Berbenah

on Rabu, 04 September 2019

Selain lelah, membesarkan anak ternyata tidak mudah. Tidak mudah karena memang banyak hal yang harus dipelajari, dan itu lelah yang bertambah lol. Kalau tidak mudah dan tidak lelah berarti malah tidak wajar dong ya karena memang jadi ibu itu jihad seumur hidup berpahala jannah kalau lillah.

Tapi dari yang kuamati selama 20 bulan usia Kaisar, makin dia besar kok momongnya makin nyaman. Makin berkurang lelahnya. Entah karena dia yang berubah atau aku yang berbenah. Semenjak dia bisa diajak komunikasi dengan baik atau semenjak aku mampu mengajaknya berkomunikasi dengan baik, aku bingung mana yang benar. Kalau dilogika sih yang benar ya semenjak aku mampu mengajaknya berkomunikasi dengan baik karena secara kodrat sedari bayi banget anak-anak itu pintar memahami kondisi.

Mungkin titik baliknya ketika adikku pulkam sekitar dua bulan lalu. Aku lihat dia kok santai banget momong Sheza, kalem dan tidak kemrungsung. Menunggunya melakukan apapun dan melakukan banyak bergaining dengan sabar. Aku melakukan metoda yang sama pada Kaisar dan ternyata berhasil. Sekaligus dua bulan lalu aku ikut kuliah WA gratis dan khatam baca tiga buku tentang montessori. Jadi tetap menurutku selain observasi bagaimana pengalaman orang lain (entah baca, dengar, atau mengamati langsung seperti aku terhadap adikku) juga BELAJAR teori secara mandiri melalui media apapun. Kalau aku ya ini, teori utama yang butuh dipelajari bukan tentang parenting. Yang harus dipelajari dan dikuasi itu lebih dulu pada self healing. Bagaimana cara dealing dengan diri terhadap masa lalu yang membuat kita sebagai ibu sering kelepasan tidak nyaman dan akhirnya memunculkan amarah uncontrolable. Lalu forgiving, memaafkan semua kekacauan masa lalu, menyelesaikan perasaan tidak nyaman, dan bersyukur. Iya, ternyata banyak-banyak bersyukur itu sebuah perbuatan kecil berdampak besar hlo. Dengan banyak syukur, bisa lebih sabar, nerimo, dan legowo pada jalan ceritaNya yang sempurna dalam hidup ini.

Kalau dealing dengan diri sendiri sudah berhasil, insya Allah proses menjadi ibu shalihat akan lebih mudah dijalani. Membenahi diri, memaafkan, banyak bersyukur dan pada akhirnya akan sampai di puncak kebutuhan tertinggi seorang ibu: SABAR. Karena serius sabar itu sulit, menurutku. Mau menunggu anak yang sedang berusaha makan sendiri dan rumah jadi kotor maksimal lalu tidak marah adalah achievement yang bagiku applause wajib meriah. Aku memang setidak sabar itu, anw. Tapi setelah mampu berbenah, kesabaran itu dengan sendirinya muncul.

Selain sabar, ada hal lain yang harus bisa dilakulan seorang ibu: PERCAYA PADA ANAK. Meskipun kedengarannya khayal, tapi ragu dengan kemampuan anak menyebabkan anaknya jadi gagal melakukan sesuatu hlo. Pengalamanku sih, entah teorinya bagaimana. Setelah aku banyak percaya pada Kaisar, ternyata dia memang bisa dan menurutku itu luar biasa. Kalau teori percaya pada anak ini aku pelajari dari belajar montessori. Jadi dalam montessori itu mengijinkan anak melakukan apapun karena percaya kemampuan anak. Bahasa gampangnya seperti iklan susu deh; YA BOLEH.

Di atas aku tulis kalau belajar self healimg lebih prioritas daripada belajar parenting. Tapi kondisi masing-masing orang berbeda dan kalau di aku lebih baik aku menyembuhkan luka masa laluku lebih dulu sebelum belajar hal lain. Makanya aku lebih suka belajar self healing daripada parenting. Kalau kamu jiwanya sudah sehat dan siap belajar parenting ya sila belajar. Aku tidak suka belajar ilmu parenting karena menurutku ilmu parenting itu absurd; menurut B adalah A dan menurut A adalah B. Lebih baik ciptakan teori kita sendiri melalui observasi terhadap anak daripada susah-susah baca teori orang dan tidak related dengan kondisi kita dan anak kita. Mungkin kalau belajar teori dan dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan akan lebih keren ya pola pengasuhan terhadap anak. Bolehlah dicoba.

Lalu kenapa aku baca montessori? Karena aku tertarik dan montessori ternyata menyembuhkanku luka masa laluku. Jadi Mama dan Bapakku tipe orang tua yang suka ragu dengan kemampuan anak dan tidak sabar "menunggu" anaknya berusaha dengan caranya sendiri. Di montessori ini kok ada fun fact yang menurutku cocok dengan kemauanku dalam membesarkan Kaisar dan itu bukan cara Mama dan Bapak yang tidak kusukai. Meskipun tidak saklek kuiyakan 100% sih teorinya, beberapa hal tidak available dipraktikkan karena kurang sesuai dengan kondisi kami. Kuputuskan untuk mengaplikasi yang sesuai kondisi saja atau sebutlah sesuai kebutuhan.

Banyak-banyaklah belajar ya Bu. Tanpa ilmu apalah arti amalan, betul? Dengan banyak ilmu, insya Allah amalan akan membaik: berbenah diri. Dan kenyamanan pengasuhan antara ibu dan anak bisa dimaksimalkan. Semangat menjadi ibu pembelajar semuaa.

0 komentar:

Posting Komentar