Mencari pasangan bukan hal mudah, sayang. Dari semua aspek yang paling penting kalau Rasul berpesan: agamanya. Tapi ingatlah bahwa menikah bukan hanya tentang kamu dan dia, termasuk di dalamnya adalah keluargamu dan keluarganya.
Karena aku sudah menikah dan seratus persen bisa memahami (dan menyadari) bahwa mencari pasangan selevel itu sangat perlu! Selevel dalam hal apapun. Memang sudah dinash dalam beberapa hadist dan qur'an bahwa wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan sebaliknya. Kalau merasa tidak mendapat pasangan yang baik bisa jadi kamu belum baik. Atau memang salah sedari awal. Menikah belum tentu jodoh, kan?
Dulu aku kolot banget masalah jodoh. Menurutku asalkan klik ya tidak apa-apa kalau tidak selevel. Tapi setelah menikah dan baca-baca atau dapat cerita dari banyak orang aku baru benar-benar paham dan sadar bahwa kebahagiaan pernikahan dimulai dari memilih pasangan.
Sebelum memutuskan menikah, pastikan keluargamu dan keluarganya punya level value yang sama. Iya, lebih ke value bukan harta. Value disini maksudku nilai agama, bukan semata nilai budaya gitu. Karena kebanyakan pasangan sesama muslim cek cok itu karena value agama (anw aku muslim, dan diagamaku menikah beda agama tidak dibenarkan, bagaimanapun). Kalau valuenya sudah klik, insya Allah sudut pandangnya juga akan sama. Jadi enak mau gimana-gimana kedepannya.
Kalau value agama pasangan sesuai dengan kamu tapi keluarganya tidak, gimana? Haha, menurutku baiknya renungkan ulang. Kecuali kalau pasanganmu benar-benar komitmen bersedia pegang teguh valuenya yang sejalan sama kamu sekeras apapun keluarga menolak. Ingat bahwa menikah bukan sekedar kamu dan dia. Sekalipun kamu pergi merantau jauh, gangguan keluarga itu pasti ada. Yang sevalue aja kadang bikin risih, gimana yang enggak.
Jangan lupa juga dengan level pendidikan. Penting bangetttt kalau aku bilang. Pendidikan atau lebih ke kecerdasan ya bahasanya. Misalpun pasanganmu lulusan SMA dan kamu sarjana sebenarnya tidak apa kalau pasanganmu tipe orang yang hobi belajar. Daripada kamu dapat pasangan magister tapi kaleng-kaleng. Pendidikan tidak harus dibangku sekolah formal, kan. Bisa dari baca buku, workshop, seminar etc. Akan tidak nyaman kalau nantinya setelah menikah dan mendiskusikan hal-hal terpenting dalam hidup dengan seorang yang pengetahuan dan kecerdasannya tidak setara.
Dari semua di dunia ini, uang selalu yang paling indah to? Wkwk. Jadi tidak bisa dipungkiri yang wajahnya rupawan kalah sama yang mobilnya BMW. Nikah dan kehidupan setelahnya butuh dana cuy. Tampang tidak bikin kenyang, tapi uang bisa beli tampang. Memastikan bahwa pekerjaan calon pasangan sudah mapan dan gajinya cukup bahkan melimpah untuk menghidupmu (kalau kamu wanita) tidak bisa disebut matre. Justru tidak apa-apa banget karena biaya hidup mahal cynt.
Dan, satu hal yang sulit tapi memang harus ada obrolan di depan: VISI; tentang finansial, karir, anak, rumah, dan pendidikan. Finansial tentu seputar duit, mau inves apa, tabungan berapa, gaya hidup bagaimana. Kupas tuntas finansial sama dengan mengurangi kemungkinan cekcok dalam rumah tangga. Nggak jarang kan pasangan cerai karena finansial. Kalau finansial tidak kuat memang banyak susahnya sih, kecuali!
Karir apakah dia setipe denganmu, jangan-jangan kamu tipe yang setia, tetap stay dengan satu korporasi meskipun gaji naiknya merangkak asal posisi aman dan calonmu adalah kutu loncat asal gaji banyak. Perlu banget diskusi hlo karena menyangkut finansial juga. Samakan persepsi tentang karir ini. Jangan sampai nantinya karena karir jadi bertengkar tidak jelas.
Setiap yang menikah mimpinya adalah anak, to. Dan memang anak itu harga paling berharga yang dimiliki orang tuanya. Sekarang kayaknya udah tidak jaman mabuk-mabukam di depan gang gitu ya. Tapi kenapa orang bilang nggedein anak makin sulit? Karena orang tuanya kebingungan gaes. Tidak sevisi. Saking banyaknya informasi dan kemudahan aksesnya, kadang orang malah bingung; yang benar yang mana sih. Dan pada akhirnya benar dan salah kembali ke value masing-masing orang. Padahal dalam sebuah hadist disebutkan yang haq jelas yang batil jelas. Jadi kalau valuemu dan valuenya tidak sesuai, bisa tidak sinkron kan. Maka sejalan dalam value agama itu penting gaes. Penting banget note!
Karena ilmu parenting itu kedengerannya semua benar, kembalikan pada pemilik kebenaran. Banyak hlo sebenarnya yang kedengarannya indah, baik, dan benar, tapi tidak sesuai dengan yang Rasul ajarkan. Hati-hatilah calon ibu dan bapak semua.
Pasangan baru menikah wajar sih kalau memimpi punya rumah sendiri. Tapi banyak hlo yang orang tuanya keep anak tidak boleh hengkang dari rumah orang tua karena alasan lalala. Menurutku tidak apa-apa kalau memang orang tua sangat membutuhkan anaknya. Tapi kalau serumah banget jujur aku tidak bisa. Wahaha. Daripada serumah banget lebih baik rumah sendiri-sendiri tapi sebelahan atau paling nggak ya deket banget lah. Barangkali banyak ya yang bisa, tapi kalau aku serius gengs lebih baik kujadi anak durhaka (lol) daripada harus serumah banget sama orang tua. Setidaknyaman itu gimanapun. Maaf ya, tidak bermaksud mendiskredit kalian yang tinggal serumah banget sama ortu gaes. Kalian anak berbakti, serius!
Pendidikan yang aku maksud bukan sekedar dunia. Melainkan pendidikan agama misal mau ngaji (means ikut pengajian) dimana. Once more aku muslim gengs. Kesemuanya kutulis sesuai yang Rasul dan Allah perintah, karena ya hidup dunia tidak bisa dipisah dari akhirat kan. Wong mereka sepaket, pada dasarnya.
Pendidikan untuk anak-anak baik dunia maupun akhiratnya juga harus diskusi banget hlo. Bisa jadi kamu tipe yang mau sekolah setinggi-tingginya dan ngaji di X sementara pasanganmu tidak apa-apa tidak sekolah tinggi dan tidak apa-apa tidak ikut pengajian asal upgrade kualitas diri selalu. Diskusikan semuanya sejelas mungkin. Ilmu yang didapat dari tempat yang berbeda bisa menghasilkan sudut pandang berbeda dan menimbulkan pertengkaran kalau pemilik ilmunya merasa superior. Lebih baik jelas di awal daripada di tengah jalan banyak hal-hal tidak nyaman.
Lalu, ijinkan aku berterimakasih kepada Allah karena telah memberiku pasangan yang meskipun sering tidak sevisi, tapi selalu memahami. Iya, sebenarnya tidak papa kalau tidak sevisi ternyata, asal mampu memahami dan bersedia mencari jalan terbaik dalam setiap problema rumah tangga. Jalan yang benar menurutNya dong, pasti. Bukan jalan yang semata akal pikiran manusia.
0 komentar:
Posting Komentar