SYARAT-SYARAT UMUM UNTUK PERKEMBANGAN EKONOMI

on Selasa, 05 Februari 2013
MAKALAH
SYARAT-SYARAT UMUM UNTUK PERKEMBANGAN EKONOMI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan
Pengampu : Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd



Disusun oleh:
Kelompok 1
1.      Margaretha Puspita A          K7411093
2.      Nia Vita Kusuma Haji         K7411108
3.      Noor Anisa Listyana            K7411110
4.      Nur Rahmi Akbarini            K7411115
5.      Rina Valia                            K7411131



PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012


SYARAT-SYARAT UMUM UNTUK PERKEMBANGAN EKONOMI


A.      INDEGENOUS FORCES (KEKUATAN DARI DALAM) UTUK BERKEMBANG
Yang dimaksud dengan “kekuatan dari dalam”adalah kekuatan yang ada dalam masyarakat itu sendiri untuk berkembang. Jadi harus ada kehendak untuk menaikkan taraf hidup masyarakat tersebut. Kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar masyarakat, misalnya:bantuan luar negeri belum tentu menjamin terus berkembangnya perekonomian. Prakarsa dan pengaturan lembaga-lembaga masyarakat untuk perkembangan harus tumbuh dari masyarakat sendiri.(Irawan, Suparmoko: 2008, 260)

B.       MOBILITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
Ketidaksempurnaan pasar (market imperfections) akan sangat membatasi mobilitas faktor-faktor produksi dari penggunaan yang kurang produktif ke penggunaan yang lebih produktif. Untuk mengatasi hal ini maka market imperfection harus ditiadakan sehingga faktor produksi dapat digunakan sepenuhnya. Caranya dengan:
a)  Mengganti bentuk-bentuk organisasi sosial dan ekonomi
b)  Memberikan kesempatan-kesempatan untuk produktivitas pada tingkat teknik yang ada
c)  Penjualan produk diperluas
d)  Keadaan monopoli harus dikurangi
e)  Pasar kapital diperluas
f)  Kredit dipermudah bagi petani-petani dan pedagang kecil
Untuk perkembangan ekonomi perlu menempatkan usaha-usaha kapital dalam 3 bentuk:
a.  Meningkatkan jumlah barang kapital
b.  Memperbaiki kualitas produk sebagai produsen
c.  Menambah tingkat usaha produktif
Dengan demikian lingkaran kemiskinan tidak berujung pangkal dapat mudah ditembus.(Irawan, Suparmoko: 2008, 260-261)

C.       AKUMULASI KAPITAL
Akumulasi kapital (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. (Todaro: 1999, 124)
Akumulasi kapital merupakan faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi. Akumulasi dapat berwujud kenaikan dalam volume tabungan riil, sehingga sumber-sumber uang yang semula untuk tujuan-tujuan konsumtif dapat diarahkan untuk tujuan-tujuan produktif.
Akumulasi kapital tidak akan terjadi hanya dengan membentuk lembaga-lembaga keuangan dan perluasan moneter saja, tetapi juga harus diperkirakan adanya strukur pasar yang kuat agar dapat mempengaruhi mobilitas, alokasi kapital dan dapat menyalurkan tabungan ke investasi yang produktif tersedianya saluran-saluran tersebut tidak dapat menjamin peningkatan dalam akumulasi kapital, dan tanpa tambahan output riil, perluasan moneter hanya menyebabkan inflasi.
Untuk mengukur banyaknya kapital yang dibutuhkan bagi perkembangan ekonomi perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1.      Perkiraan tingkat pertambahan penduduk
2.      Target kenaikan pendapatan riil per kapita
3.      Angka rasio pertambahan antara investasi dan output atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
Bila pendapatan per kapita hendak dinaikkan maka akumulasi kapital harus semakin bertambah besar.
Tingkat investasi dapat dinaikkan denganbeberapa cara, antara lain:
1)      Tingkat tabungan dinaikkan dengan membatasi konsumsi, misalnya dengan menaikkan tingkat pajak (tax rate)
2)      Pemerintah menjual obligasi negara
3)      Pembatasan impor baranng-barang konsumsi dan bila mungkin juga membatasi impor barang kapital(alat-alat produksi)
4)      Dengan inflasi, sebab dengan inflasi konsumsi secara riil berkurang karena dengan jumlah uang yang sama jumlah barang yang dibeli berkurang
5)      Memindahkan pengangguran tersembunyi(disguised unemployment) dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa
6)      Mengadakan pinjaman dari luar negeriuntuk menambah kapital di dalam negeri
7)      Memperluas sektor perdagangan luar negeri dengan menaikkan “terms of trade” (Irawan, Suparmoko: 2008, 261-264)

Satu hal penting yang harus dipahami disini adalah, bahwasannya unuk mencapai maksud investasi tersebut selalu dituntut adanya pertukaran antara konsumsi sekarang dan konsumsi mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia mengorbankan atau mengurangi konsumsi mereka pada saat sekarang ini demi memperoleh konsumsi yang lebih baik di kemudian hari. (Todaro: 1999, 125)

D.      KRITERIA DAN ARAH INVESTASI
Untuk mengalokasikan kapital perlu diadakan kriteria untuk arah investasi. Kriteria tersebut bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat. Kriteria umum investasi adalah mengenai produktivitas sosial marginal yang tertinggi untuk perkembangan lebih lanjut. Hal yang diperhatikan dalam kriteria umum ini adalah:
a.       Investasi harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga memaksimalkan perbandingan antara output dan kapital (COR rendah).
b.      Proyek yang dipilih harus memberikan perbandingan yang memaksimalisasikan penggunaan tenaga kerja terhadap investasi.
c.       Investasi hendaknya mampu mengurangi Neraca Pembayaran Internasional sehinga memaksimumkan perbandingan ekspor dan investasi.
Perubahan seperti diatas hanya bagi produsen yang dinamis, dan meliputi perubahan dalam jumlah dan kualitas penduduk, selera, pengetahuan, teknik, faktor sosial dan lembaga masyarakat. Oleh karena itu kriteria produktivitas sosial marginal ditafsirkan sesuai perubahan faktor tersebut.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
1.      Pendapatan per Kapita
Tipe investasi produktif,misalnya proyek di sektor pertanian, dimana dibutuhkan tenaga kerja yang banyak. Investasi ini akan menaikkan pendapatan disektor tersebut, tapi juga harus ada pengendalian pertumbuhan penduduk agar pendapata per kapita tidak kembali seperti semula.
2.      Pendapatan Nasional
Bila penekanan utama pada kenaikan pendapatan nasional maka harus diperhatikan pembagian atau distribusi pendapatannya karena kenaikan pendapan nasional belum tentu menguntungkan masyarakat seluruhnya.
3.      Faktor Waktu
Memperhatikan jangka waktu keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produksi.
4.      Kepentingan Masyarakat
Adanya perbedaan pendapat mengenai perlunya memaksimumkan tingkat konsumsi sekarang atau tingkat konsumsi yang akan datang,harus dipertimbangkan mengenai kebutuhan masyarakat yang paling mendesak.
5.      Unsur Pasar
Untuk menghindari kegagalan seorang investor maka perlu juga ditekankan mengenai pasar untuk menjualnya.
6.      Titik Pertumbuhan
Di Negara sedang berkembang pasar dalam negeri sangat lemah maka sebaiknya investasi sebaiknya diarahkan pada titik pertumbuhan saja. Rostow menyarankan bahwa sektor yang sedang berkembang dapat dibagi menjadi 3 golongan:
a.       Sektor primer yang menyebabkan proses pertumbuhan.
b.      Sektor-sektor pelengkap (supplementary sectors).
c.       Sektor-sektor pertumbuhan sebagai akibat lanjutan (derived growth sectors),yaitu perkembangan yang didorong oleh pertambahan jumlah penduduk dan pendapatan.
7.      Pertumbuhan Seimbang (Balance Growth)
Pertimbangan investasi pada titik pertumbuhan menurut Baldwin & Meier:
a.       Kriteria Neraca Pembayaran dan Kriteria Produktivitas
Investasi harus mengarah pada perbaikan Neraca Pembayaran dan Peningkatan Produktivitas karena Negara sedang berkembang kerap sekali mengalami kesulitan-kesulitan Neraca Pembayaran.
b.      Pertumbuhan Seimbang
Arah investasi dari semua sektor karena sektor-sektor tersebut saling bergantungan dan melengkapi. Titik pertumbuhan (growing point) mulai hilang karena muncul banyak titik pertumbuhan yang satu sama lain saling melengkapi.
8.      Teknik Produksi
Jika diketahui pasar yang cukup luas maka teknik yang dipakai dapat bersifat padat modal atau padat karya yang mana  dapat menghasilkan suatu output tertentu dengan biaya serendah-rendahnya. Bila kedua investasi tersebut akan dapat menaikan produksi nasional dalam jumlah yang sama,maka:
a.       Dari Sudut Distribusi Pendapatan
Proyek yang memakai metode padat karya lebih baik karena dapat menaikan tingkat pendapatan sebagian besar orang yang berpenghasilan rendah.
b.      Dari Sudut Pendapatan Perkapita
Proyek padat modal lebih baik sebab proyek disektor pertanian mendorong kenaikan jumlah penduduk yang berakibat pada tidak berubahnya pendapatan perkapita, sehingga sama seperti semula atau bahkan menurun.
Untuk memperkuat Neraca Pembayaran Internasional suatu Negara itu mengarahkan investasi pada produksi untuk ekspor. Sulit menentukan mana yang lebih baik antara padat modal dan padat karya, karena kriteria ini sangat tergantung pada tujuan-tujuan sosial dan ekonomi yang luas.(Irawan, Suparmoko: 2008, 264-270)

E.       PENYERAPAN KAPITAL DAN STABILITAS
Setiap masyarakat dalam suatu negara mempunyai batas kemampuan penyarapan kapital (capital absorption capacity)di karenakan oleh ketersediaan faktor produksi komplementer yang bekerja sama dengan kapital,dan syarat yang diperlukan untuk menghindari inflasi dan untuk mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran internasional.
Pada umumnya keterbatasan kapasitas untuk menyerap kapital di negara sedang berkembang disebabkan oleh :
a.       Kurangnya teknologi
b.      Kurangnya tenaga ahli
c.       Kurangnya mobilitas faktor produksi
d.      Kurangnya tenaga kerja terampil
Terbatasnya jumlah tenaga kerja terampil mengakibatkan turunnya produksi modal marjinal (marginal capital produktivity of capital). Pada negara berkembang hal ini lebih mungkin terjadi daripada di negara maju. Bila investasi ditambah terus maka marginal capital produktivity of capital akan turun dengan cepat karena adanya rintangan dalam produksi. Hal yang perlu dilakukan adalah mencoba menaikkan faktor produksi lain yang bekerja sama dengan kapital. Bila rintangan teratasi maka investasi ditentukan berdasar kriteria investasi rasional sehingga produktivitas dapat ditingkatkan.
Disamping rintangan tersebut, penyerapan kapital juga dipengaruhi oleh masa perkembangan perekonomian suatu negara. Misalnya karena waktu yang diperlukan lama maka akan terjadi inflasi dan defisit dalam neraca pembayaran internasional.
Variasinya sebagai berikut :
1.        Kalau akumulasi kapital melebihi kemampuan untuk menyerap kapital, setiap pertambahan investasi menimbulkan inflasi. Hal ini karena fasilitas yang ada belum banyak. Namun sebetulnya inflasi tersebut merupakan tabungan paksa bahkan inflasi berlaju sedang sangatlah baik untuk perkembangan. Namun karena dalam masyarakat terdapat faktor produksi yang belum digunakan, inflasi tersebut tidak bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya harus ada faktor produksi komplementer yang cukup untuk memanfaatkan faktor produksi baru. Namun demikian, inflasi tetaplah pembentukan modal yang salah arah. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembiayaan investasi dengan inflasi sangat berbahaya, karena :
a.       Tabungan sukarela tidak banyak tercipta
b.      Pinjaman jangka panjang kurang tersedia
c.       Menyebabkan investasi salah arah
d.      Efisiensi produksi berkurang
e.       Menyebabkan adanya alokasi yang salah terhadap faktor produksi
2.        Kalau akumulasi kapital lebih kecil daripada kemampuan  penyerapan kapital, maka akan timbul kesulitan terutama dibidang neraca pembayaran karena negara tersebut sangat membutuhkan devisa untuk impor barang yang diperlukan. Namun karena harga barang impor ini cenderung naik sehingga biaya untuk memproduksi barang ekspor naik juga naik. Akibatnya ekspor turun dan impor barang kapital turun juga. Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah menciptakan pembatasan impor, peraturan-peraturan devisa, pajak masuk barang konsumsi dan sebagainya.
Jadi untuk perkembangan ekonomi harus ada kemampuan dari masyarakat untuk menyerap tambahan kapital dan perlu adanya stabilitas ekonomi.(Irawan, Suparmoko: 2008, 270-273)

F.        NILAI DAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG ADA
Nilai dan Lembaga disini bersifat nonekonomi. Namun, faktor ini tidak kalah penting dalam peranan yang dimainkan untuk perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi dapat melaju cepat bila diciptakan kebutuhan- kebutuhan baru, motif-motif baru, cara/metode produksi baru, demikian pula harus ada perubahan lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat.Alam harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang lebih baik dan tujuan ini haruslah merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Untuk mengubah adat istiadat lama haruslah berhati-hati sebab setiap ada perubahan harus selekasnya dikompensasikan dengan hasil yang lebih baik. Mula-mula cara dan kebiasaan manakah yang harus diubah, kemudian bagaimana cara mengubahnya.
Konsekuensinya, kriteria ekonomi dan investasi saja tidaklah cukup untuk digunakan sebagi patokan kebijaksanaan investasi.Untuk menggunakan mesin-mesin yang kompleks, dibutuhkan orang kreatif, dan berpengaruh umum. Jadi cara-cara hidup yang lama harus ditingggalkan dan diganti dengan yang baru sesuai kebutuhan. Mereka dididik hingga dapat membuka pikiran dan kemudia diharapkan dapat menemukan hal-hal baru yang dapat m,enaikkan produktivitas, sehingga mereka menjadi innovator dan wiraswasta. Wiraswasta yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi, harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.      Memiliki kemampuan untuk mengenali kesempatan dalam pasar
2.      Memiliki kemampuan dalam pengambilan tindakan alternative
3.      Memiliki kemampuan untuk mengkombinasi elemen-elemen secara rasional dan keputusannya
Dalam negara berkembang perlu diciptakan dorongan-dorongan untuk menggairahkan motif-motif wiraswasta. Usaha tersebut sangat kompleks, tidak hanya organisasi ekonomi yang diubah tetapi perlu diubah juga organisasi sosialnya. Sehingga keadaan sosial ekonomi memungkinkan untuk diadakannya perkembangan. Jadi, persoalannya bukan sejauh mana perubahan ekonomi itu dapat dilakukan, tetapi sejauh mana perubahan-perubahan kebudayaan itu dapat diterima oleh penduduk dan berapa kecepatannya sehingga perkembangan ekonomi dapat dilaksanakan.(Irawan, Suparmoko: 2008, 273-275)



DAFTAR PUSTAKA


Irawan, M.Suparmoko. 2008. Ekonomika Pembangunan. Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE

Todaro, Michail P. 1995 Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1. Terjemahan Burhanuddin Abdullah dan Harris Munanddar. Jakarta: Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar