Semoga mengeratkan persaudaraan kita

on Rabu, 08 Januari 2014


Sudah lama kita tidak bertemu di dunia jajaran huruf2. Selamat sore, aku ingin mengaku dengan kalimatku yang penuh rasa meskipun bagimu tak punya makna memesona. Kala awalnya buntu, namun bila sudah dihadapkan dengan papan ketik aku tetap akan menulis, semua teralir deras walau berhamburan tak punya kawanan.

Kisahnya dimulai kemarin pagi menjelang siang di depan loket pengajaran umum. Berbincang dengan petugas pemberi pelayanan lalu kami interest dengan informasi yang beliau berikan. Kembali pada tugas, lalu menyusun rencana akan kemana langkah pertama dipijikkan. Sayang tehimpit waktu kuliah. Akhirnya kami memutuskan untuk mengutamakan kuliah dengan was2 hati menanti berakhir.

Selesai perkuliahan, rencana yang kami matangkan langsung kami realisasikan. Dan aku telat beberapa menit dari due time yang disyaratkan. Namun aku tidak putus asa seperti teman2 lain, begitu ditolak langsung pamit diri. Aku, tetap memohon tanpa rasa malu kepada petugas pemberi pelayanan untuk membubuhkan paraf pada berkas2ku. Namun beliau menolak dengan alasan tidak punya wewenang. Sang pemberi wewenang pun tak kunjung menjawab ràyuanku yang memasang muka sayu. Lalu, seorang penting dari program studi lain muncul menanyakan apakah putra putri beliau sudah terdaftar semua. Jawab petugas pelayanan yang memiliki wewenang, kurang dua orang yang belum. Dua orang dan masih ditunggu kehadirannya karena sang berwenang kenal dengan orang penting yg mendadak masuk menyela rayuku.

Dan, kawan sekalian, kami tidak putus asa pada langkah itu saja. Selepas maghrib kami datang ke rumah sang berwenang atas bantuan teman yang mengenal beliau, memohon agar berkas2 kami di loloskan. Namun sayang, sang berwenang pun juga tidak dapat menindaklanjuti apa2 karena itu merupakan wewenang pusat dan sang berwenang hanya menjalankan perintah saja. Bukan jadi masalah sebenarnya jika berkas kami tidak bisa dibantu loloskan. Yang sakit adalah ketika beliau menyebut bahwa program studi yang putra putrinya masih ditunggu kedatangannya tidak dikabari. Saya dan teman2 saling mengkode satu sama lain. Siapa yang dusta dalam hal ini, saya atau yang berwenang. saya berpikir, iyakah saya salah dengar, atau salah tangkap, atau sebenarnya curi dengar pada pembicaraan beliau2 itu halusinasi. Ya, saya sempat menyatakan diri saya pergi dari bagian bumi menggunakan pisau willnya lira, sehingga pembicaraan itu terjadi di tempat yang berbeda dengan waktu yang sama. Entahlah.

Seandainya saya datang atas rekomendasi rektorat, entah putra pak rektor, kemenakan PR 1, putri dari teman PR 2,atau hubungan yang lain dengan petinggi instansi ini, kira2 apa yang akan mereka tawarkan pada saya? Uang dobel, satu nama dengan nomer rekening berbeda?

Kemana saya harus melapor ketika saya tidak dapat memperoleh hak dengan baik?

Semoga kejadian ini mengeratkan persaudaraan kita.
witen by @niahaji

0 komentar:

Posting Komentar