Hallo november Bukan tidak ada,
tapi terlalu banyak dan diselimuti kemalasan tebal. Jadi sampai detik ini belum
tertulis juga.
Bukan mengapa, justru ketika
berhadapan dengan layar dan tombol berderet alfabet rasaku buta memakna,
pikirku buntu merangkai kata. Namun november, aku tetap tidak menghargaimu
sebagai bulan spesialku. Pun pada tahun dimana usiaku genap 20. Dan, melewati
hari itu di tanah orang tanpa ayah anak2ku disisi.
Aku kalah, november. Tapi aku
cukup bahagia dikenalkan dengan dunia orang-orang luar biasa meski aku bukan
satu dari mereka. Hanya numpang nama untuk membumbung angkasa.
Berkutat dengan rutinitas,
melupakan orang-orang tercinta disekitar. Keluarga, bocah-bocah, teman-teman.
Egois dengan sibukku sendiri. Rindu mendengar keluh kesah adik kecilku. Atau
bercengkerama sembari menikmati panorama alam dengan masku tercinta. Atau menyesap
bakso yang kuahnya mengepul hangat, menertawai konyol kami bersama the beauties
Atau terbahak bersama bocah-bocah kampungku.
Melalui rindu itu justru aku
sadar, bahwa hidup bukan hanya egoisme meninggikan diri sementara acuh pada
sekitar. Pengembangan kemampuan, karya yang dicipta, nama yang melambung, tidak
berarti apa-apa tanpa tindak nyata memberi waktu kita untuk mereka, orang-orang
disekitar kita. Sepeti yang kitabNya sampaikan, celaka adalah manusia yang
senantiasa mematut diri tapi lalai menggandeng manusia lain berjalan
beriringan. Dulu aku berpikir, alangkah bahagia mereka yang sering pergi
menjelajah dunia, menimba ilmu dari pengalaman kelana. Namun justru rindu yang
menyadarkan, iya trimakasih rindu, itu tidak berarti apa-apa tanpa hadir kita
untuk mereka, menabur manfaat pada sesama, dari yang terdekat. Untuk kehangatan
dalam sebuah keluarga, mengikuti vase pertumbuhan adikku yang meremaja, atau
orang tuaku yang menua, atau masku yang makin dewasa. Untuk harmonisasi ikatan
pertemanan yang kuat, mendengar mereka bercerita, tertawa bersama. Untuk
mengajari anak-anak tetangga mengeja kata, merangkai mimpi menjadi cita pada
usia mereka yang belia, menanamkan karakter mulia.
Karena aku guru yang peka
merespon apa yang sekitar rasa. Untuk pendidikan menuju Indonesia nomor 1
dunia.
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar