Pikiran

on Rabu, 08 Januari 2014


Dari mana pendidikan berkualitas itu berasal? Seringkali menjadi polemik yang tidak berujung pangkal karena tak khayal sana sini, melulu, saling menyalahkan. Tetapi, hakikat dari belajar itu sendiri adalah mengubah perilaku dari yang semula tidak tahu menjadi tahu. Melalui pembelajaran yang baik, pendidikan berkualitas itu akan terwujud. Lalu bagaimana pembelajaran dapat dikatakan baik?

Pendidikan yang berhasil bukan hanya dilihat dari tingginya angka hasil evaluasi yang didapat siswa. Namun, juga bagaimana proses belajar dari siswa itu sendiri. Pokok permasalahan besar yang dihadapi pendidikan negeri saat ini adalah kejujuran akademis yang rendah. Sebagai civitas akademika, terutama calon guru, sudah sepantasnya mahasiswa mencari solusi untuk memperbaiki permasalahan ini.

Tidak bisa disangkal, keluarga di indonesia mayoritas terbangun dari kalangan miskin ilmu konseling. Kesalahan sistem jaman dulu yang membesarkan orang tua jaman sekarang tidak boleh berlanjut pada anak2 mereka. Untuk itu diperlukan suatu solusi yang dapat memberikan wawasan kepada orang tua bagaimana cara membentuk keluarga ideal yang menghasilkan generasi2 penerus bangsa terbaik dunia. Salah satu aksi nyatanya adalah dengan kkn mahasiswa. Melalui kkn, mahasiswa akan terjun langsung ke lapangan bukan hanya membantu kegiatan kemasyarakatan tetapi masuk ke dalam suatu keluarga dan tinggal beberapa lama untuk memperbaiki kualitas hubungan dan mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik antar anggota keluarga. Dalam kkn tersebut mahasiswa juga harus dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi keluarga yang ia abdi. Untuk itu, mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam bidang konseling agar tidak terjadi kesalahpahaman penyampain kepada keluarga yang menjadi tempat pengabdiaannya. Mengenai penguasaan ilmu konseling, FKIP sudah memberikan mata kuliah BK pada mahasiswanya. Mungkin langkah ini dapat ditiru fakultas lain sebagai upaya pengenalan BK kepada mahasiswa.
Keluarga yang baik, awal input sekolah yang baik
Keluarga yang dijadikan tempat mengabdi mahasiswa diharapkan dapat menjadi keluarga yang lebih paham mengenai konseling sehingga hubungan antar keluarga dapat terjalin dengan baik. Dalam keluarga yang memiliki hubungan yang baik, kemampuan anak lebih berkembang dari pada kemampuan anak yang hidup di tengah keluarga yang kurang harmonis. Hubungan yang baik diharapkan dapat menjadikan anak2 dalam keluarga tersebut mampu mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan baik pula. Anak2 merupakan input dari sekolahan. Anak2 yang berasal dari keluarga yang baik ini diharapkan dapat menjadi input yang baik pula dalam sekolahan yang menjadi tempat mereka menuntut ilmu. Input awal yang baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Melalui keluarga yang baik, nilai2 seperti kejujuran, kedisiplinan, tepat waktu, dan sopan santun dapat tertanam sejak dini. Keluarga tidak hanya menuntut anaknya memperoleh angka tinggi dari hasil evaluasi belajar anak namun juga mendorong anak untuk senantiasa berproses dengan cara yang positif. Sehingga anak2 terdorong untuk berproses untuk lebih baik dan bukan hanya berorientasi pada angka hasil evaluasi yang diperoleh melalui pengerjaan butir soal. Selian itu, penghargaan tidak diberikan hanya pada anak yang memiliki nilai kemampuan kognitif tinggi, namun juga menilai afektif dari anak tersebut. Meskipun menilai afektif lebih sulit dari pada menilai kognitif, namun tindakan ini bukan mustahil dilakukan. Salah satu upayanya adalah dengan pendekatan dari hati ke hati antara guru dengan siswa. Guru dituntut memahami karakter siswanya satu per satu. Untuk mencapai hal tersebut upaya yang dapat diterapkan adalah meminimalisir jumlah siswa dalam suatu kelas. Dilihat dari sisi ekonomi, cara ini dipandang sebagai suatu pemborosan karena sama sekali tidak efisien. Misal ruang kelas, seharusnya dapat menampung 40 siswa, karena ada program ini harus mengurangi daya tampungnya. Untuk mengatasi masalah ini, sekolah dapat memberlakukan sift masuk sekolah. Ada dua sift yaitu pagi dan sore. Agar guru tidak kewalahan mengajar, jam belajar dipersedikit, dari 8 jam perhari menjadi 5 jam perhari.



Sinkronisasi antara sekolah dengan keluarga
Untuk mencetak generasi yang berkarakter kuat dan cerdas, dibutuhkan keselarasan pikiran antara guru di sekolah dengan orang tua di rumah. Harus ada kesamaan orientasi antara guru dengan orang tua. Apabila orientasi antara kedua pihak belum searah, dampak negatif terhadap siswa adalah terjadi kegamangan dalam dirinya untuk memilih pikiran siapa yang pantas ia terima. Sinkronisasi pemikiran ini salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan musyawarah guru dan orang tua yang dijadwalkan beberapa waktu sekali. Pertemuan yang terjadwal ini diharapkan dapat mempertemukan orientasi kedua belah pihak dan tentu saja orientasi yang dimaksud adalah orientasi yang dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan dan menjunjung tinggi karakter2 mulia.
Bermula dari kkn mahasiswa masuk ke dalam suatu keluarga untuk menciptakan keluarga indonesia yang baik sehingga menghasilkan output2 pilihan, selanjutnua output ini akan menjadi input dalam sekolah2. Input sekolah yang baik, memudahkan proses belajar mengajar sehingga diharapkan dari situlah tercipta pembelajaran berkualitas untuk memajukan pendidikan negeri.


witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar