Dari mana pendidikan berkualitas
itu berasal? Seringkali menjadi polemik yang tidak berujung pangkal karena tak
khayal sana sini, melulu, saling menyalahkan. Tetapi, hakikat dari belajar itu
sendiri adalah mengubah perilaku dari yang semula tidak tahu menjadi tahu.
Melalui pembelajaran yang baik, pendidikan berkualitas itu akan terwujud. Lalu
bagaimana pembelajaran dapat dikatakan baik?
Pendidikan yang berhasil bukan
hanya dilihat dari tingginya angka hasil evaluasi yang didapat siswa. Namun,
juga bagaimana proses belajar dari siswa itu sendiri. Pokok permasalahan besar
yang dihadapi pendidikan negeri saat ini adalah kejujuran akademis yang rendah.
Sebagai civitas akademika, terutama calon guru, sudah sepantasnya mahasiswa mencari
solusi untuk memperbaiki permasalahan ini.
Tidak bisa disangkal, keluarga di
indonesia mayoritas terbangun dari kalangan miskin ilmu konseling. Kesalahan
sistem jaman dulu yang membesarkan orang tua jaman sekarang tidak boleh
berlanjut pada anak2 mereka. Untuk itu diperlukan suatu solusi yang dapat
memberikan wawasan kepada orang tua bagaimana cara membentuk keluarga ideal
yang menghasilkan generasi2 penerus bangsa terbaik dunia. Salah satu aksi
nyatanya adalah dengan kkn mahasiswa. Melalui kkn, mahasiswa akan terjun
langsung ke lapangan bukan hanya membantu kegiatan kemasyarakatan tetapi masuk
ke dalam suatu keluarga dan tinggal beberapa lama untuk memperbaiki kualitas
hubungan dan mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik antar anggota
keluarga. Dalam kkn tersebut mahasiswa juga harus dapat memberikan solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi keluarga yang ia abdi. Untuk itu, mahasiswa
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam bidang konseling agar tidak terjadi
kesalahpahaman penyampain kepada keluarga yang menjadi tempat pengabdiaannya.
Mengenai penguasaan ilmu konseling, FKIP sudah memberikan mata kuliah BK pada
mahasiswanya. Mungkin langkah ini dapat ditiru fakultas lain sebagai upaya
pengenalan BK kepada mahasiswa.
Keluarga yang baik, awal input
sekolah yang baik
Keluarga yang dijadikan tempat
mengabdi mahasiswa diharapkan dapat menjadi keluarga yang lebih paham mengenai
konseling sehingga hubungan antar keluarga dapat terjalin dengan baik. Dalam
keluarga yang memiliki hubungan yang baik, kemampuan anak lebih berkembang dari
pada kemampuan anak yang hidup di tengah keluarga yang kurang harmonis.
Hubungan yang baik diharapkan dapat menjadikan anak2 dalam keluarga tersebut
mampu mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan baik pula. Anak2 merupakan
input dari sekolahan. Anak2 yang berasal dari keluarga yang baik ini diharapkan
dapat menjadi input yang baik pula dalam sekolahan yang menjadi tempat mereka
menuntut ilmu. Input awal yang baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Melalui keluarga yang baik, nilai2 seperti kejujuran,
kedisiplinan, tepat waktu, dan sopan santun dapat tertanam sejak dini. Keluarga
tidak hanya menuntut anaknya memperoleh angka tinggi dari hasil evaluasi
belajar anak namun juga mendorong anak untuk senantiasa berproses dengan cara
yang positif. Sehingga anak2 terdorong untuk berproses untuk lebih baik dan
bukan hanya berorientasi pada angka hasil evaluasi yang diperoleh melalui
pengerjaan butir soal. Selian itu, penghargaan tidak diberikan hanya pada anak
yang memiliki nilai kemampuan kognitif tinggi, namun juga menilai afektif dari
anak tersebut. Meskipun menilai afektif lebih sulit dari pada menilai kognitif,
namun tindakan ini bukan mustahil dilakukan. Salah satu upayanya adalah dengan
pendekatan dari hati ke hati antara guru dengan siswa. Guru dituntut memahami
karakter siswanya satu per satu. Untuk mencapai hal tersebut upaya yang dapat
diterapkan adalah meminimalisir jumlah siswa dalam suatu kelas. Dilihat dari
sisi ekonomi, cara ini dipandang sebagai suatu pemborosan karena sama sekali
tidak efisien. Misal ruang kelas, seharusnya dapat menampung 40 siswa, karena
ada program ini harus mengurangi daya tampungnya. Untuk mengatasi masalah ini,
sekolah dapat memberlakukan sift masuk sekolah. Ada dua sift yaitu pagi dan
sore. Agar guru tidak kewalahan mengajar, jam belajar dipersedikit, dari 8 jam
perhari menjadi 5 jam perhari.
Sinkronisasi antara sekolah
dengan keluarga
Untuk mencetak generasi yang
berkarakter kuat dan cerdas, dibutuhkan keselarasan pikiran antara guru di
sekolah dengan orang tua di rumah. Harus ada kesamaan orientasi antara guru
dengan orang tua. Apabila orientasi antara kedua pihak belum searah, dampak negatif
terhadap siswa adalah terjadi kegamangan dalam dirinya untuk memilih pikiran
siapa yang pantas ia terima. Sinkronisasi pemikiran ini salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mengadakan musyawarah guru dan orang tua yang
dijadwalkan beberapa waktu sekali. Pertemuan yang terjadwal ini diharapkan
dapat mempertemukan orientasi kedua belah pihak dan tentu saja orientasi yang
dimaksud adalah orientasi yang dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan dan
menjunjung tinggi karakter2 mulia.
Bermula dari kkn mahasiswa masuk
ke dalam suatu keluarga untuk menciptakan keluarga indonesia yang baik sehingga
menghasilkan output2 pilihan, selanjutnua output ini akan menjadi input dalam
sekolah2. Input sekolah yang baik, memudahkan proses belajar mengajar sehingga
diharapkan dari situlah tercipta pembelajaran berkualitas untuk memajukan
pendidikan negeri.
0 komentar:
Posting Komentar