Pasif aktif

on Rabu, 08 Januari 2014


Selalu ada cerita dalam seriap perjalanan meski bukan berarti mengisyaratkan ia spesial. Seorang dewasa menuju paruh baya, duduk bersebelahan denganku pada deret paling belakang. Mulanya senyum sopan, jabat tangan berkenalan, lalu obrolan kecil sebagai prolog jumpa kami. Lalu mulai menyinggung tentang jalan kehidupan, kisah mengenai ia dengan masa lalunya, keberanian untuk mengubah keadaan yang turun temurun tak kunjung membaik (entah apa, aku sungkan menanya dan kau enggan melampirkannya).

"Saya pernah menolak untuk ujian karena saya belum belajar. Dari pada saya harus curang, atau nilai saya jelek, lebih baik saya menunda ujian."
"Berkata demikian? Lalu apa tanggapan dosen?"
"Karena beliau tahu karakter saya maka beliau membolehkan. Dan memang ternyata, nilai ipk itu tidak punya pengaruh apa2 ketika kita mulai menapak dunia kerja" Ia, membara berbagi.
"Mengapa bisa?" Aku singkat menanya untuk mengamati, perasaannya, pikirannya.
"Karena interviewer itu orang2 pintar. Mereka seperti peramal yang bisa menebak siapa kita sebenarnya, sepandai apapun kita berubah menjadi diri yang lain. Jadi kita pun harus menjadi diri kita, percaya pada apa yang kita punya. Meskipun di saku, ipk yang kita kantongi hanya angka yang bukan apa2."

Pagi itu lembah ungaran diguyur gerimis rintik2 yang tebal meski tidak dapat dikatakan hujan. Mereka mencuri dengar pembicaraan kami yang tentunya setiap pemirsa tahu berat sebelah. Seperti biasa, orang lain bercerita dan aku menjadi pendengar setia yang tidak alpa menyungging senyum ketika mereka menyisipkan canda, terharu pabila terselib rasa duka, penuh antusias menunggu ia mengatakan detail selanjutnya, dan tatap mata yang menyaratkan aku benar2 ingin mendengar tanpa bosan. Ya, dari perjalanan itu aku tahu, dunia begitu hebatnya mencipta manusia dengan segala rupa. Yang butuh mendengar, yang gemar menceritakan, yang memerhati, yang diperhati. Dunia selalu memiliki mereka dengan kata kerja pasif dan aktif dan kesemuanya ada semacam ketergantungan tanpa bisa dikotak2kan. Dan aku, lagi2, adalah pendengar setia yang selalu dapat mengimbangi alur cerita pencerita
witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar