Sekedar pintar

on Rabu, 08 Januari 2014


"Kamarnya tidak pernah rapi."
"Iyakah dia tidak merasa terganggu?"
"Ah, biarkan. Asal dia pintar."
Iyakah hidup sekedar pintar? Tidak menilai seperti apa ia berlaku pada sekitar. Seperti apa sikap menghadapi problema.

Barangkali aku hanya iri. Toh, aku dan ia sama tololnya jika dibenturkan pada nyata kehidupan. Hanya, ia jauh lebih pandai menghitung angka, merangkai kata, menyemai kesempatan yang ada.

Dan pernyataan terakhir itu masih ganjil. Melamunkan aku terbaring di atas ranjang, tanpa keinginan menutup mata atau melakakukan apa-apa. Hanya ingin diam merenungkan ucapan. iyakah adanya? Sesempit pikiran atau sekerdil hati mengakui bahwa ia selalu melenggang lebih kencang, melesat lebih cepat, atau mengangkasa lebih tinggi.
witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar