TIPE-TIPE PERKEMBANGAN EKONOMI

on Selasa, 05 Februari 2013
MAKALAH
TIPE-TIPE PERKEMBANGAN EKONOMI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan
Pengampu : Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd



Disusun oleh:
Kelompok 1
1.      Margaretha Puspita A          K7411093
2.      Nia Vita Kusuma Haji         K7411108
3.      Noor Anisa Listyana            K7411110
4.      Nur Rahmi Akbarini            K7411115
5.      Rina Valia                            K7411131



PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
TIPE-TIPE PERKEMBANGAN EKONOMI

Perkembangan ekonomi sebagian besar tergantung pada pemecahan beberapa masalah pokok, yaitu akumulasi kapital dan penggunaan maksimal dari sumber sumber manusia dan sumber alam untuk menaikkan serta mempebaii produksi barang dan jasa. Dibawah ini merupakan tipe-tipe yang berbeda dari perkembangan ekonomi yang ada di dunia.
A.      Perkembangan Ekonomi Di Negara-Negara Barat “Pembangunan Secara Spontan” (Spontaneous Development)
Keadaan ekonomi yang statis pada abad pertengahan disebabkan oleh faktor-faktor nonekonomi. Akumulasi kapital yang didasarkan atas pinjaman berbunga terlarang karena alasan-alasan agama. Struktur masyarakat didasarkan atas agama dan paham feodal dan bukannya didasarkan atas nilai materiil ekonomis. Produksi dibatasi dan diatur dalam hubungannya dalam kualitas harga. Ini disebabkan oleh karena konsumen masih bersifat lokal dan tak dapat diperluas karena tidak tersedianya  transportasi yang cukup.
Perkembangan perdagangan baru mulai meluas setelah terjadinya Perang Salib. Kegiatan ekonomi belum merupakan suatu usaha yang penting bagi kehidupan waktu itu. Namun keadaan ini dapat diubah oleh Renaissance, dimana orang menggunakan rasionya yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan teknologis. Pinjaman berbunga akhirnya dapat diterima dan hal tersebut mendorong adanya akumulasi kapital.Faktor-faktor lain yang mendorong perkembangan ekonomi adalah adanya penemuan-penemuan daerah baru setelah adanya anggapan bahwa bumi itu tidak rata atau bulat.Kenaikan produktivitas di bidang pertanian mendorong perkembangan ekonomi lebih lanjut.Perbaikan dalam keamanan lalu lintas dan transaksi perdagangan mendorong untuk menabung.
Salah satu faktor terpenting untuk perkembangan ekonomi yang sangat pesat adalah kemajuan di bidang transportasi.Perkembangan ini berjalan dengan cepat sampai Perang Dunia 1.Untuk waktu yang lama,kenaikan-kenaikan produktivitas dan pendapatan perkapita pada pertengahan kedua abad ke-19 ini disebabkan oleh adanya kelas wiraswasta.
Perkembangan ekonomi di barat pada permulaannya memang lambat dan prosesnya tidak dapat diperkirakan, tanpa petunjuk dan hanya kadang-kadang dibantu oleh pemerintah. Gejala-gejala yang penting adalah adanya akumulasi modal secara perlahan-lahan dan tersebarnya ketrampilan wiraswasta dengan jalan perdagangan luar negeri, modernisasi pertanian menaikkan hasil produksi sehingga dapat mensuplai bahan makanan dan tenaga kerja di sektor industri. Di samping itu juga perluasan di bidang transport yang dapat memperluas pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.
Akhirnya sebagian hasil kemajuan teknologi dapat dilihat dari kenaikan produksi untuk pasar dalam dan luar negeri. Kemudian perbaikan yang terus - menerus di bidang pengupahan dan tingkat pendapatan, menyebabkan tabungan dalam negeri makin meningkat untuk investasi, dan perluasan pasar yang cepat menguntungkan terutama bagi industri yang memproduksi secara massal. (Irawan, Suparmoko: 2008, 236-240)

B.       Perkembangan Ekonomi Jepang “Pembangunan Yang Didorong” (Induced Development)

Perkembangan ekonomi Jepang diatur dan dipimpin oleh pemerintah, dengan menggunakan kelas feodal sebagai alat dan dengan bantuan pemerintah menjadikan kelas tersebut sebagai kelas wiraswasta. Perkembangan ekonomi ditujukan untuk memodernisasi dan memperkuat kedudukan militer, politik, dan organisasi ekonomi untuk menanggulangi pengrongrongan dari Barat. Jadi “kekuatan” merupakan tujuan pokok perkembangan ekonomi. Struktur sosial dan sistem yang lama serta ketaatan kelas rendah terhadap pemerintahannya dipertahankan sangat lama. Akhirnya pemerintah memandang tidak perlu menaikkan tingkat hidup penduduk, mereka telah biasa dengan hidup sederhana. Dalam hal ini tak akan ada bahaya kenaikan konsumsi bila pendapatan bertambah sebagai akibat dari investasi pemerintah.
Jepang tidak mempunyai revolusi harapan yang menarik, untuk masa yang lama penduduk tetap mempunyai tingkat konsumsi yang rendah. Penduduk pada umumnya taat dan disiplin, sehingga memudahkan perencanaan pemerintah Jepang pada waktu itu belum mengalami kelebihan penduduk. Pemerintah memelopori dalam mengadakan investasi baik dalam sektor industri dan perbankan. Apa yang diterima kaum feodal diserahkan kepada pemerintah. Pajak sangat mendorong untuk mengerjakan tanah secara efsien. Free entreprice (usaha bebas) dianggap sebagai metode yang paling efisien dalam modernisasi perekonomian. Usaha-usaha di bidang ekspor telah mengembangkan produksi sutera, terutama untuk pasar USA. Biaya-biaya pembangunan ekonomi terutama ditanggung oleh golongan petani, para petani membayar pajak dalam wujud uang dan ini mendorong mereka untuk memproduksi lebih banyak lagi agar mendapatkan surplus. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Jepang merupakan contoh negara yang diperintah oleh kaum feodal dibawah pimpinan pemerintah ke perekonomian kapitalis.(Irawan, Suparmoko: 2008, 240-243)

C.      Perkembangan Ekonomi Rusia “Pembangunan Yang Dipaksakan” (Forced Development)

Perkembangan perekonomian Rusia didasarkan pada pemilikan dan pengawasan pemerintah seluruhnya. Industrialisasi di Rusia dalam rencana-rencana lima tahun merupakan contoh baik yang dapat dicapai oleh negara sedang berkembang dengan menggunakan sumber-sumber produksi sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa suatu negara belum tentu dapat meniru keadaan di Rusia ini. Sebelum adanya perubahan di Rusia, tenaga teknis teah banyak tersedia dan keadaan perekonomiannya relatif sudah agak maju dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Dengan demikian semua usaha tersebut dapat dilaksanakan menurut rencana dengan cepat. Tetapi disamping perkembangan pesat di sektor industri masih ada sektor pertanian yang masih dalam tingkat subsisten. Disini terdapat suatu dualisme ekonomi tanpa dominasi kolonial.
Pada revolusi 1917 partai komunis Rusia belum mempunyai blueprint (rencana) untuk perkembangan. Politik perekonomian dalam sepuluh tahun pertama tampak adanya kurang persiapan. Mula-mula para petani membagi tanah luas, dan karena hal ini merupakan tindakan massal maka sulit dihalangi dan kaum buruh menguasai industri. Mereka mencoba mengenalkan suatu susunan baru dengan mengorganisasikan perekonomian yang ditirunya dari perekonomian Jerman waktu itu. Yang ditiru terutama sistem penjatahan, pengendalian harga, dan keharusan untuk menyerahkan hasil pertanian. Dengan sistem ini perekonomian menjadi mundur, produksi di sektor industri dan pertanian turun, sehingga terjadi bahaya kelaparan pada tahun 1911-1922.
Tahun 1921 diadakan kebijaksanaan ekonomi baru (New Economics Policy). Ini merupakan suatu perubahan, dengan diperkenalkannya perekonomian campuran. Dibawah sistem ini perekonomian menjadi baik kembali seperti pada tingkat produksi semula. Berhubung dengan perubahan politik yang dimenangkan oleh Stalin terhadap Trotsky, maka ekonomi juga mengalami perubahan. Jadi perubahan ekonomi terutama karena perubahan politik.
Rencana lima tahun betujuan untuk mengubah struktur perekonomian yang bersifat pertanian ke industri. Industri dasar dibangun sehingga tidak tergantung lagi pada luar negeri. Industrialisasi terjadi pada periode antara tahun 1927-1940 dimana investasi ke sektor industri sebesar 28-30% dari pendapatan nasional, dan 80% dari investasi tersebut diarahkan ke industri barang-barang kapital. Akibatnya produksi barang kapital jauh lebih besar dibanding barang-barang konsumsi.Konsentrasi pada industri berat menyebabkan pula kenaikan produksi bahan-bahan untuk industri dan juga mesin-mesin. Investasi dibidang pertanian dan transport relatif kecil, demikian pula investasi  dibidang kesejahteraan sosial. Jadi investasi besar-besaran dalam rencana lima tahunan itu dijalankan dengan penekanan konsumsi.(Irawan, Suparmoko: 2008, 243-246)

D.      Perkembangan Ekonomi di Negara Berkembang

Masalah pembangunan yang dihadapi dan harus dipecahkan oleh negara sedang berkembang sebenarnya sudah timbul sebelum Perang Dunia II. Hanya saja masalah itu dipersoalkan sesudah selesainya Perang Dunia II. Pada saat itu masalah tersebut merupakan faktor utama dalam dunia perekonomian dan politik, dan diakui oleh kalangan luas akan pentingnya masalah tersebut. Untuk mengetahui masalah di atas, harus diselidiki perspektif sejarahnya bagaimana masalah tersebut dipersoalkan.

1)   Asal Mula Ekonomi Dualistis (Dual Economy)
Unsur pemikiran pokok yang secara implisit terkandung dalam teori-teori perubahan struktural dan secara eksplisit telah dinyatakan dalam teori ketergantungan internasional adalah gagasan adanya sebuah dunia bermasyarakat ganda (a world of dual society). Dualisme (dualism) merupakan konsep yang menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara negara-negara kaya dan miskin. Pada dasarnya ada empat elemen kunci sebagai berikut:
·      Di setiap tempat dan konteks, selalu saja ada sejumlah elemen “superior” dan sekaligus elemen “inferior”. Elemen-elemen tersebut hadir secara bersamaan (berkoeksistensi) dalam waktu dan tempat yang sama. Inilah hakekat dari konsep dualisme.
·      Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau transisional, melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen, atau kronis. Artinya, elemen yang superior memiliki kekuatan untuk mempertahankan superioritasnya, sedangkan elemen yang inferior tidaklah mudah untuk meningkatkan posisinya.
·      Kadar superioritas dan inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, tetapi bahkan meningkat.
·      Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan elemen-elemen lainnya yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sama sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan elemen-elemen inferior. (Todaro: 1999, 100-101)

Pada akhir abad 19, negara industri meluaskan kekuasananya hampir ke seluruh dunia. Semua negara di Asia kecuali Jepang, Afrika serta Amerika Latin menjadi daerah koloni negara-negara Barat dan USA. Mula-mula mereka datang untuk berdagang,  tetapi kemudian memperoleh kekuasaan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh lebih banyak bahan mentah. Adapun cara yang dipakai adalah memaksa petani menanam tanaman yang mereka butuhkan. Hasilnya harus dijual kepada penjajah dengan harga yang telah ditentukan. Hal ini menekan produksi pertanian bahan makanan.
Produksi serta ekspor utama negara berkembang adalah produksi primer, yaitu bahan makanan dan bahan mentah. Semua kesgiatan perekonomian ditujukan untuk ekspor, sehingga kebutuhan dalam negeri tidak diperhatikan. Kian lama ekspor hanya mengenai beberapa bahan yang dibutuhkan penjajah saja, yang kadang kala hanya satu jenis dan jumlahnya tidak banyak. Keadaan ini mengganggu stabilitas perekonomian karena sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga pasar dunia.
Pada masa itu perekonomian negara sedang berkembang terpadu dengan perekonomian negara barat. Investasi di negara berkembang oleh negara barat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Investasi yang ditujukan untuk pasar sangat sedikit. Hal ini agar perekonomian negara sedang berkembang tergantung pada negara penjajah. Akibat dari politik tersebut permintaan efektif tidak ada, dikarenakan oleh rendahnya produktivitas dan penghasilan. Keseganan untuk investasi dikarenakan oleh kebanyakan investasi tersebut berasal dari swasta yang memilih proyek yang menguntungkan dan produksinya dapat dijual ke pasar dunia. Kemudian keuntungan yang diperoleh ditransfer ke negeri investor.
Jadi sifat pokok negara sedang berkembang adalah ekonomi dualistis, yaitu industri ekspor yang terpadu dengan perekonomian dunia, dan kegiatan yang masih mempunyai tingkat subsisten(pertanian tradisional dan kerajinan).  (Irawan, Suparmoko: 2008, 246-248)


2)   Periode Antara Perang Dunia I Dan II “Turunnya Kekuasaan Barat”
Adanya Perang Dunia I dan II membawa akibat penting bagi negara sedang berkembang :
a.       Menaikkan permintaan akan bahan mentah industri dan bahan makanan dari negara sedang berkembang.
b.      Pengurangan ekspor barang konsumsi ke negara sedang berkembang.
      Kejadian tersebut mendorong untuk melaksanakan industrialisasi, seperti di Chili, Uni Afrika Selatan, India dan China.
      Tahun 1932 krisis ekonomi mencapai tingkat yang paling parah. Ekspor menurun, tidak ada lagi yang berani memberi pinjaman investasi kecuali pemerintah, terutama untuk pembangunan fasilitas prasarana umum. Pendapatan dari ekspor tidak ada, faktor produksi banyak yang menganggur. Keadaan inilah yang mendorong negara sedang berkembang melakukan industrialisasi supaya tidak bergantung pada perekonomian luar negeri. Industri tersebut diharapkan dapat menampung pengangguran. Industri dimulai meskipun ekonominya masih dualisme, tetapi ada usaha ke arah perbaikan, kestabilan ekonomi sudah tampak.(Irawan, Suparmoko: 2008, 249)

3)   Periode Sesudah Perang Dunia II “Perkembangan Internasional”
PascaPerangDunia II terjadiperubahanpandanganterhadapperkembanganekonomi.negaramajuberpendapatbahwakemiskinanmenyebabkanketidakstabilanekonomi. Olehkarenaitumerekabanyakmenaruhperhatiankepadanegaraberkembang.Negara berkembangselamainitelahmensuplainegaraindukberupabahan-bahanmentahdanmakanandenganhargastabil yang ditentukanoleh USA dan United Kingdom.Untukmembantunegaraberkembangdibentuk Bank InternasionaluntukRekonstruksidan Pembangunan, FAO (Food and Agriculture Organization), ITO (International Trade Organization).
Pembangunan ekonominegaraberkembangmengalamihambatankarenanaiknyahargabarangimporAmerika.Devisatidakmempunyaimanfaat yang banyakkadangdigunakanuntukkegiatan yang tidakproduktifkarenaberedarnya film-film danmajalah-majalahAmerika yang menggambarkantingkatkonsumsitinggi. Eksporkebutuhan primer menurunkarenaadanyapersainganbahansintesisdanproteksidari Negara-negaramaju. Lain halnyadenganbarangindustridarinegaramajuharganyaterusnaikkarenakecenderunganinflasi di Amerika Utara danEropa Barat.Bantuandarinegaramajuberupakapitaltidakcukupbilatidakdisertaidengantersediannya factorlain sepertiketerampilan, tenagamanusia, kemampuanmemimpinsesuairencanapembangunan, pertumbuhanpenduduk, danbantuan IRBD hanyasedikitmenaruhperhatianpadanegaraberkembang.(Irawan, Suparmoko: 2008, 250-252)

E.              
DAFTAR PUSTAKA


Irawan, M.Suparmoko. 2008. Ekonomika Pembangunan. Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE

Todaro, Michail P. 1995 Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1. Terjemahan Burhanuddin Abdullah dan Harris Munanddar. Jakarta: Erlangga

0 komentar:

Posting Komentar