Barangkali aku yang berpenyakit hati. Terlalu
banyak membenci namun lupa mengintrospeksi diri, banyak mengatai namun luput
menjawab tanya sendiri, banyak melihat salah namun alpa mengamati tingkah.
Aku malu, sungguh malu. Pada ego yang
tak mampu ditahan., pada congkak yang mulai memuncak, pada emosi yang tak paham
situasi. Namun salahku, ketika didzolimi aku membalas dengan tingkat rasa
hampir sama. Ah, bukankah ia pernah berpetuah, hendaknya manusia membalas
kejahatan dengan kebaikkan. Dan yang demikian itu merupakan sebaik-baik iman. Hinakah
aku jika tidak bisa? Jika perilaku kasar ku balas dengan hantaman keras, jika
hakku dilanggar berusaha ku rebut kesempatan memojokkan. Benar, aku membenci
diriku yang jauh dari jalan Tuhan. Mengejar dunia sementara abai akan pencipta.
Bukankah sesibuk apapun planet berputar, tak henti mengagungkan asma Sang Pemberi
Kelelahan, yang sekaligus Perancang Pagi sedemikian indahnya.
Lalu, dimana tempatku yang melulu
umpat, keluh, bualan, tanpa bosan merenda mulut yang sulit ditahan.
Allah, maafkan aku. Tak bersedia
membagi ilmu-Mu pada anak-anak yang begitu rindu berjumpa denganku.
Allah, permudah langkahku. Aku baru
saja meletakkan fondasi pertama untuk membuatkan rumah bagi jiwaku yang suka
berkelana.
Allah, terima kasih. Nikmat-Mu tiada
kira, di atas kesahku yang tidak berbatas.
My room, Senin, 11-03-2013. 17:50
0 komentar:
Posting Komentar