CPNS dan Jatah

on Selasa, 25 Februari 2020

Wow, tahun ini baru nulis empat judul. Itu pun belum ada yang dipublish di blog. Apakah aku akan berdalih tidak punya waktu untuk menulis karena CPNS? Bukan karena CPNS sih sebenarnya. Bukan banget. Karena waktuku habis buat tidur, makanya sekedar nulis yang cuma lima belas menit aja tidak ada waktu. Bisa dibilang hidupku gabut, useless.

Anw, pun karena CPNS, rasanya aku punya bahan tulisan buanyaak banget. Dan akan mulai kutulis SEKARANG juga.

Tentang CPNS dan jatah, apa bahasa Indonya jatah? Ketetapan?

Ya, CPNS itu, selain usaha keras baik kerja maupun usaha, ada faktor X besar dibaliknya. Dia adalah jatah. ~Serius aku nanya jatah itu bahasa Indonya apa sih?~ Mari kita terjemahkan jatah ke dalam bahasa Indonesia menjadi ketetapan saja. Karena kalau jatah diartikan takdir menurutku kurang pas.

Sebelum mengalami sendiri tes CPNS itu seperti apa, aku selalu beranggapan bahwa yang pintarlah yang akan lolos tes. Makanya aku belajar, meskipun tidak sekeras adikku. Tapi bisa dikategorikan aku belajar cukup keras ditengah lelahku ngurusi anak-anak. Sekali lagi, meskipun tidak sekeras adikku.

Setiap tryout di aplikasi berbayar, nilaiku selalu lumayan. Sampai aku berpikir, kalau soal tes nanti lebih mudah dari pada tryout, mungkin aku bisa dapat nilai kepala empat.

Adikku jangan ditanya. Mengerjakan soal tryout kategori sulit saja nilainya kepala empat. Bikin aku minder sekaligus semangat karena biasanya takdir kami berdekatan. Dalam hati berharap, kalau dia dapat nilai tes kepala empat, mungkin aku juga akan dapat kepala empat meskipun tiap tryout aku jarang dapat nilai kepala empat. Ngarep banget, tapi waktu itu pikirku "ih, bodo amat".

Basically aku dan adik-adikku punya bakat menghitung di atas rata-rata. Aku yang paling bodoh, adikku yang tes CPNS bareng aku yang paling pintar.

Waktu tes kami selisih satu hari. Aku tes tanggal 18 Februari sementara adikku tanggal 19. Ketika sedang mengerjakan soal, utamanya Tes Intelegensi Umum yang mana soalnya terdiri dari berhitung, silogisme, figural, posisi, dan analogi, aku yakin sekali akan dapat nilai tinggi. Terlebih, mengerjakan tryout yang soal TIUnya susah aja nilaiku lumayan, apalagi mengerjakan soal TIU segampang ini. Saking gampangnya soal tesku, aku jadi lupa dzikir dan merasa takabbur.

Selesai tes, submit jawaban dan nilai langsung muncul di layar komputer. Aku kaget, rasanya langsung tidak semangat dan pengen cepat-cepat pulang. TIUku cuma dapat poin 125. Sesedih itu. Padahal kupikir akan dapat 150. Kenapa bodoh sekali, soal gampangnya nggak karuan gini cuma dapat poin rendah. Marah, kesal, lelah, rasanya dunia hancur. Langsung menyalahkan diri sendiri karena tidak meneliti ulang jawaban padahal punya sisa waktu dua menit.

Aku tes setengah satu siang, selesai jam dua. Selesai tes langsung dzuhur sekaligus nunggu ashar. Sehabis ashar langsung cari busway ke stasiun. Di busway aku bener-bener seperti orang linglung. Otakku isinya cuma, "Ya Allah aku salah apa sampai poin TIUku serendah itu." Tetiba aku jadi kepikiran, satu-satunya alasan paling mungkin kenapa nilai TIUku jelek adalah salah klik pada opsi jawaban di soal figural. Seketika itu langsung WA adikku yang besok tes, warning dia untuk hati-hati lihat posisi opsi jawaban soal figural.

Oke baik, saking linglungnya aku, kesasarlah sampai kebun binatang Ragunan padahal harusnya transit Ampere dan ganti busway. Berkat kesasar ini aku jadi lupa kalau sedang sedih. Otakku berubah haluan, dari kepikiran gagal dapat nilai tinggi di tes SKD ke gimana caranya biar nggak ketinggalan bus Jakarta-Solo. Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah. Sesenang itu kesasar, serius. Nanti aku cerita ya gimana enak dan nggak enaknya transportasi di Jakarta. Ditulisan terpisah, Insya Allah.

Tanggal 19 malam adikku selesai tes. Aku kaget ketika dia WA kalau poin TIUnya cuma 135. Hah, adikku si jenius cuma dapat nilai serendah itu di tes semudah itu? Ih, nggak mungkin ah. Lalu dia cerita, sama sepertiku, sudah PD akan dapat nilai TIU tinggi. Eh, ternyata cuma 135.

Seketika aku berpikir, mungkin aku mengklik opsi jawaban benar di soal figural. Mungkin memang kunci jawabannya yang keliru. Human error selalu ada, apalagi tes CPNS yang katanya ada delapan ribu soal. Jelaslah bahwa human errornya akan tinggi sekalipun dibuat oleh mereka yang profesional.

Kalau adikku mendapat nilai TIU tinggi, aku akan tetap berpikir bahwa aku salah klik opsi jawaban. Karena, ini adikku hloh, si jenius yang nilai matematikanya selalu sempurna, yang kemampuan matematikanya di atas rata-rata. Mana mungkin cuma dapat poin 135 di soal TIU CPNS yang gampang luar biasa. Kalau bukan karena kunci jawaban yang keliru, adikku tidak mungkin dapat poin serendah itu.

Untungnya nilai kami rendah di TIU. Kalau rendah di TWK atau TKP mungkin aku tidak akan sesadar ini kalau PNS itu jatah. TIU jawabannya jelas kan ya (kecuali soal analogi sih). Kalau salah ya salah, kalau benar ya benar. Namanya matematika, satu tambah satu gimana pun jawabannya akan dua.

Saking mutlaknya jawaban benar dan salah dalam matematika, rasa-rasanya aku berani congkak kalau jawabanku yang benar, bukan jawaban yang bikin kunci. Lol.

Aku tidak menyalahkan sesiapa dalam tulisan ini. Sekali lagi, human error akan selalu ada sebaik-baik manusia berusaha. Tidak papa, kami legowo menerima jatah Yang Kuasa. Kalau tidak lolos CPNS tahun ini, semoga tahun depan. Insya Allah kami tidak akan kehilangan tekad dan terus semangat mengusaha terbaik versi masing-masing kami.

Yang ingin aku katakan, sekali lagi, CPNS itu jatah banget. Sekuat apa kamu berusaha kalau Allah Pemilik Cerita belum mengiyakanmu menjadi PNS, kamu akan tidak PNS. Percayalah karena aku mengalaminya sendiri. Dan untungnya lagi, poin jelekku ada di TIU yang mana jawaban benar dan salahnya jelas. Jadi aku benar-benar bisa mengimani sedalam itu kalau PNS itu JATAH.

Kalian yang sudah keras menempa banyak usaha baik kerja maupu doa, percayalah bahwa yang Ia nilai bukan hasil tapi proses yang rasanya selalu lelah. Tapi yakinlah, setiap proses lelah adalah ibadah, semoga menjadi pemberat neraca sisi kanan. Tetap bersyukur atas setiap capaian. Jangan berhenti berjuang karena manusia tidak tahu kapan Ia akan mengiya pinta.

Ingat, hanya karena kamu gagal bukan berarti Allah menistakanmu dan keberhasilan bukan sebuah kepastian Ia memberi kemuliaan. Percaya saja bahwa setiap alur ditulis dengan penuh sempurna tanpa perlu berprasangka buruk atas tetapanNya.

Ingat, tugasmu hanya taat, bukan mendikte Sang Penulis. Selamat bagi yang lolos CPNS tahun ini. Dan tetap semangat bagi para pejuang CPNS. Niatkan setiap lelah karena Allah; untuk mendekatkan diri kepada Sang Penulis Cerita, untuk menggapai surga Sang Pemilik Segala.

Ps: buat kalian yang hopeless duluan karena merasa tidak pintar, percayalah bahwa tes CPNS bukan sekedar adu pintar. Mendaftarlah selagi ada kesempatan. Setiap kita tidak tahu dijatah dimana dan kapan.
Yang memang tidak mau atau tidak bisa ndaftar CPNS, definisi hidup bukan sekedar PNS. Rejeki itu luas, tertakar, dan tidak tertukar. Poinnya adalah tetap berjuang di jalan masing-masing tanpa perlu berburuk sangka terhadap apapun.

0 komentar:

Posting Komentar