Selalu ada cerita dalam seriap
perjalanan meski bukan berarti mengisyaratkan ia spesial. Seorang dewasa menuju
paruh baya, duduk bersebelahan denganku pada deret paling belakang. Mulanya
senyum sopan, jabat tangan berkenalan, lalu obrolan kecil sebagai prolog jumpa
kami. Lalu mulai menyinggung tentang jalan kehidupan, kisah mengenai ia dengan
masa lalunya, keberanian untuk mengubah keadaan yang turun temurun tak kunjung
membaik (entah apa, aku sungkan menanya dan kau enggan melampirkannya).
"Saya
pernah menolak untuk ujian karena saya belum belajar. Dari pada saya harus
curang, atau nilai saya jelek, lebih baik saya menunda ujian."
"Berkata
demikian? Lalu apa tanggapan dosen?"
"Karena
beliau tahu karakter saya maka beliau membolehkan. Dan memang ternyata, nilai
ipk itu tidak punya pengaruh apa2 ketika kita mulai menapak dunia kerja"
Ia, membara berbagi.
"Mengapa
bisa?" Aku singkat menanya untuk mengamati, perasaannya, pikirannya.
"Karena
interviewer itu orang2 pintar. Mereka seperti peramal yang bisa menebak siapa
kita sebenarnya, sepandai apapun kita berubah menjadi diri yang lain. Jadi kita
pun harus menjadi diri kita, percaya pada apa yang kita punya. Meskipun di
saku, ipk yang kita kantongi hanya angka yang bukan apa2."
Pagi itu lembah ungaran diguyur
gerimis rintik2 yang tebal meski tidak dapat dikatakan hujan. Mereka mencuri
dengar pembicaraan kami yang tentunya setiap pemirsa tahu berat sebelah.
Seperti biasa, orang lain bercerita dan aku menjadi pendengar setia yang tidak
alpa menyungging senyum ketika mereka menyisipkan canda, terharu pabila
terselib rasa duka, penuh antusias menunggu ia mengatakan detail selanjutnya, dan
tatap mata yang menyaratkan aku benar2
ingin mendengar tanpa bosan. Ya, dari perjalanan itu aku tahu, dunia begitu
hebatnya mencipta manusia dengan segala rupa. Yang butuh mendengar, yang gemar
menceritakan, yang memerhati, yang diperhati. Dunia selalu memiliki mereka
dengan kata kerja pasif dan aktif dan kesemuanya ada semacam ketergantungan
tanpa bisa dikotak2kan. Dan aku, lagi2, adalah pendengar setia yang selalu
dapat mengimbangi alur cerita pencerita
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar