Mengkhitankan anak laki-laki

on Rabu, 04 September 2019

Anak tetangga sekitar umur 11 tahun dikhitan. Herannya ada orang lain (bukan keluarga anak itu) yang bilang kalau penis anak yang khitan itu pendek makanya kesakitan waktu dikhitan. Heran, kok bisa tahu ya. Apa keluarga anak itu kasih tahu ke orang-orang atau gimana. Kasihan anaknya, gimana kalau sampai besar orang-orang masih ingat kalau penis anak itu pendek. Kan malu.

Jadi kepikiran untuk merahasikan khitan Kaisar dari siapapun. Selesai proses khitan baru kasih tahu ke keluarga kalau sudah khitan gitu aja apa ya. Bukan gimana-gimana ya, mohon maaf bagaimanapun, penis itu kemaluan laki-laki dan sudah sewajarnya kalau menjadi privasi sekalipun laki-laki itu masih kanak-kanak. Nantinya dia akan tumbuh jadi lelaki dewasa kan. Sudah pasti malu kalau alat kelaminnya sempat menjadi bahan obrolan di masa kecilnya.

Mohon maaf tidak bermaksud nyinyir. Semata mengingatkan diri sendiri dan pembaca tulisan ini untuk menjaga apa-apa yang harusnya tidak orang lain ketahui tentang anak kita. Termasuk kakek neneknya kalau memang hal itu terlalu private. Dibilang terlalu over protective sama anak? Dih, MASA BODOH! Jama'ah mah bebas nyinyir parentingku dengan bahasa sekeji apapun. Aku anaknya nggak mempan kalau dinyinyir soal parenting style. Wahaha. Tapi kalian nyinyir karena aku wanita yang ndongkrok di rumah doang alias pengangguran, iya aku juga sedih kok. Kasih info loker dong. Siapa sih yang nggak sedih kalau nggak bisa cari duit sendiri. Tapi ya nggak papa nganggur, karena kalaupun aku kerja sepertinya gajiku tidak akan cukup untuk membayar daycare Kaisar wahaha.

Iya, aku pernah bilang ke ibuku (mertua) minta tolong ngasuh anakku kalau aku tinggal kerja. Itu aku bilang pagi, malemnya aku nangis nggak bisa tenang sekuat apapun berusaha nenangin diri wahaha. Means, aku memang tidak bisa ninggal anakku bekerja diasuh oleh orang yang menurutku kapasitasnya tidak sesuai dengan ekspektasiku. Alhamdulillah, Allah dengar dan kabulkan doaku malam itu untuk ngasuh Kaisar dan tidak harus bekerja. Terima kasih Allah, terima kasih mas Bely.

Nah kan nggrambyang. Back to khitan yuk.

Sebenarnya aku sudah ada rencana mengkhitankan Kaisar umur satu tahun. Takdir Allah ketika umur satu tahun Kaisar itu sakit dan sempat agak dramatis gitu kisah berobatnya. Makin dia besar makin urung gitu mau khitan. Kenapa? Takut riwil dan bikin capek sih mwahaha. Aku tidak siap untuk itu karena mas Bely harus bekerja. Kalau Kaisar rewel aku tidak bisa momong sendirian tanpa mas Bely. Jadi ya sudah. Kita tunggu saja gimana nantinya.

Waktu anak teman yang baru berumur seminggu sudah khitan, rasanya pengen banget segera mengkhitankan Kaisar. Tapi kok ya itu hlo, takut rewel. Padahal khitan itu sunah hlo, tapi kenapa hati ini masih saja mengkhawatirkan dunia ya Allah: takut capek. Gini deh bedanya ibu yang The Real Shalihat dan ibu yang otw shalihat tapi nggak lekas shalihat. Ada juga teman yang mengkhitankan anaknya umur berapa ya, 7 bulan kalau nggak salah (or more, lupa). Mereka berdua bilang recovery anaknya cepat dan rewel cuman sehari dua hari. Habis itu ya udah, sembuh sendiri dan nggak rewel lagi. Jadi memang sebaiknya mengkhitankan anak laki-laki itu waktu masih bayi. Dokter apin pernah bahas, baca aja.

Yang anaknya belum lahir, rencakan khitan pada hari-hari pertaman hidupnya. Selamat dikhitan semua anak di dunia. Cepat pulih yaaa.

0 komentar:

Posting Komentar