Lautan tidak pernah kalah perang.
Itu yang kuambil pelajaran semenjak berlayar. Meninggalkan daratan dan jauh
dari orang2 tercinta. Untuk cita yg kupersembahkan padamu, ibu.
"Ibu
masih was2 dengan kepergianmu, le. Bisa tidak ditunda beberapa waktu? Cuaca
sedang tidak bagus untuk berlayar".
Aku
tersenyum, berusaha menyembunyikan takut yang sama dengan ibu. "Tidak
mengapa, ibu. Ini pengalaman pertamaku. Melewatkan kesempatan pertama itu
pamali bagiku. Lagi pula, kita butuh uang. Dan aku akan membawa sebanyak
mungkin untuk ibu".
Namun
ibuku, lebih membutuhkan anak lelakinya dari pada uang.
Dan cuaca, tak kunjung membaik
sejak kepergianku dua minggu lalu. Dua minggu di atas kapal layar besar,
berperang melawan pusaran angin, guntur dan hujan yang lebat mengguyur, bersama
lautanku yang tak pernah kalah perang segencar apapun lawan menyerang.
Di saat seperti ini, hanya doa
ibu yang dapat membawaku pulang ke darat dengan selamat. Karena aku mengarungi
lautan sebagai popeye yang berusaha mengambil segudang berlian diseberang untuk
ibu tersayang.
Aku menangis diguyur deras hujan
dan petir yang menyambar, mengenang ibuku yang mati2an membesarkan,
menenangkanku dari tangis, mengajari menghafal deret alfabet, hingga aku dapat
gagah berdiri mengenakan seragam pelayar. Iya, aku akan pulang. Berperang
melawan amukan alam bersama lautan. Untuk ibu tersayang.
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar