Sudah lama kita tidak bertemu di
dunia jajaran huruf2. Selamat sore, aku ingin mengaku dengan kalimatku yang
penuh rasa meskipun bagimu tak punya makna memesona. Kala awalnya buntu, namun
bila sudah dihadapkan dengan papan ketik aku tetap akan menulis, semua teralir
deras walau berhamburan tak punya kawanan.
Kisahnya dimulai kemarin pagi
menjelang siang di depan loket pengajaran umum. Berbincang dengan petugas
pemberi pelayanan lalu kami interest dengan informasi yang beliau berikan.
Kembali pada tugas, lalu menyusun rencana akan kemana langkah pertama
dipijikkan. Sayang tehimpit waktu kuliah. Akhirnya kami memutuskan untuk
mengutamakan kuliah dengan was2 hati menanti berakhir.
Selesai perkuliahan, rencana yang
kami matangkan langsung kami realisasikan. Dan aku telat beberapa menit dari
due time yang disyaratkan. Namun aku tidak putus asa seperti teman2 lain,
begitu ditolak langsung pamit diri. Aku, tetap memohon tanpa rasa malu kepada
petugas pemberi pelayanan untuk membubuhkan paraf pada berkas2ku. Namun beliau
menolak dengan alasan tidak punya wewenang. Sang pemberi wewenang pun tak
kunjung menjawab ràyuanku yang memasang muka sayu. Lalu, seorang penting dari
program studi lain muncul menanyakan apakah putra putri beliau sudah terdaftar
semua. Jawab petugas pelayanan yang memiliki wewenang, kurang dua orang yang
belum. Dua orang dan masih ditunggu kehadirannya karena sang berwenang kenal
dengan orang penting yg mendadak masuk menyela rayuku.
Dan, kawan sekalian, kami tidak
putus asa pada langkah itu saja. Selepas maghrib kami datang ke rumah sang
berwenang atas bantuan teman yang mengenal beliau, memohon agar berkas2 kami di
loloskan. Namun sayang, sang berwenang pun juga tidak dapat menindaklanjuti
apa2 karena itu merupakan wewenang pusat dan sang berwenang hanya menjalankan
perintah saja. Bukan jadi masalah sebenarnya jika berkas kami tidak bisa
dibantu loloskan. Yang sakit adalah ketika beliau menyebut bahwa program studi
yang putra putrinya masih ditunggu kedatangannya tidak dikabari. Saya dan
teman2 saling mengkode satu sama lain. Siapa yang dusta dalam hal ini, saya
atau yang berwenang. saya berpikir, iyakah saya salah dengar, atau salah
tangkap, atau sebenarnya curi dengar pada pembicaraan beliau2 itu halusinasi.
Ya, saya sempat menyatakan diri saya pergi dari bagian bumi menggunakan pisau
willnya lira, sehingga pembicaraan itu terjadi di tempat yang berbeda dengan
waktu yang sama. Entahlah.
Seandainya saya datang atas
rekomendasi rektorat, entah putra pak rektor, kemenakan PR 1, putri dari teman
PR 2,atau hubungan yang lain dengan petinggi instansi ini, kira2 apa yang akan
mereka tawarkan pada saya? Uang dobel, satu nama dengan nomer rekening berbeda?
Kemana saya harus melapor ketika
saya tidak dapat memperoleh hak dengan baik?
Semoga kejadian ini mengeratkan persaudaraan kita.
witen by @niahaji
0 komentar:
Posting Komentar