Petuah Sore Ustadz

on Kamis, 21 November 2019

Tadi sore gerimis dan sempat lumayan besar titik-titik air yang turun. Mau ngaji kok agak awang-awangen karena takut kehujanan kuyub di jalan padahal bawa Kaisar. Kan eman-eman harus ajak anak hujan-hujan cuma buat berangkat ngaji. Terus aku kepikiran cerita Umar yang memarahi anaknya karena sepulang perang nggak ada bekas luka ditubuh anaknya. Umar bilang, ia lebih senang anaknya syahid daripada pulang dalam keadaan sehat tidak kurang satu apapun.

Dan aku ceritakan lintas pikiran itu ke Kaisar sekaligus tak tambahi "Kenapa mama mau ngajak kamu kehujanan sedikit buat berangkat ngaji aja eman-eman mas? Harusnya nggak papa ya kehujanan dikit".

Lalu Kaisar tetiba nyletuk "popo ngaji ma" means ngaji nggak papa ma. Akhirnya aku minta dia pakai jaket yang ada topinya biar nggak kena gerimis dan kami berangkat ngaji.

Meskipun terlambat setidaknya berangkat. Dan aku senang, merasa sangat bersyukur karena pada akhirnya ngaji.

Tadi di kajian, ustadz menjelaskan tentang orang yang masuk surga adalah orang yang sabar. Karena merasa sering tidak sabar, aku nanya dong kalau akutu orang yang sok-sok suka marah berlebihan terlebih kalau lagi tertekan atau banyak pikiran atau banyak hal yang harus dikerjakan.

Ustadz menjawab begini, "Watak bisa diubah tidak? Bagaimana cara mengubahnya? Dengan Qur'an. Kalau kita sering dengarkan di radio, banyak orang cerita dulunya sebelum ikut ngaji suka marah-marah. Setelah paham agama, tidak pernah marah-marah lagi".

Aku pengen nangis di tempat dudukku, serius. Kalau dipikir-pikir, sebelum ngaji diriku memang jauh lebih buruk sih. Meskipun sekarang tidak bisa dibilang baik, setidaknya tidak setiap hari kemrungsung dan haus akan amarah. Kalau dulu mah sedikit-sedikit kemrungsungan. Dan kalau udah kemrungsung gitu jadi hobi uring-uriang, bermuka masam, dan sering membentak.

Sekarang kemrungsung cuma kalau lagi pengen kemrungsung aja. Hloh gimana? LOL.

Ya kalau lagi sebanyak itu yang dipikir dan ditarger aja jadi kemrungsung. Seperti sekarang ini. Huhu sad.

Dan karena jawaban ustadz tadi aku jadi intropeksi diri. Sejujurnya sekarang aku sedang ada misi berat dan kalau sedang on duty akutu nggak bisa hidup santuy cuy. Merasa selalu terkejar dan harus kebut-kebutan dengan waktu. Jangankan solat khusyu', makan aja maunya cepat selesai. Hloh kebalik ya lol.

Padahal untuk misi itu, tugasku hanyalah memantaskan diri agar Allah berkenan mengiyakan pintaku. Dan caraku ternyata keliru.

Memantaskan diri tidak sama dengan menyiksa diri dengan bekerja terlalu keras sampai lupa siapa sejatinya pemegang kendali. Berusaha menjadi pantas menerima hasil sesuai pinta, bukan berarti melupakanNya dalam setiap jerih usaha. Sementara usaha yang sedang kueja adalah usaha yang tidak menyertakanNya. Wajar kalau semua terasa serba oyak-oyakan.

Wahai jiwa, kembalikan segala urusan padaNya. Segala kerja tidak akan luput tertulis pahalanya. Perkara hasil, percayalah tidak ada cerita yang lebih baik daripada milikNya. Kalau pintamu adalah iyaNya, maka ceritaNya sempurnya. Kalau pintamu bukanlah iyaNya, maka ceritaNya sempurna. Tugasmu hanya taat.

Memanglah, serekoso itu jadi makhluk ambi semi halu nan perfeksionis dan idealis.

Ps: Kaisar ngotot pengen berangkat ngaji karena hanya waktu ngaji dia boleh nonton youtube LOL.

0 komentar:

Posting Komentar