cukup untuk digunakan sebagi
patokan kebijaksanaan investasi.Untuk menggunakan mesin-mesin yang kompleks,
dibutuhkan orang kreatif, dan berpengaruh umum. Jadi cara-cara hidup yang lama
harus ditingggalkan dan diganti dengan yang baru sesuai kebutuhan. Mereka
dididik hingga dapat membuka pikiran dan kemudia diharapkan dapat menemukan
hal-hal baru yang dapat m,enaikkan produktivitas, sehingga mereka menjadi
innovator dan wiraswasta. Wiraswasta yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi,
harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Memiliki
kemampuan untuk mengenali kesempatan dalam pasar
2.
Memiliki
kemampuan dalam pengambilan tindakan alternative
3.
Memiliki
kemampuan untuk mengkombinasi elemen-elemen secara rasional dan keputusannya
Dalam
negara berkembang perlu diciptakan dorongan-dorongan untuk menggairahkan
motif-motif wiraswasta. Usaha tersebut sangat kompleks, tidak hanya organisasi
ekonomi yang diubah tetapi perlu diubah juga organisasi sosialnya. Sehingga
keadaan sosial ekonomi memungkinkan untuk diadakannya perkembangan. Jadi,
persoalannya bukan sejauh mana perubahan ekonomi itu dapat dilakukan, tetapi
sejauh mana perubahan-perubahan kebudayaan itu dapat diterima oleh penduduk dan
berapa kecepatannya sehingga perkembangan ekonomi dapat dilaksanakan.(Irawan,
Suparmoko: 2008, 273-275)
DAFTAR PUSTAKA
Irawan,
M.Suparmoko. 2008. Ekonomika Pembangunan.
Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE
0 komentar:
Posting Komentar