Antara Adat dan Syariat bagi Ibu Baru

on Minggu, 15 September 2019

Setelah melahirkan, wanita harus tinggal di rumah ibu suami? Ingat ya, yang perlu ditaati itu syariat, bukan adat! Dan tinggal dimana itu sekedar urusan adat. Urusan netijen melambe ding. Wkwk.

Kalau memang tidak bahagia dengan tinggal di rumah ibu suami, boleh kok tinggal di rumah ibu sendiri. Disini aku bicaranya kalau belum punya tempat tinggal sendiri ya. Punya tempat tinggal sendiri sih enak, tinggal aja di rumah sendiri. Bebas mau gimana aja. Tapi tetap tidak bebas dari julidan karena lambe-lambe itu selalu turah.

Kenapa harus menggadaikan kebahagian sih demi kalimat indah orang? Yakin semua orang akan bersenandung indah karena kamu merasa sudah membahagiakan mereka? Namanya orang banyak, setiap keputusan yang kita ambil akan tetap dinyinyir. Tinggal di rumah ibu sendiri dibilang "kok ra gelem melu bojone", tinggal di rumah ibu suami dikatai "bar lahiran kok ra melu buke dewe po buke ra gelem ngopeni". Nah kan.

Gaes, yang perlu ditaati itu syariat, bukan adat. Karena syariat sifatnya mengekang dan berhubungan dengan kehidupan yang kekal. Jadi bikin bahagia atau enggak, manusia wajib taat pada syariat. Tapi kalau adat? Walaupun di beberapa daerah sifatnya mengekang banget, tapi hubungannya cuma sama keduniawian. Nggak bikin bahagia ya tinggalin ajalah kenapa dibikin ribet.

Ibu baru itu tidak butuh apa-apa kecuali semangat. Jangan julid, jangan nyinyir! Bahkan ibu baru itu tidak butuh kamu ujug-ujug datang begitu dia lahiran. Dia butuh semangat gaes, bukan komentar. Udah itu aja. Ngurusi dirinya dan bayinya aja sudah rempong. Jangan dibikin makin rempong dengan ngurus lambemu.

Ibu baru itu harus mampu beradaptasi dengan banyak hal dan itu sulit. Adaptasi dengan perannya, rasa sakitnya, manusia baru dalam hidupnya a.k.a bayi. Jangan dibikin makin sulit dengan ngurus lambemu, sekali lagi.

Jadi Bu, kamu bahagianya tinggal dimana, ya udah sih tinggal aja disitu. Harap Bapak-bapak menyesuaikan kemauan ibu ya. Karena aku serius dobel-dobel, IBU BARU ITU REKOSO! Makanya udah, turuti aja semua maunya asal tidak melanggar syariat. Syariat ya, bukan adat.

Mau makan makanan pedes, ya boleh. Mau ngemol padahal anak baru tujuh hari, ya boleh. Mau nggak pakai stagen, ya boleh. Mau apapun bilang aja "YA BOLEH" asal tidak melanggar syariat. Dan kesehatan serta keselamatan ibu dan bayi itu sendiri tentunya ya.

Anw, bahkan dihari aqiqah Kaisar aku dilarang makan daging atau bahkan sekedar tulang karena menurut adat memang tidak boleh. Menurut syariat boleh nggak? Ya boleh-boleh aja wong malah hadist shahihnya mewajibkan aqiqah dihari ke tujuh setelah kelahiran. Maknanya apa? Maknanya, recovery pasca lahiran perlu banyak asupan gizi yang baik, yang tinggi protein; salah satunya daging kambing aqiqahan. Kalau aku makan urap tiap hari, udah nggak bikin napsu makan, nggak bikin cepat pulih lagi. Nggak bahagia amat hidupku.

Oiya, kalau kamu bilang "wong aturan adat ki ben marai apik kok". Aturan adat yang seperti apa itu? Yang melarang ibu baru makan makanan terlalu panas, terlalu dingin, dan makanan pedas? Yang mewajibkan pakai stagen kenceng-kenceng? Yang harus pareman dan minum jamu? Aturan adat apalagi tolong sebutkan? Dan aku cuma bisa komentar tentang aturan adat tidak penting ini dengan: BELAJARLAH!

Sekali lagi, jangan gadai kebahagiaanmu demi aturan adat. Yang perlu ditaati itu syariat, bukan adat.

Eh, aku nulis ini bukan berarti semua wanita yang lahiran tidak bahagia tinggal di rumah ibu suami ya. Banyak kok yang bahagia. Aku nulis ini karena beberapa waktu lalu ada teman yang sedang hamil curhat masalah tempat tinggal paska lahiran. Dia tinggal di kota X. Niatnya besok pas lahiran kepengen pulang ke rumah ibunya di kota A. Tapi ibu suami yang tinggal di kota B rodo mekso minta temenku tinggal di rumahnya aja karena miturut adat tempat mertuanya tinggal, setelah lahiran ibu dan bayi wajib tinggal dengan keluarga suami. Temanku takut pekewuhpekewuhan gitu kalau sama ibu mertua. Tapi mau nolak permintaan mertua enggak enak. Terus dia minta saran ke aku. Ya aku jawab aja "Kira-kira kamu bahagia nggak tinggal di rumah mertua? Kalau enggak ya tolak aja nggak papa sih. Bukan masalah syariat kan. Cuma adat doang. Mertuamu dikasih pengertian aja. Soalnya paska lahiran itu hidup rasanya berat. Jadi mending kamu memilih jalan bahagia daripada hidupmu makin sengsara". Sungguh teman yang bijaksana ya 😂😂😂😂

0 komentar:

Posting Komentar