Menurutku "selamat menempuh hidup baru" kok lebih cocok diucapkan kepada orang tua baru daripada pengantin baru ya. Karena kalau dilihat-lihat setiap pasangan baru hidupnya masih enak aja, masih bisa kesana kemari dan tertawa meskipun uang pas-pasan, masih bisa tidur dan bangun sesuka hati, masih bisa lakukan apapun sama seperti belum menikah. Justru perubahan paling drastis dalam hidup malah ketika anak lahir. Yang biasanya kemana-kemana sesuka hati, tidur dan bangun sesuka hati, tetiba ada tanggungan yang wajib jadi prioritas.
Atau mungkin memang hidup sudah berubah setelah menikah? Hanya saja karena dulu setelah menikah (sebelum punya anak) aku dan mas Bely masih tinggal dengan orang tua, jadi berasa tidak ada yang berubah. Setelah tinggal sendiri dan merasakan rekosonya mengurus rumah dan keluarga jadi berpikir kalau semua hal mendadak berubah dan the real new life is begun gitu ya. Karena dulu waktu masih tinggal serumah dengan orang tua apa-apa sedia, bahkan uang aja sering dikasih, bangun tidur sarapan siap, baju dibelikan. Setelah tinggal sendiri bangun tidur belum ada makanan ya kelaparan.
Kalian yang setelah menikah langsung tinggal pisah dengan orang tua merasa hidup auto berubah nggak sih? Kalau yang setelah menikah sudah pisah rumah dengan orang tua dan hidup masih rasanya baik-baik saja, berarti emang bener perubahan paling besar itu ketika punya anak. Eh related nggak ya ini, the real new life is happen after having a baby. Bagi yang the real new lifenya udah dimulai setelah menikah mungkin punya anak akan biasa aja, hidupnya nggak drastis berubah. Tapi yang ceritanya sama seperti aku baru kerasa banget setelah punya anak "seberat ini ya hidup itu, ternyata".
Poinnya kalau di aku, ini aku ya, kalau case dikalian beda sah-sah saja. Kondisi idealnya orang menikah itu ya tinggal pisah dari orang tua. Mengurus rumah tangga kecilnya sendiri dengan segala tanjakan dan turunan serta lika-likunya takdir kehidupan. Tapi dalam beberapa kisah idealisme itu bullshit kan, entah tidak bisa tinggal pisah dari orang tua karena financial, atau karena kondisi orang tua tidak memungkinkan untuk ditinggal, atau memang pasangan LDM, dan atau-atau lain, masih serumah dengan orang tua itu tidak papa asal mandiri. Memang niatnya menikah, menempuh hidup baru, ya diperbarui dong hidupnya. Semua kebiasaan buruk hapus perlahan.
Tapi banyak hlo yang sudah menikah, sudah punya anak, dan hidupnya masih santai saja tidak begitu berubah. Salah nggak? Hidup hidupmu sih, kalau kamu merasa nyaman dengan tidak berubah ya itu kamu dan urusanmu. Menurutku kalau (bahkan) setelah punya anak tidak ada atau sedikit yang berubah dalam hidupmu berarti ada yang harus diperbaiki. Karena sejatinya perubahan itu pasti dan harus diakui. Dan salah satu perubahannya adalah dengan tidak banyak bergantung pada orang tua setelah menikah. Kalau masih banyak bergantung sama orang tua sudah pasti hidupmu tidak banyak berubah karena apa-apa masih njagakke.
Iya, dari setelah menikah mandirilah (entah pisah rumah atau kalaupun masih harus serumah dengan orang tua tetap usahakan mandiri). Jadi kalau nanti anakmu lahir dan banyak tanggung jawab baru dan semua benar-benar berubah, kagetnya sedikit aja nggak kebangetan seperti aku. Aku akui sih, sebelum tinggal pisah dengan orang tua aku dan mas Bely memang manja, malas kerja keras dan kurang bertanggung jawab. Makanya setelah punya anak dan tinggal sendiri semua serba baru dan adaptasinya lumayan sulit. Eh tapi kalau masih tinggal serumah dengan orang tua memang agak susah mau mandiri sih. Menurutku hlo ini. Tapi aku tidak menyarankan harus pisah rumah setelah menikah meskipun idealnya begitu. Karena sekali lagi, ada beberapa hal yang membuat idealisme itu bullshit dan tidak papa kalau tidak bisa berada dalam kondisi ideal. Sesuaikan saja dengan keadaan asal tetap berusaha memulai the real new life setelah menikah.
Selamat menempuh hidup baru.
0 komentar:
Posting Komentar