CeritaNya yang Sempurna

on Rabu, 04 September 2019

Menikah dan punya anak diusia muda, karir yang tidak jelas, pendidikan masih di bawah standar yang kutetapkan. Waktu itu aku tidak pernah menyangka bahwa ternyata ceritaNya lebih indah daripada kisah yang kutulis detil, panjang, dan rapih dalam diaryku.

Sebulan setelah menikah resign dari pekerjaan karena beasiswa yang kuincar sudah mulai buka pendaftaran. Ada satu syarat yang bagiku berat, TOEFL, dan membuatku hopeless duluan sebelum mulai karena aku hanya mendapat materi bahasa inggris dari sekolah, tidak pernah ambil course. Resign, lalu belajar siang malam. Sebulan kemudian ujian dan alhamdulillah nilaiku sesuai target.

Mulai mendaftar beasiswa, menulis esai dan mengurusi persyaratan lainnya. Minta reviu esai ke teman-teman yang sudah lolos beasiswa lebih dulu. Mereka bilang esaiku excellent. Insya Allah, kemungkinan besar akan lolos seleksi berkas.

Hari pengumuman, deg-degan tidak karuan dan punya bad feeling akan tidak lolos seleksi. Dan ternyata serius tidak lolos. Seminggu tidak keluar kamar kecuali untuk makan dan ke kamar mandi. Sedih, tidak bisa nangis, rasa yang ada waktu itu cuma pengen marah sama gusti Allah. Kok jahat banget sama hidupku.

Setelah banyak dinasihati mas Bely akhirnya sadar dan bisa bangkit menghadapi kenyataan. Curhat ke teman-teman yang sudah lebih dulu lolos beasiswa, DAN MENURUT MEREKA AKU TIDAK LOLOS SELEKSI BEA KARENA TIDAK UPLOAD SURAT KETERANGAN SEHAT DAN BEBAS NARKOBA. Kalau kupikir-pikir lagi sepertinya memang karena itu sih, menurutku esaiku bagus kok. Wahaha congkak. Serius, teman-teman reviuer juga pada bilang esaiku bagus; mengangkat masalah disekitaran dan solutif meskipun kontribusinya kecil tapi menyasar ke lingkungan yang paling dekat. Kembali sedih. Merasa goblok banget kenapa gitu aja tidak becus. Seandainya aku cari surat sehat dan bebas narkoba, seandainya aku upload kedua surat itu. Aih, sad pokoknya.

Sebulan kemudian merasa tubuhku sangat tidak nyaman. Aku curiga hamil dan ternyata ya memang hamil. Hancur seketika dunia; pekerjaan resign, beasiswa gagal, dan malah HAMIL. Nangis tiap malam, mikir harus ninggal jabang bayi di rahimku ini selepas dia lahir untuk bekerja mencarikan dia makan. Nangis karena tidak satupun kisah hidup yang kutulis diijabah semesta. Nangis karena merasa gusti Allah setega itu tidak mengiyakan satupun iyaku. Tiap bilang ke ibu untuk minta tolong ngasuh anakku kalau ku tinggal bekerja, malamnya aku nangis kejer. Sedih harus membayangkan anak dirahimku ini diasuh oleh nenenknya yang jelas akan tidak sesuai standarku sama sekali hanya karena aku harus mencarikan ia makan. Sad pokoknya mah kalau diingat.

Bayi itu lahir dan mendadak semua membaik: aku punya semua yang pernah kutuliskan dalam kisahku "ketika Nia punya anak". Meskipun tidak sama plek dengan tulisanku, tapi ternyata ceritaNya tetap indah. Aku menikah, punya anak, punya rumah dan mobil, suamiku pengertian dan kami tidak LDR, penghasilan banyak (meskipun itu penghasilannya mas Bely sih wahaha), dan aku bisa mengasuh anakku 24/7 tanpa khawatir dia tidak bisa makan. Aku selalu menangis dan bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku.

Kaisar hampir dua tahun dan masa depan karirku masih belum jelas. Bukan tidak bersyukur, selain seorang ibu yang insya Allah shalihat, Nia tetaplah wanita bebas yang gila dan hobi menulis detil masa depannya. Ya gimana, kalau tidak punya tujuan di masa depan kok rasanya hidup itu hampa. Karena tidak ada yang mau diraih, jadi merasa tidak tahu harus hidup seperti apa. Kalau punya tujuan yang detil kan enak, terarah hidupnya; tidak sekedar hidup.

Selepas tugas berat pertama seorang ibu ini purna: neneni, aku mau menata karirku kembali. Memang terlambat tapi tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah berkehendak mungkin. Hanya, setelah melewati banyak hal semacam kisah yang kutulis tidak sesuai ceritaNya, aku mulai bisa mengaplikasi apa itu legowo; ikhlas menerima tetapan. Karena pada akhirnya ceritaNya selalu sempurna dan kisah yang manusia tulis tidak ada apa-apanya. Satu hal yang aku pelajari dari jibaku dengan takdir beberapa tahun belakangan: ada satu dua hal yang manusia paling ingini tapi tidak bisa dimiliki dalam hidupnya padahal kalau keinginan itu termiliki maka semua sempurna. Tapi sempurna hanyalah Ia dan tetapanNya adalah cerita paling sempurna.

Jadi kalau apa yang sekarang kuinginkan (dan kalau ia menyata hidupku akan sempurna) tetap tidak pernah bisa kumiliki, bukan berarti Ia tidak peduli dengan hidupku. Aku sedang diminta menanti lanjutan cerita yang lebih indah daripada kisah yang kutulis; ceritaNya yang sempurna. Lalu pada akhirnya semua pencapain dan kegagalan manusia adalah Ia yang tetapkan semua. Syukur dan sabar adalah sebaik-baik perilaku bagi mereka yang percaya.

0 komentar:

Posting Komentar