Ketika hidup begitu berat dan aku menikmati tubi
sakit yang ia cipta.
Di sela kesibukkan pagi.
Menanti mentari
cepat-cepat meninggi untuk menghangati.
Tertegun aku membaca
tulisan dari jejaring sosial orang.
Mengingat rasa takutku
belakangan.
Diikuti cemas dan
kebimbangan.
Biarkan sudah saja dan
kembali seperti sedia kala.
Mari menepi
mempersilahkan semua problema berlari.
Namun aku, dengan
kepolosan dan nol pengetahuan.
Senantiasa menikmati
setiap rasa yang sedang menginang dengan atau tanpa kupikirkan.
Namun aku, dengan rasa
simpatikku pada kehidupan
Mulai merenung di depan jendela,
memeluk tubuh erat, seakan akan ada angin kencang yang merebutkan sel-selku
jadi santapan.
Dan aku, yang tak pernah
punya guru,
Ah, aku memang terlalu perasa –sudah berapa kali kukata-
Aku, menangis di tengah
subuh dan dhuha yang keduanya sama-sama belum ku lakoni.
Aku, kalut dengan
perasaan yang kunikmati.
Bersiap melepas, namun
ada rasa tidak tega karena aku mulai jatuh cinta.
Ya, aku mulai jatuh cinta dengan perasaan yang tak
pernah luput kunikmati.
Layaknya semua rasa hati
Jatuh karena berani
mendekati.
Dan aku, penikmat candu
rasa, tak akan membiarkan ia berlalu tanpa kejelasan.
Tidak akan ada pisah,
sampai ia benar-benar tuntas terlepas.
Terus ku genggang, hingga
ia bosan menggandeng tangan.
My room. Jumat,
12-04-2013. 5:56
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar