Suatu malam waktu meet up dengan geng kesayangan, seorang teman nyletuk begini, "Hla aku hlo nikah wae LDM, ra langsung dikei momongan koyo X karo Y". Malam itu aku bilang ke dia, "Rapopo, insya Allah kabeh-kabeh ki wektune pas". Sepulang dari meet up sampai sekarang kalau mau posting foto atau video aku selalu hati-hati karena barangkali ada hati yang kepengen punya sesuatu seperti foto atau video yang aku unggah. Tidak mau menyentuh sensitivitas orang dengan unggah sesuatu yang sekiranya unfaedah dan hanya akan bikin baper.
Aku orangnya nggak peduli dengan hidup orang lain ya kecuali orang itu Sandra Dewi sama Rachel Venya karena anak kami lahir di bulan yang sama. Dan aku suka nangis setiap lihat apa yang Sandra atau Rachel bisa afford untuk anak mereka. Hla aku yang jelata ini bisa apa, jauh banget dibanding mereka. Dari situ aku jadi mikir, mungkin orang-orang yang gampang tersentuh seperti temanku bisa jadi lihat aku posting foto Kaisar aja udah baper nggak ketulung karena dia promilnya nggak segera berhasil. Makanya aku stop posting tentang Kaisar dan segala apapun hal-hal yang kiranya tidak memberi manfaat untuk dibagikan.
Tapi aku masih punya bad habit, dulu sih, semoga sekarang sembuh: suka curhat di media sosial. Mas Bely sudah berkali-kali mengingatkan kalau itu tidak baik dan harus diakhiri. Namanya aku kalau belum ngeyel ya belum lega. Suatu hari temenku juga pernah negur, dia bilang untuk curhat ke dia aja, jangan curhat di media sosial karena mereka yang nggak suka sama aku akan menertawakan terbahak-bahak. Waktu itu aku merasa, lah bodo amat diketawain. Yang aku mau cuma lega, udah. Karena aku curhat ke dia nggak akan bikin lega, yang kusasar harus tahu tentang jeritan hatiku kan bukan dia tapi salah satu orang yang di media sosial. Cuma kalau aku langsung bilang ke orangnya sangat tidak mungkin aja karena ya memang tidak memungkinkan. Kenapa tidak mungkin? Kalian tahu perasaan wanita yang tidak siap jadi ibu baru dan tetiba dunianya berubah? Wanita dengan segala perfeksionis dan ambisi yang besar, tetiba didatangi makhluk baru dalam hidupnya disebut bayi. Dan setiap orang tahu bahwa semua bayi di dunia ini membutuh ibunya sangat amat. Betapa tidak PPD saja rasanya bersyukur luar biasa. Perkara emosi uncontrolable ya urusan belakang, asal hati tenang, apalagi iman masih dangkal. Jadi ya tidak mungkin aja kalau harus menyelesaikan masalah secara terbuka dan tatap mata apalagi dengan circle yang memang susah disamakan frekuensi. Semoga bisa dipahami ya.
Kaisar makin besar dan aku makin merasa bisa kontrol hatiku. Ditambah aku ikut ngaji (lagi) dan serius, mendengar ceramah ustadz live itu menyejukkan hati. Makanya aku sarankan ke kalian ayo ngaji wahaha. Ramadhan kemarin aku coba detox HP. Tidak boleh share kalau tidak manfaat. Dan alhamdulillah lumayan berhasil meskipun konsekuensinya aku harus tidak boleh lama-lama main HP. Berhasil tidak main HP karena memang aku sedang punya tujuan dan kalau kalian temanku pasti tahu kalau aku sedang menginginkan sesuatu kerjaku akan sekeras apa. Jadi ya udah sih jadi males sendiri sama HP makanya sekarang sejarang itu main HP apalagi share curhatan tidak penting.
Seperti yang aku bilang di atas. Aku tidak peduli dengan hidup orang lain, dengan apa yang mereka bagikan di sosial media, kecuali hidupnya Sandra Dewi dan Rachel Venya. Tapi makin besar Kaisar, rasa-rasanya sisi wanita bebasku yang perfeksionis dan ambisius kembali "hidup". Barusan seorang kenalan cerita di media sosialnya kalau dia ambil sertifikasi dan hari ini adalah hari pertama dia belajar. Hla aku yang sedang mau belajar mengejar tujuan ya merasa habis secara mental. Dia udah ambil sertifikasi yang jauh beda sama bidang pekerjaan dia means dia akan punya skill baru. Aku? Baru mau mulai menata. Setertinggal itu apa bisa mengejar. Jadi baper maksimal serius. Lebih baper daripada dulu lihat postingan Sandra Dewi atau Rachel Venya.
Aku tidak melarang atau sekedar mengajak untuk tidak mengunggah sesuatu yang tidak manfaat dan berpotensi menimbulkan rasa tidak nyaman pada orang lain. Media sosial diciptakan ya memang untuk pamer kan. Kalau tidak ada orang pamer akan tidak seru sekali berselancar di media sosial. Kalau aku tim yang tidak mau pamer di media sosial itu privasiku. Kalau kamu masih mau pamer ya sila. Aku ya aku dan kamu ya kamu. Yang ingin aku bilang adalah hati-hati dengan hatimu karena yang mencipta rasa atas unggahan orang di media sosial adalah dirimu sendiri. Kalau mereka pamer keshalihan atau kecerdasan usahakan kamu tidak boleh jauh tertinggal. Lainnya, sikapi dengan bijak. Aku sedang menasihati diriku sendiri karena lagi-lagi aku merasa tidak bisa mengejar mereka yang lari duluan dan itu sad. Tapi tetap harus semangat. TIDAK BOLEH TERTINGGAL! Meskipun tidak pernah sejajar karena starnya aja udah beda, setidaknya tidak kejauhan. Yuk semangat mengejar ilmu dan keshalihan. Jangan lupa diamalkan yaa.
0 komentar:
Posting Komentar