Rindu darat

on Rabu, 08 Januari 2014


Lautan tidak pernah kalah perang. Itu yang kuambil pelajaran semenjak berlayar. Meninggalkan daratan dan jauh dari orang2 tercinta. Untuk cita yg kupersembahkan padamu, ibu.

"Ibu masih was2 dengan kepergianmu, le. Bisa tidak ditunda beberapa waktu? Cuaca sedang tidak bagus untuk berlayar".
Aku tersenyum, berusaha menyembunyikan takut yang sama dengan ibu. "Tidak mengapa, ibu. Ini pengalaman pertamaku. Melewatkan kesempatan pertama itu pamali bagiku. Lagi pula, kita butuh uang. Dan aku akan membawa sebanyak mungkin untuk ibu".
Namun ibuku, lebih membutuhkan anak lelakinya dari pada uang.
Dan cuaca, tak kunjung membaik sejak kepergianku dua minggu lalu. Dua minggu di atas kapal layar besar, berperang melawan pusaran angin, guntur dan hujan yang lebat mengguyur, bersama lautanku yang tak pernah kalah perang segencar apapun lawan menyerang.

Di saat seperti ini, hanya doa ibu yang dapat membawaku pulang ke darat dengan selamat. Karena aku mengarungi lautan sebagai popeye yang berusaha mengambil segudang berlian diseberang untuk ibu tersayang.

Aku menangis diguyur deras hujan dan petir yang menyambar, mengenang ibuku yang mati2an membesarkan, menenangkanku dari tangis, mengajari menghafal deret alfabet, hingga aku dapat gagah berdiri mengenakan seragam pelayar. Iya, aku akan pulang. Berperang melawan amukan alam bersama lautan. Untuk ibu tersayang.
witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar