MAKALAH
TIPE-TIPE
PERKEMBANGAN EKONOMI
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan
Pengampu
: Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok
1
1. Margaretha
Puspita A K7411093
2. Nia
Vita Kusuma Haji K7411108
3. Noor
Anisa Listyana K7411110
4. Nur
Rahmi Akbarini K7411115
5. Rina
Valia K7411131
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
TIPE-TIPE PERKEMBANGAN EKONOMI
Perkembangan ekonomi sebagian besar
tergantung pada pemecahan beberapa masalah pokok, yaitu akumulasi kapital dan
penggunaan maksimal dari sumber sumber manusia dan sumber alam untuk menaikkan
serta mempebaii produksi barang dan jasa. Dibawah ini merupakan tipe-tipe yang
berbeda dari perkembangan ekonomi yang ada di dunia.
A. Perkembangan Ekonomi Di Negara-Negara Barat
“Pembangunan Secara Spontan” (Spontaneous
Development)
Keadaan
ekonomi yang statis pada abad pertengahan disebabkan oleh faktor-faktor
nonekonomi. Akumulasi kapital yang didasarkan atas pinjaman berbunga terlarang karena
alasan-alasan agama. Struktur masyarakat didasarkan atas agama dan paham feodal
dan bukannya didasarkan atas nilai materiil ekonomis. Produksi dibatasi dan
diatur dalam hubungannya dalam kualitas harga. Ini disebabkan oleh karena
konsumen masih bersifat lokal dan tak dapat diperluas karena tidak
tersedianya transportasi yang cukup.
Perkembangan
perdagangan baru mulai meluas setelah terjadinya Perang Salib. Kegiatan ekonomi
belum merupakan suatu usaha yang penting bagi kehidupan waktu itu. Namun keadaan
ini dapat diubah oleh Renaissance, dimana orang menggunakan rasionya yang
mendorong perkembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan teknologis. Pinjaman
berbunga akhirnya dapat diterima dan hal tersebut mendorong adanya akumulasi
kapital.Faktor-faktor lain yang mendorong perkembangan ekonomi adalah adanya
penemuan-penemuan daerah baru setelah adanya anggapan bahwa bumi itu tidak rata
atau bulat.Kenaikan produktivitas di bidang pertanian mendorong perkembangan
ekonomi lebih lanjut.Perbaikan dalam keamanan lalu lintas dan transaksi
perdagangan mendorong untuk menabung.
Salah satu
faktor terpenting untuk perkembangan ekonomi yang sangat pesat adalah kemajuan
di bidang transportasi.Perkembangan ini berjalan dengan cepat sampai Perang Dunia
1.Untuk waktu yang lama,kenaikan-kenaikan produktivitas dan pendapatan
perkapita pada pertengahan kedua abad ke-19 ini disebabkan oleh adanya kelas
wiraswasta.
Perkembangan
ekonomi di barat pada permulaannya memang lambat dan prosesnya tidak dapat
diperkirakan, tanpa petunjuk dan hanya kadang-kadang dibantu oleh pemerintah.
Gejala-gejala yang penting adalah adanya akumulasi modal secara perlahan-lahan
dan tersebarnya ketrampilan wiraswasta dengan jalan perdagangan luar negeri,
modernisasi pertanian menaikkan hasil produksi sehingga dapat mensuplai bahan
makanan dan tenaga kerja di sektor industri. Di samping itu juga perluasan di
bidang transport yang dapat memperluas pasar baik dalam negeri maupun luar
negeri.
Akhirnya
sebagian hasil kemajuan teknologi dapat dilihat dari kenaikan produksi untuk
pasar dalam dan luar negeri. Kemudian perbaikan yang terus - menerus di bidang
pengupahan dan tingkat pendapatan, menyebabkan tabungan dalam negeri makin
meningkat untuk investasi, dan perluasan pasar yang cepat menguntungkan
terutama bagi industri yang memproduksi secara massal. (Irawan, Suparmoko:
2008, 236-240)
B.
Perkembangan
Ekonomi Jepang “Pembangunan Yang Didorong” (Induced
Development)
Perkembangan
ekonomi Jepang diatur dan dipimpin oleh pemerintah, dengan menggunakan kelas
feodal sebagai alat dan dengan bantuan pemerintah menjadikan kelas tersebut
sebagai kelas wiraswasta. Perkembangan ekonomi ditujukan untuk memodernisasi
dan memperkuat kedudukan militer, politik, dan organisasi ekonomi untuk
menanggulangi pengrongrongan dari Barat. Jadi “kekuatan” merupakan tujuan pokok
perkembangan ekonomi. Struktur sosial dan sistem yang lama serta ketaatan kelas
rendah terhadap pemerintahannya dipertahankan sangat lama. Akhirnya pemerintah
memandang tidak perlu menaikkan tingkat hidup penduduk, mereka telah biasa
dengan hidup sederhana. Dalam hal ini tak akan ada bahaya kenaikan konsumsi
bila pendapatan bertambah sebagai akibat dari investasi pemerintah.
Jepang
tidak mempunyai revolusi harapan yang menarik, untuk masa yang lama penduduk
tetap mempunyai tingkat konsumsi yang rendah. Penduduk pada umumnya taat dan
disiplin, sehingga memudahkan perencanaan pemerintah Jepang pada waktu itu
belum mengalami kelebihan penduduk. Pemerintah memelopori dalam mengadakan
investasi baik dalam sektor industri dan perbankan. Apa yang diterima kaum
feodal diserahkan kepada pemerintah. Pajak sangat mendorong untuk mengerjakan
tanah secara efsien. Free entreprice
(usaha bebas) dianggap sebagai metode yang paling efisien dalam modernisasi
perekonomian. Usaha-usaha di bidang ekspor telah mengembangkan produksi sutera,
terutama untuk pasar USA. Biaya-biaya pembangunan ekonomi terutama ditanggung
oleh golongan petani, para petani membayar pajak dalam wujud uang dan ini
mendorong mereka untuk memproduksi lebih banyak lagi agar mendapatkan surplus.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Jepang merupakan contoh negara yang
diperintah oleh kaum feodal dibawah pimpinan pemerintah ke perekonomian
kapitalis.(Irawan, Suparmoko: 2008, 240-243)
C. Perkembangan Ekonomi Rusia “Pembangunan Yang
Dipaksakan” (Forced Development)
Perkembangan
perekonomian Rusia didasarkan pada pemilikan dan pengawasan pemerintah
seluruhnya. Industrialisasi di Rusia dalam rencana-rencana lima tahun merupakan
contoh baik yang dapat dicapai oleh negara sedang berkembang dengan menggunakan
sumber-sumber produksi sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa suatu negara belum
tentu dapat meniru keadaan di Rusia ini. Sebelum adanya perubahan di Rusia,
tenaga teknis teah banyak tersedia dan keadaan perekonomiannya relatif sudah
agak maju dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Dengan demikian semua
usaha tersebut dapat dilaksanakan menurut rencana dengan cepat. Tetapi disamping
perkembangan pesat di sektor industri masih ada sektor pertanian yang masih
dalam tingkat subsisten. Disini terdapat suatu dualisme ekonomi tanpa dominasi
kolonial.
Pada
revolusi 1917 partai komunis Rusia belum mempunyai blueprint (rencana) untuk perkembangan. Politik perekonomian dalam
sepuluh tahun pertama tampak adanya kurang persiapan. Mula-mula para petani
membagi tanah luas, dan karena hal ini merupakan tindakan massal maka sulit
dihalangi dan kaum buruh menguasai industri. Mereka mencoba mengenalkan suatu
susunan baru dengan mengorganisasikan perekonomian yang ditirunya dari
perekonomian Jerman waktu itu. Yang ditiru terutama sistem penjatahan,
pengendalian harga, dan keharusan untuk menyerahkan hasil pertanian. Dengan
sistem ini perekonomian menjadi mundur, produksi di sektor industri dan
pertanian turun, sehingga terjadi bahaya kelaparan pada tahun 1911-1922.
Tahun
1921 diadakan kebijaksanaan ekonomi baru (New
Economics Policy). Ini merupakan suatu perubahan, dengan diperkenalkannya
perekonomian campuran. Dibawah sistem ini perekonomian menjadi baik kembali
seperti pada tingkat produksi semula. Berhubung dengan perubahan politik yang
dimenangkan oleh Stalin terhadap Trotsky, maka ekonomi juga mengalami
perubahan. Jadi perubahan ekonomi terutama karena perubahan politik.
Rencana
lima tahun betujuan untuk mengubah struktur perekonomian yang bersifat
pertanian ke industri. Industri dasar dibangun sehingga tidak tergantung lagi
pada luar negeri. Industrialisasi terjadi pada periode antara tahun 1927-1940
dimana investasi ke sektor industri sebesar 28-30% dari pendapatan nasional,
dan 80% dari investasi tersebut diarahkan ke industri barang-barang kapital.
Akibatnya produksi barang kapital jauh lebih besar dibanding barang-barang
konsumsi.Konsentrasi pada industri berat menyebabkan pula kenaikan produksi
bahan-bahan untuk industri dan juga mesin-mesin. Investasi dibidang pertanian
dan transport relatif kecil, demikian pula investasi dibidang kesejahteraan sosial. Jadi investasi
besar-besaran dalam rencana lima tahunan itu dijalankan dengan penekanan
konsumsi.(Irawan, Suparmoko: 2008, 243-246)
D.
Perkembangan
Ekonomi di Negara Berkembang
Masalah
pembangunan yang dihadapi dan harus dipecahkan oleh negara sedang berkembang
sebenarnya sudah timbul sebelum Perang Dunia II. Hanya saja masalah itu
dipersoalkan sesudah selesainya Perang Dunia II. Pada saat itu masalah tersebut
merupakan faktor utama dalam dunia perekonomian dan politik, dan diakui oleh
kalangan luas akan pentingnya masalah tersebut. Untuk mengetahui masalah di
atas, harus diselidiki perspektif sejarahnya bagaimana masalah tersebut
dipersoalkan.
1)
Asal Mula
Ekonomi Dualistis (Dual Economy)
Unsur pemikiran pokok yang secara
implisit terkandung dalam teori-teori perubahan struktural dan secara eksplisit
telah dinyatakan dalam teori ketergantungan internasional adalah gagasan adanya
sebuah dunia bermasyarakat ganda (a world
of dual society). Dualisme (dualism)
merupakan konsep yang menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus
melebar antara negara-negara kaya dan miskin. Pada dasarnya ada empat elemen
kunci sebagai berikut:
· Di setiap tempat
dan konteks, selalu saja ada sejumlah elemen “superior” dan sekaligus elemen “inferior”.
Elemen-elemen tersebut hadir secara bersamaan (berkoeksistensi) dalam waktu dan
tempat yang sama. Inilah hakekat dari konsep dualisme.
· Koeksistensi
tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau transisional,
melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen, atau kronis. Artinya, elemen
yang superior memiliki kekuatan untuk mempertahankan superioritasnya, sedangkan
elemen yang inferior tidaklah mudah untuk meningkatkan posisinya.
· Kadar
superioritas dan inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan hanya
tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, tetapi bahkan meningkat.
· Hubungan saling
keterkaitan antara elemen-elemen yang superior dengan elemen-elemen lainnya
yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa sehingga
keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sama sekali tidak membawa
manfaat untuk meningkatkan elemen-elemen inferior. (Todaro: 1999, 100-101)
Pada akhir abad 19, negara
industri meluaskan kekuasananya hampir ke seluruh dunia. Semua negara di Asia
kecuali Jepang, Afrika serta Amerika Latin menjadi daerah koloni negara-negara
Barat dan USA. Mula-mula mereka datang untuk berdagang, tetapi kemudian memperoleh kekuasaan. Dengan
demikian mereka dapat memperoleh lebih banyak bahan mentah. Adapun cara yang
dipakai adalah memaksa petani menanam tanaman yang mereka butuhkan. Hasilnya
harus dijual kepada penjajah dengan harga yang telah ditentukan. Hal ini
menekan produksi pertanian bahan makanan.
Produksi serta ekspor utama
negara berkembang adalah produksi primer, yaitu bahan makanan dan bahan mentah.
Semua kesgiatan perekonomian ditujukan untuk ekspor, sehingga kebutuhan dalam
negeri tidak diperhatikan. Kian lama ekspor hanya mengenai beberapa bahan yang
dibutuhkan penjajah saja, yang kadang kala hanya satu jenis dan jumlahnya tidak
banyak. Keadaan ini mengganggu stabilitas perekonomian karena sangat
terpengaruh oleh fluktuasi harga pasar dunia.
Pada masa itu perekonomian negara
sedang berkembang terpadu dengan perekonomian negara barat. Investasi di negara
berkembang oleh negara barat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Investasi yang ditujukan untuk pasar sangat sedikit. Hal ini agar perekonomian
negara sedang berkembang tergantung pada negara penjajah. Akibat dari politik
tersebut permintaan efektif tidak ada, dikarenakan oleh rendahnya produktivitas
dan penghasilan. Keseganan untuk investasi dikarenakan oleh kebanyakan
investasi tersebut berasal dari swasta yang memilih proyek yang menguntungkan
dan produksinya dapat dijual ke pasar dunia. Kemudian keuntungan yang diperoleh
ditransfer ke negeri investor.
Jadi sifat pokok negara sedang
berkembang adalah ekonomi dualistis, yaitu industri ekspor yang terpadu dengan
perekonomian dunia, dan kegiatan yang masih mempunyai tingkat subsisten(pertanian
tradisional dan kerajinan). (Irawan,
Suparmoko: 2008, 246-248)
2)
Periode Antara
Perang Dunia I Dan II “Turunnya Kekuasaan Barat”
Adanya Perang Dunia I dan II
membawa akibat penting bagi negara sedang berkembang :
a.
Menaikkan
permintaan akan bahan mentah industri dan bahan makanan dari negara sedang
berkembang.
b.
Pengurangan
ekspor barang konsumsi ke negara sedang berkembang.
Kejadian tersebut mendorong untuk
melaksanakan industrialisasi, seperti di Chili, Uni Afrika Selatan, India dan
China.
Tahun 1932 krisis ekonomi mencapai tingkat
yang paling parah. Ekspor menurun, tidak ada lagi yang berani memberi pinjaman
investasi kecuali pemerintah, terutama untuk pembangunan fasilitas prasarana
umum. Pendapatan dari ekspor tidak ada, faktor produksi banyak yang menganggur.
Keadaan inilah yang mendorong negara sedang berkembang melakukan
industrialisasi supaya tidak bergantung pada perekonomian luar negeri. Industri
tersebut diharapkan dapat menampung pengangguran. Industri dimulai meskipun
ekonominya masih dualisme, tetapi ada usaha ke arah perbaikan, kestabilan
ekonomi sudah tampak.(Irawan, Suparmoko: 2008, 249)
3)
Periode Sesudah
Perang Dunia II “Perkembangan Internasional”
PascaPerangDunia II
terjadiperubahanpandanganterhadapperkembanganekonomi.negaramajuberpendapatbahwakemiskinanmenyebabkanketidakstabilanekonomi.
Olehkarenaitumerekabanyakmenaruhperhatiankepadanegaraberkembang.Negara berkembangselamainitelahmensuplainegaraindukberupabahan-bahanmentahdanmakanandenganhargastabil
yang ditentukanoleh USA dan United Kingdom.Untukmembantunegaraberkembangdibentuk Bank
InternasionaluntukRekonstruksidan Pembangunan, FAO (Food and Agriculture Organization), ITO (International Trade Organization).
Pembangunan
ekonominegaraberkembangmengalamihambatankarenanaiknyahargabarangimporAmerika.Devisatidakmempunyaimanfaat
yang banyakkadangdigunakanuntukkegiatan yang tidakproduktifkarenaberedarnya
film-film danmajalah-majalahAmerika yang menggambarkantingkatkonsumsitinggi.
Eksporkebutuhan primer menurunkarenaadanyapersainganbahansintesisdanproteksidari
Negara-negaramaju. Lain halnyadenganbarangindustridarinegaramajuharganyaterusnaikkarenakecenderunganinflasi
di Amerika Utara danEropa Barat.Bantuandarinegaramajuberupakapitaltidakcukupbilatidakdisertaidengantersediannya
factorlain sepertiketerampilan, tenagamanusia,
kemampuanmemimpinsesuairencanapembangunan, pertumbuhanpenduduk, danbantuan IRBD
hanyasedikitmenaruhperhatianpadanegaraberkembang.(Irawan, Suparmoko: 2008, 250-252)
E.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan,
M.Suparmoko. 2008. Ekonomika Pembangunan.
Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE
Todaro, Michail
P. 1995 Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga. Jilid 1. Terjemahan Burhanuddin Abdullah dan Harris Munanddar.
Jakarta: Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar