Sempurna, mana ada?

on Rabu, 04 September 2019

Sering banget bilang ke Kaisar kalau lagi melakukan hal yang keliru, "Mas, kamu jangan niru mama ya". Sedih sebenarnya, apalagi Kaisar tipe anak yang pintar sekali meniru dan ingatannya kuat meskipun susah konsentrasi. Kalau lihat seseorang melakukan atau mengucapkan sesuatu, auto ikut-ikut. Jadi setiap kasih "contoh" sesuatu yang jelas tidak patut dilakukan rasanya menyesal tapi ya gimana, mana bisa auto jadi bidadari yang tidak punya keliru, kan.

Kalau dipikir-pikir lagi sepertinya anak tidak sekedar butuh ibu yang selalu memberi contoh kebaikan sempurna. Tapi ibu yang mau mengaku ketika contohnya keliru, ketika perilakunya tidak pantas ditiru. Ya kali ibu mana yang mampu selalu sempurna tanpa celah salah? Namanya manusia wajar dan pantas kalau kadang khillaf berlaku salah yang berpotensi ditiru anak. Bilang saja kalau perilaku ibu tidak baik, jadi tidak usah ditiru. Ibu melakukannya bukan karena mau, tapi manusia memang tempatnya ketidaksempurnaan. Jadi perilaku keliru itu salah satu wujud ketidaksempurnaan manusia dan satu-satunya hal untuk menyamarkan ketidaksempurnaan adalah dengan berusaha berbenah.

Anak mudeng memangnya? Dari dulu aku penganut paham bahwa setiap anak dilahirkan jenius dan selalu paham setiap keadaan, setiap perasaan, setiap obrolan; tergantung bagaimana orang dewasa mengutarakan. Makanya aku sering ajak ngobrol bahkan curhat ke Kaisar tentang banyak hal yang orang pikir "Dih, kok ngomong gitu sama anak kecil. Mana paham". Lah nyatanya selalu paham. Justru yang dia tidak akan paham itu kalau aku ngomong pakai amarah. Nangis kejer malahan anaknya.

Jadi Bu, tidak perlu pura-pura sempurna karena merasa sedang menjadi role model yang semua tingkah akan menjadi acuan polah. Yang perlu dilakukan adalah usaha untuk membenahi diri menuju lebih baik. Tidak seorangpun di dunia ini yang bisa tidak keliru. Tapi semua orang berkesempatan mengutarakan dengan sadar bahwa perilakunya keliru dan meminta maaf. Setiap jiwa, bahkan anak-anak, memiliki naluri untuk memaafkan setiap khilaf, bukan kesalahan yang diulang karena ketidakmauan berbenah. Jangan pura-pura sempurna 😀

0 komentar:

Posting Komentar